Mohon tunggu...
Wilhelmus TarsianiAlang
Wilhelmus TarsianiAlang Mohon Tunggu... Musisi - Saya tidak pandai menulis. hanya ingin Bercerita!

"Darah lebih kental, dari Air". Menulis itu bercerita dengan jari-jari Anda.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Malaikat Tak Bersayap

29 November 2020   20:15 Diperbarui: 29 November 2020   20:26 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sit near by my greatest woman in the world

Pergi ke dunia luas, anakku sayang
pergi ke hidup bebas !
Selama angin masih angin buritan
dan matahari pagi menyinar daun-daunan
dalam rimba dan padang hijau.

Pergi ke laut lepas, anakku sayang
pergi ke alam bebas !
Selama hari belum petang
dan warna senja belum kemerah-merahan
menutup pintu waktu lampau.

Jika bayang telah pudar
dan elang laut pulang kesarang
angin bertiup ke benua
Tiang-tiang akan kering sendiri
dan nakhoda sudah tahu pedoman
boleh engkau datang padaku !

Kembali pulang, anakku sayang
kembali ke balik malam !
Jika kapalmu telah rapat ke tepi
Kita akan bercerita
"Tentang cinta dan hidupmu pagi hari."

Mama! Selamat memasuki masa adven. Jangan khawatir bila tidak ada kue untuk natal. Yang penting, ada jagung bakar dan kopi, itu sudah cukup bagi kami. Satu lagi, maaf bila jarang berterus terang tentang lika-liku kehidupan yang kuhadapi saat ini. Bebanmu sudah berat. Dan seperti suratmu, restuilah aku untuk belajar menahkodai kapalku sendiri agar kelak dapat kembali padamu. Kembali dengan bakul yang kautitipkan padaku sebelum merantau ke negri orang.

Mama! Kamu adalah mataku melihat diriku sampai saat ini. Itu yang selama ini tidak pernah kuucapkan padamu. Aku merindukanmu dalam setiap doa dan permenungan, juga di saat-saat perasaan gagal datang menerpa. Kaulah angin di bawah kepakan sayapku.

Memang tidak sia-sia, jika ibumu dulu menamaimu Raden. Kau tangguh bagai Kartini. Kau lembut lebih sutra. Itulah sebabnya, pukul aku, tampar aku, bila aku berhenti menghormatimu. Aku tidak takut pada seribu pasukan. Yang kutakuti hanyalah air susumu kubalas dengan tuba. Terimakasih mama, kendati kamu tidak pernah jujur, aku tahu namaku selalu kau sebut dalam sujudmu. 

Tuhan tidak pernah tuli mendengarmu, Ia tidak buta melihatmu. Karena tidak ada kasih yang lebih besar, dari kasih seorang ibu yang menyerahkan hidupnya semata-mata hanya untuk kebahagiaan anak-anaknya. Ibu, "Surga tidak jauh dari telapak kakimu".

Salam dan doa dari anakmu yang nakal namun selalu menjadi teman seperjalananmu.

"Ghan do do ata mangan, dmai pu pikir ghan dmai le! Gereng aku!"

Ancis Alang

PNC-Kupang 29 November 2020

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun