Mohon tunggu...
willemrawung
willemrawung Mohon Tunggu... Guru - Hidup untuk memanusiakan manusia

Kehidupan ada karena cinta dan anugerah maka indahkanlah kehidupan sebelum hati itu padam.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membangun Budaya Positif dalam Pendidikan, Refleksi Terbimbing 1.4.a.6.1

12 Oktober 2021   17:54 Diperbarui: 12 Oktober 2021   17:58 8480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Budaya positif dalam lingkup sekolah adalah impian semua manusia. Budaya positif atau disiplin positif menurut Ki Hajar Dewantara harus dibangun terlebih dahulu dari dalam diri karena untuk mencapai kemerdekaan belajar bermula dari penanaman sikap disiplin yang kuat. Berikut ini adalah hasil refleksi yang berdasar pertanyaan penuntun pada bagian 1.4.a.6.1. Refleksi Terbimbing tentang Budaya Positif.

Konsep-konsep inti yang terdiri dari materi tentang disiplin positif, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, segitiga restitusi yang telah saya pelajari sangat membantu pemahaman saya. 

Semuanya hal baru dan sangat menginspirasi serta meyakinkan saya khususnya konsep KHD tentang arti pendidikan dan pengajaran. Pendidikan dan pengajaran semua harus tertuju pada siswa. siswa adalah pusat (center) sehingga harus diangkat semua kodrat yang dimiliki. "Menuntun segala kekuatan kodrat yang dimilik anak agar mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun anggota masyarakat. 

Hal menarik dan diluar dugaan yang saya dapatkan melalui pendalaman materi ini seperti tentang konsep-konsep inti dalam pendidikan seperti Pertama: disiplin positif. 

Disiplin positif artinya guru mengajarkan sikap bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan oleh murid dan mendasarkan tindakan tersebut pada nilai-nilai universal atau yang berlaku umum dan diterima dalam masyarakat. 

Tujuan disiplin adalah menciptakan anak atau murid yang memiliki disiplin diri dan disiplin tersebut lahir dari dalam dirinya (intrinsik) dan bukan dari luar dirinya (ekstrinsik). Kedua, posisi kontrol guru. Terdapat 5 posisi kontrol yang biasanya dilakukan oleh guru dalam upaya pendampingan terhadap murid yaitu sebagai penghukum, pembuat orang merasa bersalah, teman, pemantau dan manager. 

Dari kelima posisi kontrol ini sebagai guru agar dapat melakukan pendampingan secara efektif dan memerdekakan serta memandirikan murid, maka dapat berdiri sebagai manager. Manager artinya guru dapat memposisikan diri sebagai mentor untuk berbuat sesuatu bersama dengan murid, mempersilahkan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri. Ketiga, kebutuhan dasar manusia. 

Semua manusia perlu dihargai sebagai manusia yang memiliki kelebihan, kekurangan. Dibutuhkan pemahaman tentang kebutuhan dasar untuk memenuhi hidup kita seperti kebutuhan bertahan hidup (survival), cinta dan kasih sayang (love and belonging), kebebasan (freedom), kesenangan (fun) dan kekuasaan (power). 

Ketika murid melakukan perbuatan yang bertentangan dengan nilai kebajikan atau melanggar peraturan, hal ini dikarenakan mereka gagal memenuhi kebutuhan dasar mereka. Keempat, keyakinan kelas. Keyakinan kelas akan memotivasi seseorang dari dalam diri dan bukan luar diri. Karena keyakinan kelas bersifat positif maka dapat diterapkan dalam lingkungan sekolah. 

Kelima, segitiga restitusi. Segitiga restitusi adalah cara menanamkan disiplin positif pada murid. Restitusi adalah proses menciptakan kondisi untuk murid supaya dapat memperbaiki kesalahan mereka dan pada akhirnya dapat kembali ke kelompok mereka dengan karakter yang lebih kuat. Inilah hal baru, menarik dan di luar dugaan saya boleh dapatkan melalui pendidikan calon guru penggerak dan materi ini mulai merubah cara pandang saya ke arah yang lebih positif dan sangat terbuka untuk semakin memahami nilai filosofis KHD secara utuh dan komprehensif.

Pengalaman dalam menggunakan konsep-konsep inti menciptakan budaya positif di kelas dan sekolah. Pengalaman saya memang agak sulit karena masih perlu memahami konsep-konsep inti disiplin positif, tetapi saya yakin lama kelamaan akan terbiasa, karena sudah ada beberapa point pendampingan secara positif yang sudah sering saya lakukan di sekolah dan kelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun