Mohon tunggu...
Wilda Antika
Wilda Antika Mohon Tunggu... Lainnya - aqidah filsafat islam

Hargai perubahan buruk untuk lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Akal dan Wahyu dalam Perspektif Harun Nasution

1 Desember 2020   13:00 Diperbarui: 1 Desember 2020   13:18 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dari penjelasan yang telah diterangkan di atas, dapat disimpulkan bahwa Harun Nasution merupakan sosok mutakallimin yang lahir pada tanggal 23 September 1919 di Pematang Siantar, Provinsi Sumatra Utara. Ia menyelesaikan studinya di Mesir. Adapun pemikiran Harun Nasution cenderung lebih memposisikan pada akal. Akal digunakan sebagai pola berpikir untuk sampai kepada Tuhan sekaligus memberikan penjelasan lebih rinci terhadap informasi dan pernyataan wahyu.

Wahyu tidak akan berfungsi tanpa adanya akal-pikiran, begitu juga akal, ia akan kehilangan arah tanpa bimbingan wahyu. Corak pemikirannyaseperti pemikiran Muktazilahdalam menyelesaikan suatu persoalan lebihcondong menggunakan akal. Begitupundengan Harun Nasution, ia lebih banyak menggunakan akal ketimbang wahyu. Selain itu, dapat diketahui bahwa Harun Nasution bercorak pemikiran Muktazilah, pada saat ia di angkat menjadi rektor IAIN, menandai bermulanyalah pemikiran-pemikiran Muktazilah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun