Mohon tunggu...
Wildhan senpai
Wildhan senpai Mohon Tunggu... Bidan - Ikemen senpai

Live is pride

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Danau Toba

26 Februari 2020   23:51 Diperbarui: 27 Februari 2020   00:00 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Hari ini hari senin tanggal 15 Juni 2015, aku menghadiri upacara purnabakti bapakku yang sudah saatnya pensiun dari tugasnya sebagai anggota TNI dan waktunya menjadi purnawirawan atau pensiunan TNI. Bapakku sering aku panggil dengan panggilan ama yang berasal dari bahasa batak dari kata bapak atau ayah. Namaku sendiri adalah Maruli Pendapotan sementara itu nama dari amaku adalah tebe. aku sebenarnya tidak suka mengikuti upacara purnabakti ini karena sebenarnya membosankan, aku sebenarnya hanya terpaksa mengikuti kemauan dari amaku.

Seminggu berlalu setelah waktu dinas amaku berhenti dan dipensiunkan. Amaku memutuskan untuk tinggal bersama keluarga setelah dipensiunkan hal ini menandakan semakin beratnya ekonomi keuangan keluargaku yang aku tanggung ini. amaku dalam kegiatan sehari harinya sewaktu berdinas di jakarta hanyalah mementingkan dirinya sendiri dan tidak memperdulikan tentang keluarganya ini. sekarang keluarga yang ku tanggung ada seorang ayah seorang ibu 1 orang adik laki laki dan 1 orang adik perempuan. Sementara itu yang mencari uang hanyalah aku dan adikku Daniel yang beda 2 tahun dariku.

Tujuan amaku pulang kekeluarganya hanyalah ingin mendidik semua anaknya agar tidak menjadi sepertinya yang kurang memperdulikan keluarga dan hanya mengikuti hawa nafsunya semata. Bukannyaa bermaksud buruk namun diriku ini tidak suka dengan sikapnya yang sok mengatur namun tidak sesuai dengan perilakunya yang sudah sudah. Yah meskipun ada petuah yang lalu biarlah berlalu namun tetap saja aku tidak menyukainya.
Hari hari disetiap rumah aku selalu saja bertengkar dengan amaku ini. amaku selalu saja bersikeras terhadapku dan adik adik ku untuk menjadi seorang pedeta di gereja dan melanjutkan pendidikan di sekolah khusus pendeta.

Mimpi amaku adalah hidup damai dengan mengandalkan uang pensiunan dari tentara. Namun tetap saja aku menolak hidup sederhana seperti itu. Aku ingin hidup kaya dan memiliki harta melimpah agar adik adik ku tidak usah bekerja lagi menghidupi kehidupannya. Keinginan amaku yang ingin menjadikan aku seorang pendeta sangat kutolak dengan rasa emosiku.

Hari hariku setiap kali selalu disertai oleh pertengkaran antara ayah dan anak. "apa ama tidak tau malu. Ama yang sekarang bisa apa? Hanya mengandalkan uang pensiunan yang bisa saja habis tanpa kita ketahui. Lalu hanya dengan uang pensiunan saja ama ingin hidup bahagia ditambah lagi memaksaku untuk menjadi seorang pendeta lagi." Ucap maruli dengan keadaan marah

"bukankah kamu lebih baik menjadi seorang pendeta yang selalu menolong orang orang tanpa pandang bulu maruli! Hentikanlah sikap keras kepala mu ini. ama sudah berusaha sebaik mungkin untuk membuat keluarga ini menjadi keluarga yang baik maruli!. Cobalah sedikit memahami perasaan ama."

"kau tak usah banyak bicara yah! Ama hanya menyisihkan sedikit saja gaji ama selama ama bekerja di jakarta. Ama hanya memikirkan diri sendiri saja, ditambah lagi sekarang yang memaksaku untuk bersekolah disekolah khusus pendeta, jangan asal bicara yah. Aku akan bekerja sekeras mungkin untuk pergi dari sini dan mencari uang untuk mencari keberuntungan di jakarta. Di rumah ini hanya dipenuhi orang orang bodoh."

Setidaknya aku selalu bisa mengakhiri pertengkaranku dengan tanpa debat yang panjang. Menurutku berdebat hanya membuang buang waktu.
Hari hariku di sekitar rumahku ini menurutku lebih mengasyikan daripada di rumahku. Adik adikku selalu menemaniku saat diriku bekerja untuk mencari uang yang nanti aku akan gunakan untuk pergi ke jakarta. Adik adiku sekarang sudah menginjak kelas 1 SMA dan 3 SMP. Adik perempuanku yang sekaligus adik bungsuku ini pemikirannya memang tidak sejalan denganku. Ia selalu mengigatkanku bahwa ama mungkin saja ingin berbuat baik dan ingin memperbaiki kesalahannya namun ia masih kurang bisa. Pemikiran adikku ini sebenarnya tidaklah salah karena ia masih belum paham hukum kehidupan yang sebenarnya. Meskipun pemikiranya tidak sejalan dengaku namun aku tetap menyayanginya karena mau bagaimana pun dia adalah adikku. Adikku ini bernama angguni.

"abang, bukankah abang ingin segera mengumpulkan duit untuk memenuhi kebutuhan kita dan berangkat ke jakarta?."

"iyalah de abang ini sangat semangat untuk mencari duit untuk abang pergi ke jakarta nanti"

" tapi bang bukankah lebih baik abang tinggal disini saja. Ama bukannya meminta abang untuk menjadi pendeta dan sekolah di sekolah khusus pendeta."

"dek bukannya abang tidak ingin buat ade sedih abang ke jakarta, abang tidak suka saja hidup sederhana seperti ini dengan keadaan banyaknya hutang yang melilit."

"tapi kan jika abang dan bang daniel bekerja paruh waktu itu saja sudah bisa menghidupi kehidupan kita selama ini. janganlah abang pergi ke jakarta."

"de.... ade belum mengerti sekarang namun pada akhirnya ade nanti akan mengerti keputusan abang ini."

8 Juli 2015. Hari rabu di rumah.
Para adik adikku sudah mulai pulang dari sekolahnya.
"Daniel...... Angguni sudah pulang....?"
"sudah mamak. Oh ya dimana abang maruli sekarang mak?"
"abangmu lagi pergi memancing ikan di danau. Nih antarkan bekalnya kesana yah Daniel."
"oklah mak Daniel antarkan sekalian Daniel ingin membantu abang disana. Sebelumnya ada yang harus di lakukan lagi mak?"
"tidak usah Daniel mamak bisa melakukan yang lainnya sendiri, jika mamak butuh bantuan mamak bakal minta tolong angguni saja."
Setibanya Daniel ditempatku dia langsung berteriak kepadaku
"BANGGGGGGG........... MENEPILAH BANG........"
Aku pun menepi tanpa membalas balik.
"bang ini bekal yang mamak buatkan untuk abang."
"godang la de. Omong omong de,, abang minggu depan sudah berangkat ke jakarta de. Uang abang sudah cukup buat kesana. Kebetulan duit abang bisa buat dua orang. Ade mau tidak ikut abang ke jakarta cari uang disana."
"tak usah lah bang, Daniel disini saja menemani angguni ama sama mamak. Kalo Daniel ikut abang siapa nanti yang ngurusin orang dirumah."
"suruh saja ama kau yang mengurusi keluarga. Biar berguna sedikit. Lucu sekali kan kepala keluarga yang masih sehat menumpang dan mengandalkan pengeluaran anak anaknya."
"yah meskipun Daniel juga sedikit tidak menyukai perilaku ama yang sok mengatur tanpa kontribusi. Tapi Daniel juga tidak ingin mengecewakan ama"
"halah ama tidak usah kau pikirkan niel, pikirkan saja keluarga dan kamu. Ama tidak usah kau urus niel,, urusi saja keluargamu, masa depanmu."
"hahahaha meskipun abang bilang seperti itu Daniel tidak bisa meninggalkan sekolah Daniel bang."
"baiklah kalo itu keputusanmu niel"
Sepulang kami memancing mencari uang, ama bilang ingin berbicara denganku.
"maruli. Apakah uang yang kamu kumpulkan sudah cukup untuk pergi ke jakarta?"
"mau apa ama menanyakan hal itu ke maruli. Itu urasan maruli. Ama tidak berhak menanykannya."
"tidak ama hanya ingin memintamu saja. Jangan lah kau pergi ke jakarta. Disinilah menuntut ilmu untuk menjadi pendeta. Kehidupan disini tidak seburuk yang kau pikirkan maruli"
"AMA TIDAK TAHU APA APA!!!! Maruli tidak ingin hidup seperti yang di impikan ama. Buat apa kita dilahirkan jika hanya untuk hidup berkekurangan, maruli ingin hidup yang layak untuk maruli,mamak, daniel, dan angguni."
"maruli... asalkan kau tau saja, kehidupan yang kau impikan pun tidak selamanya bahagia. Hidup yang seperti kau bayangkan akan menimbulkan kerugian juga bila kamu hanya hidup untuk harta saja."
"sudah ama diam saja!"

15 Juli 2015 di bandara
Waktu ini adalah hari terakhirku untuk tetap berada disini. Kehidupan yang kekurangan ini akan berganti dengan kehidupan yang lebih layak. Di jakarta nanti aku akan memenuhi impianku untuk menjadi seorang yang kaya dan membuat ama terkejut bahwa aku bisa menjadi seorang yang memiliki harta yang berlimpah.
"sampai bertemu lagi mak,niel,angguni abang akan memulai perjalan baru di kota baru dengan segala lingkungan yang baru juga. Doakan abang agar menjadi seorang yang kaya."
"baiklah bang kita akan mendoakan abang yang terbaik"
"maruli kau tetap tidak ingin menetap disini dan tetap hidup bersama keluarga ini?" ucap ama kepada maruli.
"tidak akan ama. Maruli akan tetap pergi ke jakarta dan bertarung disana"
"ingtlah maruli lingkungan disana keras kau tak akan sanggup tinggal lama disana, lebih baik kau tetap disini dan menjadilah pendeta maruli"
"tidak keputusanku sudah bulat. Pesawat sudah ingin lepas landas, maruli pergi dulu." Maruli seraya berlari kedalam pesawat.

Berminggu minggu aku hidup di jakarta dengan seluruh uang yang aku miliki namun aku masih belum memiliki pekerjaan tetap. Aku selama di jakarta tinggal disebuah kostan yang bisa di tempati oleh beberapa orang. Selama di kostan aku tinggal bersama 3 temanku yang sudah aku anggap adikku olehku karena umur mereka yang dibawahku. Namanya masing masing adalah angel,justin,dan alifian. Yah meskipun angel satu satunya cewek di situ tetapi mereka tidak melakukan hal hal yang aneh terhadap dia. Semua adik angkatku itu mengingatkan kepada adik adikku di sumatra sana. Mereka sudah hidup terlantar di jalan selama 5 bulan. Karena aku tidak tega melihat mereka akhirnya aku ajak mereka denganku hidup di kota metropolitan jakarta ini.
Selama berminggu minggu aku masih belum mempunyai pekerjaan yang cocok dengan penghasilan yang tinggi. Hari hari aku hanyalah seorang buruh panggul yang menanggung hidup 3 orang adik angkat.
Namun suatu hari dijalan ibu kota pada waktu sore hari aku melihat seorang wanita cantik yang sedang diganggu oleh beberapa preman yang keliatannya ingin memalak dan melakukan sesuatu yang terlihatnya akan merugikan sang wanita.
"TOLONGGGGGGG!!!!!!!" teriakan sang wanita
"hahahaha tidak ada yang bisa mendengarmu disini. Kami disini hanya ingin uang mu kok."
"aduh ikat pinggang gue kebuka nih mulai merosot nih celana kayanya.HAHA.."
"coba buka dong kerudungnya neng"
"tolong bang jangan apa apakan saya. Saya akan memberi apapun untuk abang"
"hahaha tidak semudah itu untuk memuaskan gue"
Mendengar dengan sembunyi sembunyi, akhirnya aku bisa menyimpulkannya. Mereka ingin berbuat jahat kepadanya. Perlahan lahan aku mengambil sebuah kayu baseball lalu aku pukulkan kepada mereka tanpa adanya perlawanan.
"kau tidak apa apakan neng?"
"ya aku tidak apa apa"
"tidak seharusnya seorang wanita cantik berkeliaran sendiri di tempat sepi seperti ini. mari saya antarkan pulang, saya tidak akan melakukan apapun kepadamu"
"ehh..ehh.ehhh baiklah kak saya tidak masalah. Oh iya nama saya fatimah, nama kakak siapa yah?"
"oh yah nama saya maruli seorang rantau dari sumatra"
Akhirnya aku mengantarkan fatimah pulang ke rumahnya. Ternyata dia adalah anak dari orang kaya yang menjadi bos ditempatku bekerja.
Berhari hari setelah kejadian itu aku semakin dekat dengan fatimah. Ayahnya pun tidak masalah ia dekat denganku karena ayahnya percaya kepadaku kalau aku merupakan lelaki yang pekerja keras dan selalu menjunjung tinggi nilai moral dan kehidupan. Keluarga mereka pun setuju jika nyatanya seandainya aku melamar fatimah. Namun hal tersebut tidak terpikirkan olehku, aku hanya ingin bekerja keras agar menjadi orang yang kaya dengan caraku sendiri bukan karena harta orang lain.
Sebulan setelah kejadian aku memukul preman preman di gang untuk menyelamatkan fatimah. Aku tiba tiba di datangi oleh segerombolan preman lagi, mungkin mereka ingin membalaskan dendam mereka terhadap rekan mereka yang telahku beri pelajaran. Setelah aku melihat mereka aku langsung saja berlari sekuat tenagaku untuk melarikan diri. Jalan yang menanjak, gang yang sempit, hingga wilayah yang ramai aku lewati demi lepas dari kejaran preman preman yang mengejarku. Namun aku aneh terhadap orang orang disekitarku. Meskipun mereka melihat orang yang dikejar kejar oleh preman yang berbahaya tetapi mereka acuh tak acuh kepadaku. Sungguh kehidupan yang tidak dimasuk akal.
Setelah berlari yang lama aku akhirnya kehabisan tenaga dan mencoba bersembunyi. Para preman tepat berkumpul di depan tempatku bersembunyi. Nasib sial salah seorang preman melihatku bersembunyi di belakang sebuah pagar yang terbuat dari rumput dan segera menangkapku. Aku dalam keadaan yang terjepit akhirnya menyerah dan mereka membawaku ke tempat pemimpin mereka.
Setelah aku sampai di tempat mereka ternyata aku disambut baik oleh pemimpin mereka.
"hahaha kamu pasti maruli yang menghajar anak buahku dengan kayu beberapa minggu yang lalu."
"ya aku maruli"
"santai saja saya disini tidak akan menyakitimu. Saya disini hanya akan bernegosiasi denganmu untuk melakukan sesuatu. Tentunya kamu melakukan hal ini akan dibayar sesudahnya."
"jika aku menolaknya bagaimana?"
"tidak apa apa, namun ketiga anak anak ini tidak akan baik baik saja".
Ternyata anak anak itu adalah ketiga adik angkatku yang aku tinggal di kostan untuk belajar dan menimba ilmu.
"Abanggggg.... tolong kami bang."
"angel,justin,alifian!"
"hahaha tenang tenang mereka akan baik baik saja jika kau menuruti kami. Bagaimana? Kau setuju?"
"abang setuju saja bang, kami tidak ingin mati ditempat ini sekarang bang"
"iya bang kita mohon"
Mendengar hal itu aku pun tak tega terhadap mereka yang sudah mulai di pecut oleh pecutan. Mereka sudah aku anggap adik angkatku karena mengingatkanku akan adik adikku di sumatra.
"baiklah aku akan mengikuti kemauanmu. Apa yang harus aku lakukan?"
"kau cukup mengantarkan kue ini saja ke alamat ini tanpa diketahui oleh siapapun"
"baiklah akanku lakukan tapi dengan syarat adik adikku kau lepaskan dan janji yang tadi kau berikan kau tepati"
"janji? Ohhh bayaran... baiklah itu masalah kecil"
Pada akhirnya aku melakukan apa yang diinginkan para preman itu. Setidaknya mereka tidak menyakiti adik adikku. Lagipula aku pun dibayar dengan upah yang cukup tinggi karena mengirimkan kue tersebut. Meskipun aku tetap heran kenapa tidak mereka saja yang mengantarkan kue ini.
Hari hari berlalu dengan cepat. Aku mendengar kabar bahwa ada seorang pengonsumsi narkoba yang tertangkap disekitaran lingkungan tempat tinggalku. sebenarnya aku tidak tertarik dengan hal itu karena aku pun pernah dilakukan seperti itu. Toh sekarang aku sudah lumayan hidup ber-uang karena mengirim kue yang disuruh oleh pemimpin preman pada hari hari lalu.
Keesokannya aku kembali dipanggil oleh pemimpin preman yang kemarin menyuruhku mengantar kue. Aku tak tau tujuannya memangilku kembali. Namun aku tanpa curiga pergi ke tempat tersebut.
"hey maruli kau masih ingat denganku?"
"ya aku ingat"
"kali ini aku ingin meminta sesuatu kepadamu untuk mengirimkan sebuah benda"
"benda apa itu?"
Kemudian seorang preman dengan baju jas rapi datang memperlihatkan aku benda yang ingin pemimpin itu kirimi
"bukankah ini narkoba!!?" aku sambil terkejut melihatnya
"yah ini narkoba. Aku ingin kau mengirim ini ke alamat ini tanpa ada yang mengetahuinya"
"kau bercanda? Aku tidak mau mengirim benda haram seperti itu"
"hahaha sudah kuduga kau akan berkata seperti itu. Tapi santai saja kau tidak akan bisa menolak ini. lihat ini (sambil memperlihatkan sebuah foto). Ini adalah foto kamu saat mengirim kue. Kau juga pasti tau kan bahwa ada berita tentang seorang yang tertangkap menggunakan narkoba. Asalkan kau tau itu adalah orang yang kau kirimi kue dan polisi sudah tau bahwa kue itu berisi narkoba. Jika polisi tau foto ini kau pasti akan ditahan dan dihukum mati maruli!"
Aku mengetahui hal itu aku langsung terkejut dan menyesali perbuatanku. Hal yang tak kusangka tidak merugikanku ternyata sangat merugikanku. Cintaku kepada adik adik angkatku membuatku melakukan hal tersebut. Karena aku sudah mengetahui hal tersebut dan tidak ingin menjadi seorang napi dan masuk penjara. Pada akhirnya aku mensetujui untuk mengirim kembali benda haram itu agar foto yang ada tersebut tidak membuatku masuk penjara.
Seiring berjalan waktu aku sudah sering dan terbiasa mengirim narkoba ke tempat tempat yang sudah memesannya. Dilain tempat aku semakin dekat dengan fatimah dan karena sekarang aku sudah menjadi kaya aku memutuskan untuk menikahi fatimah. Meskipun kepercayaan kita berbeda tapi kami percaya bahwa cinta tidak akan salah. Adik adik angkatku pun sudah bisa mulai bersekolah dengan lancar. Keluargaku pun senang mendengar aku sudah sukses dalam waktu yang cukup cepat hanya sekitar 4 bulan saja aku sudah menjadi orang yang kaya. Namun tetap saja Amaku tidak percaya padaku dan menanyakan apa pekerjaanku. Dan aku hanya berbicara pekerjaanku sebagi bos pengirim barang.

25 Juli 2020 atau tepatnya 5 tahun berlalu. Aku sudah tidak lagi mengirim barang haram itu lagi karena aku sudah memiliki istri dan seorang anak laki laki bernama muhammad batara karena fatimah beragama islam maka dia meminta anaknya diberi nama muhammad dan karena aku orang dari suku batak aku beri nama batara. Sudah cukup lama aku sudah tidak mengirim barang itu lagi. Bos yang memintaku mengirim benda itu sudah sering aku tolak karena alasan keluargaku yang sekarang.
Namun suatu hari aku pergi menemui adik adik angkatku yang sudah lama aku tinggali dan sering aku kirimi uang. Ternyata kenyataan yang tak mengenakan terjadi ternyata mereka sudah terpengaruhi barang haram atau narkoba. Aku sangat sedih akan hal itu. Menurut warga setempat sudah sekitar setahun mereka bersikap aneh dan baru kali ini mereka menelfonku untuk menengok mereka. Tak kusangka hal ini terjadi pada mereka. Mereka sekarat akibat terlalu banyak menggunakan narkoba. Mereka overdosis obat terlarang itu dan aku yakin mereka pun tercandu obat tersebut. Sebelum aku membawa mereka kerumah sakit mereka sudah meninggal terlebih dahulu sebelum sampe rumah sakit.
Hal itu membuat diriku menyesal terhadap keputusan ku tersebut. Aku yakin sekarang bahwa tuhan membalaskan perbuatanku atas kesalahanku tersebut dahulu. Tanpa pikir panjang meskipun ini sangat membuat diriku resah akhirnya aku mengakui kesalahanku dengan melaporkan kepada polisi dan menyerahkan diri kepada polisi.
Setelah aku menyerahkan diri dan sampai ke kantor polisi dan setelah melaporkan kronologisnya aku akhirnya ditahan di penjara sejenak sebelum ke pengadilan.
Setelah berhari hari aku di tahan di penjara, akhirnya aku sempat dibebaskan sebentar dan polisi mengajakku bernegosiasi untuk menangkap pemimpin preman tersebut. Tanpa pikir panjang aku segera menerima tawaran tersebut. Tawaran tersebut juga akan mengurangi masa tahananku nanti. Aku tau bahwa tawaran ini akan berbahaya kepadaku karena aku tau jika aku melakukan hal ini kemungkinan aku akan mati akibat preman preman itu.
Setelah beberapa minggu aku diminta untuk mengirim barang itu lagi, sebelum itu aku sudah berkonfirmasi terlebih dahulu kepada polisi dimana aku akan mengambil benda itu.
Setelah aku sampai di tempat pertemuan aku melihat pemimpin preman itu dengan banyaknya pengawal yang ada disampingnya. Aku tau mungkin hari ini akan menjadi hari terakhirku, sebelumnya aku sudah berpamitan terhadapn keluargaku istriku dan saudara saudaraku dan tak lupa mamak dan ama ku. Aku tidak menyesal telah terlahir kedunia ini. aku sangat menyesal tidak mengikuti mimpi amaku dan tidak menjadi seorang pendeta.
Setelah barang itu sampai ditanganku tak sengaja salah satu polisi terlihat oleh pemimpin preman tersebut dan langsung saja menembak diriku.
"apa yang kamu lakukan!!! Kamu melaporkan kami ada disini!!"
"haahhh.....hahhhh a....ku..... tidak menyesalinya....... ku harap....... rantai....... penyebaran ini....... terputus hingga akarnya........" ucapku sambil terengah engah
Baku tembak pun terjadi seluruh preman itu mati dan ditangkap. Aku sama sekali tak menyesalinya meskipun aku tidak bisa menjadi panutan terhadap saudara dan keluargaku namun aku tetap tidak menyesalinya dan berharap ada pengampunan terhadap apa yang telah aku lakukan selama hidupku. Dan aku sudah berbicara kepada keluargaku jika aku mati nanti jika bisa kuburkan aku di pinggiran danau toba agar aku bisa menjadi pelajaran bagi rakyat danau toba kelak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun