Mohon tunggu...
William Wiguna
William Wiguna Mohon Tunggu... wiraswasta -

Lifetime Diligence Coach Founder Care Plus Indonesia®, a behavior team work building network, Founder Salon Perilaku®, a class for Behavioral Styles Management® and BMCHK® (Bakat Minat Cita2 Hobi Karakter) Founder Lifetime Camp® Founder Diligence Quotient® Ketua ASPIRASI (Asosiasi Penulis dan Inspirator Indonesia) Partner Quantum Quality International® IPB Graduation, Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi Angkatan 22 -1985 International Certified Professional Human Resource (CPHR) International Certified Behavior Analyst (CBA) dan Authorized Reseller DISCovery® DISC Report System dengan validitas Internasional (USA, UK, Singapore & Indonesia) International Certified Performance Inprovement (CPI) Master Pendidikan dari STT IKAT, Indonesia Professional in Behavioral Styles Management lebih dari 25 tahun. Narasumber Solusi Bisnis Radio Heartline FM 100.6 Pengasuh Rubrik Konsultasi Bisnis Tabloid Wanita Indonesia Coach khususnya di bidang Manajemen Perilaku Team SDM, Marketing dan Sales dengan JAMINAN KONSULTASI PRIBADI SEUMUR HIDUP® pertama di INDONESIA dengan total Client lebih dari 30.000 peserta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bersekolah Supaya Lebih Pintar?

2 April 2014   18:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:10 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1396414114739997218

Kata belajar pasti berhubungan dengan kata sekolah. Kira-kira anak umur 4-5 tahun sudah bisa merasakan ingatan saat sekolah dan saat lucu-lucunya karena imut membawa tas sekolah. Suasana yang berkaitan dengan sekolah saat TK dan SD di tingkat awal adalah keceriaan. Dimana semua bahan pelajaran paling banyak dibuat lagu sehingga bisa lebih mudah dipelajari walau sebatas mulut.

Ketika sudah mulai naik ke tingkat SD tingkat akhir, SMP dan SMA maka mulai terjadi perubahan drastis dimana suasana sekolah berubah dengan adanya pekerjaan rumah karena ternyata jam di sekolah tidak pernah cukup untuk menyelesaikan semua tugas. Bahkan ada yang wajib harus ikut les tambahan karena tuntutan pelajaran.  Demikian pula kondisi yang sama ketika kuliah di tingkat S1 dst.

Semangat yang sama bisa kita lihat mereka mencari kelompok belajarnya sehingga bisa mengikuti irama belajar dan bisa naik kelas untuk tetap bersama-sama. Memang selalu ada sebagian kecil yang juara dan yang tinggal kelas. Akan tetapi betapa mengherankan semangat belajar ini mampu membuat semangat anak-anak bangun pagi, tetap sekolah walau nilai jelek, walau mungkin ada musuh, dsb. Bahkan mereka yang nakal ternyata lebih banyak temannya yang membela ketika ada masalah. Dan kesamaan dari semua sekolah tsb adalah semangat yang membara untuk bisa lulus walaupun sekolah terpencil atau di kota besar dan tanpa harus adanya motivator atau pembicara top.

Kalau bicara soal sekolah kita pasti langsung teringat kapan reuni terakhir dan kemungkinan ingin membuat reuni berikutnya. Inilah yang dinamakan semangat seumur hidup bukan? Siapapun Anda sadar atau tidak sadar bahwa kita telah melewati hal-hal sbb:

Kita sudah mendapatkan solusi lebih banyak atasi masalah selama ini; Bila masih ada rasa takut itulah bukti kita masih hidup dan belajar #SalonPerilaku

Bahwa begitu banyak rasa takut atas masalah yang sebenarnya bisa tiap hari muncul saat di sekolah dan ternyata bisa berakhir dengan solusi yang tuntas. Mungkin tidak semuanya akan tetapi pasti mendekati 100% bukan?

Hal inilah yang membuat seseorang menerima semua ujian dan tantangan dengan LINGKUNGAN yang benar dan hasilnya adalah KELULUSAN setiap orang.  Begitulah semangat hidup sewajarnya bukan? Apalagi bila kita sudah lulus SMA  atau S1 yang berarti mungkin kita sudah bersekolah selama 14 atau 18 tahun! dan terbiasa selama itu untuk menerima dan menyelesaikan masalah dengan solusi.

Mengapa kita harus berani menciptakan lingkungan sekolah tersebut setelah usai kita bersekolah? Itu pun sudah diajarkan oleh setiap agama bahwa belajar itu seharusnya sampai kita meninggal. Sekarang pertanyaanya mengapa semangat menerima masalah dan menghasilkan solusi kita berangsur-angsur berkurang kalau tidak mau dikatakan rendah saat kita berkarir?

Apakah karena kurang teman? kurang contoh dari atasan? lingkungan yang negatif? dsb? Semua bisa saja kita sebutkan sebagai kambing hitam atas rendahnya semangat juang atasi masalah. Akan tetapi coba renungkan hal sbb: Kalau Anda menyekolahkan anak Anda apa target yang Anda inginkan terhadap anak Anda? Survei membuktikan hampir semua ortu yang ditanya menjawab: PINTAR.

Sepintas tidak ada yang salah bukan? Coba Anda klik 2 film yang saya ambil dari internet sebagai pembanding yaitu:

1. Man vs Chimp (http://www.youtube.com/watch?v=OVlJv7ZkvGA)
2. Two Monkeys were Paid Unequally (http://www.youtube.com/watch?v=Sj4Lx3qYRUU)


Setelah Anda tonton, satu kata apa yang terlintas saat melihat cara mereka melatih para monyet tsb? PINTAR?

Nah, begitulah tanpa sadar pola yang kita ajarkan sebagai target belajar seorang anak. Saya tidak sampai hati kalau kita menyamakan cara mendidik hanya dengan prioritas target PINTAR. Karena ternyata semua makhluk asalkan memiliki otak, mereka adalah PINTAR.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun