Mohon tunggu...
Wilda Antika
Wilda Antika Mohon Tunggu... Lainnya - aqidah filsafat islam

Hargai perubahan buruk untuk lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Akal dan Wahyu dalam Perspektif Harun Nasution

1 Desember 2020   13:00 Diperbarui: 1 Desember 2020   13:18 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Harun Nasution lahir pada tahun 1919 M di sebuah Pematang Siantar, 23 September Sumatera Utara. Ia dilahirkan dari keluarga ulama, ayah beliau bernama Abdul Jabbar Ahmad.Harun Nasution melanjutkan studi di ilmu HIS pada tahun 1934. Tidak hanya itu, beliau juga ngaji di rumah selama tujuh tahun di Bukittinggi dan lulus tahun 1937.

Ayahnya merupakan seorang pedagang yang sukses dan sekaligus juga ulama. Sedangkan ibunya ialah seorang ulama asal Mandailing yang masih semarga dengan Ayahnya, kemudia diangkat sebagai Kepala Agama dan juga sebagai Hakim. Harun Nasution menjadi guru Di Institut Agama Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada saat itu beliau menjadi guru besar. Memasuki perkuliahannya beliau di Mesir tepatnya Universitas Amerika, beliau memperoleh B.A. di bidang studi sosial Cairo pada tahun 1952. (Diki, Jurnal JHPIK, 1, 2018:81-84)

Ada delapan karya ilmiah berdasarkan analisis penulis, buku Harun Nasution yakni yang pertama, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, yang kedua- Teologi Islam: Aliran, Sejarah, Analisa, dan Perbandingan.dan yang ketiga Filsafat Agama, yang ke empat ialah buku Falsafat dan Mistisisme dalam Islam. yang kelima Pembaharuan Dalam Islam[FM3] : Sejarah Pemikiran dan Gerakan. Yang ke enam yakni mengenai Akal dan Wahyu dalam islam yang dibahas pada artikel ini menurut saya menarik untuk dibahas. Yang ke tujuh Muhammad Abduh dan teologi rasional Mu’tazilah dan yang ke delapan Islam Rasional.

Bebrapa karya Harun nasution yang dapat di muat dalam pembahasan kali ini, pertama yakni mengenai Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya di dalam karya ini beliau memuat terdapat beberapa sejarah di dalamnya, peradaban mengenai filsafat dan beberapa yang ada juga terdapat dalam teologi dan hukum, di dalam lembaga-lembaga dan politik. Dalam karya yang kedua yakni mngenai Teologi Islam: Aliran-Aliran, Sejarah, Analisa, dan Perbandingan.

Terdapat dua pembagian dalam karya tersebut antara lain ialah yang pertama, memaparkan makna yang terdapat dalam aliran dan golongan-golongan dalam teologi di dalam islam Khawarij terdapat penjelasan terkait apa yang masih ada pada saat ini. Beliau juga mendiskripsikan sebagaimana mungkin agar di dalam sejarah dan perkembangan ajaran yang juga sangat penting pada golongan saat itu, beliau juga menggunakan beberapa peneltian dan mengenai perbandingan serta analisa mengenai aliran –aliran tersebut, yang mana beliau dapat mengetaui aliran yang liberal, dang yang bersifat tradisional. Yang ketiga yakni meneganai Filsafat Agama dimana buku beliau tersebut memaparkan tentang Ketuhanan.

Yang terakhir yaitu Falsafat dan Mistisisme dalam Islam, karya harun nasution terdapat dua bagian yakni filsafat Islam yang menguraikan bagian Mistisme dalam islam tasawuf. (Muammar, Jurnal HNSPF, 2 2017:36-39) Di bagian tersebut penguraian terkait filsafat islam yakni tentang kontak pertama antara islam dan ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani di kemudian. Buku tersebut merupakan buku kumpulan dari hasil penceramah beliau di IKIP Jakarta.

Kedua hubungan antara akal dan wahyu tersebut tidaklah bertentangan tetapi dapat menimbulkan beberapa pertanyaan mengenai Akal dan wahyu. Dalam hubungan wahyu dan akal seharusnya tidak perlu ada mempersoalkan karena wahyu ialah ilmu yang datang dari Tuhan diberikan kepada nabi untuk dirinya dan umatnya sedangkan akal ialah pikiran yang dapat membedakan pemahaman seseorang antara baik dan benar dalam memahami sesuatu tertentu, persoalan dalam mengetahui Tuhan antara baik dan jahat dalam Teologi islam akal dan wahyu dapat berhubungan. (Diki, Jurnal JHPIK, 1, 2018:81-84)

Maka dari itu dapatdisimpulkan bahwa akal dipergunakan sebagai alat pemikir manusia agar sampai pada Tuhan, dan wahyu merupakan penyampaian ataupun penjelasan mengenai larangan dan kewajiban terkait Tuhan sang pencipta. Dapat di jelakan fungsi keduanya antara wahyu dan akal. Wahyu dan akal memiliki fungsi yang sama hanya saja letak kerjanya yang berbeda, diaman dapat dikatakan bahwa wahyu dapat bekerja dengan adanya akal pikiran, begitu pula sama halnya dengan akal ia akan dapat kehilangan arah apabila tanpa adanya bimbingan wahyu, walaupun pendiskripsiannya berbeda tetapi akan bertemu pada satu inti yang sama.

Dalam sekilas orang mutakallimin menyatakan bahwa kedudukan wahyu ialah lebih istimewah dibandingkan dengan akal karena akal hanya merupakan penjelas bagi wahyu yang lebih terperinci mengenai pernyataan tentang wahyu, lebih jelasnya mereka menyatakan Wahyu yang belum diketahui, akal merupakan penjelas.

Demikian akal dalam islam mempunyai kedudukan yang sangat penting. Karena dalam memahami islam bagi kita sendiri ialah dengan menggunakan akalnya maka dari itu dalam akal kita dapat memahami bagaimana islam dan makna yang terkandung didalamnya seperti akidah maupun syariah serta wahyu yang diberikan Allah pada Nabi.

Dalam penggunaan akal yang benar dan sesuai dengan syariat islam yang sudah terkaji sebelumnya yakni dalam memahami ataupun mengiplementasikan sesuatu apapun manusia dapat melibatkan segalanya dengan akal yang baik dan melibatkan dirinya dengan Allah. Mengacu pada diskripsi tersebut maka segala sesuatu yang melibatkan Tuhan IsyaAllah dapat terwujud. Dari itu akal disebut sebagai peranan penting dalam islam.

Dari penjelasan yang telah diterangkan di atas, dapat disimpulkan bahwa Harun Nasution merupakan sosok mutakallimin yang lahir pada tanggal 23 September 1919 di Pematang Siantar, Provinsi Sumatra Utara. Ia menyelesaikan studinya di Mesir. Adapun pemikiran Harun Nasution cenderung lebih memposisikan pada akal. Akal digunakan sebagai pola berpikir untuk sampai kepada Tuhan sekaligus memberikan penjelasan lebih rinci terhadap informasi dan pernyataan wahyu.

Wahyu tidak akan berfungsi tanpa adanya akal-pikiran, begitu juga akal, ia akan kehilangan arah tanpa bimbingan wahyu. Corak pemikirannyaseperti pemikiran Muktazilahdalam menyelesaikan suatu persoalan lebihcondong menggunakan akal. Begitupundengan Harun Nasution, ia lebih banyak menggunakan akal ketimbang wahyu. Selain itu, dapat diketahui bahwa Harun Nasution bercorak pemikiran Muktazilah, pada saat ia di angkat menjadi rektor IAIN, menandai bermulanyalah pemikiran-pemikiran Muktazilah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun