NU dan Wahabi: Mungkinkah Bertemu di Jalan Tengah?
Umat Islam saat ini memerlukan persatuan dan kesatuan, hal itu untuk menghadapi tantangan bersama yang mengancam eksistensi, akidah, dan identitas ke-Islaman mereka. Persatuan itu tidak mungkin terwujud tanpa kembali kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian berpegang dengan persamaan dan bertoleransi dengan perbedaan di antara mereka.
Di antara kelompok-kelompok muslim di dunia adalah kelompok Wahabiyah di Saudi Arabia dan kelompok Nahdlatul Ulama (NU) di Indonesia. Perdebatan antara Wahabi dan NU sering kali jadi bahan obrolan hangat, baik di dunia nyata maupun media sosial. Wahabi dianggap tegas dalam soal akidah dan menolak tradisi yang tak ada dasarnya dalam Al-Qur'an dan Hadis. Sementara NU dikenal santai, akrab dengan budaya lokal, dan suka menghidupkan tradisi-tradisi lama.
Tapi benarkah keduanya selalu berseberangan? Apakah tidak ada titik temu yang bisa menyatukan pandangan mereka, setidaknya dalam hal-hal tertentu? Daripada terus saling menyalahkan, mungkin sudah saatnya kita mencari ruang dialog. Siapa tahu, di balik perbedaan itu, ada kesamaan yang bisa jadi jembatan untuk saling memahami. Artikel ini mencoba mengupas peluang itu bukan untuk menyamakan, tapi untuk mendekatkan.
Mengenal Aliran NU dan Wahabi
Sebelum kita mengetahui perbedaan dan titik temu antara NU dan Wahabi. Kita harus mengetahui apa sih itu NU, Wahabi? Dan bagaimana aliran mereka?.
Apa sih itu NU?
Nahdlatul Ulama (NU) merupakan organisasi yang tercipta pada tanggal 31 Januari 1926 M atau 16 Rajab 1344 H didirikan oleh Imam Muhammad Hasyim Asy'ari (w. 1366 H) rahimahullah di Kertopaten, Surabaya, Jawa Timur.
Jam'iyyah Nahdlatul Ulama termasuk organisasi terbesar yang memiliki pengikut lebih dari 50 juta muslim. KH. Hasyim Asy'ari juga merupakan Ulama yang memfatwakan wajibnya jihad melawan Belanda ketika Indonesia telah merdeka. Fatwa tersebut tepat pada tanggal 23 Oktober 1945. Hingga akhirnya perang itu terjadi di Surabaya, sekitar 10 ribu orang Indonesia yang gugur pada tanggal 10 November 1945. Dan kini disebut sebagai hari Pahlawan
Mengutip dari laman "Gramedia Blog", menurut K.H. Mustofa Bisri, Nahdlatul Ulama memiliki tiga substansi di dalamnya, yakni sebagai berikut:
- Dalam bidang syariat Islam atau fiqh NU menganut ajaran dari empat Madzhab (Hanafi, Maliki, Syafi'I, dan Hanbali), dan sebenarnya Kyai NU sangat taat kepada Syafi'i.
- Dari perspektif tauhid (keTuhanan), NU mengikuti ajaran Imam Abu Hasan Al-Asyari dan Imam Abu Mansur Al Maturidi.
- Dalam bidang tasawuf, NU mengikuti dasar-dasar Imam Abu Qosim Al-Junaidi.
Wahabi aliran gimana sih?