Arissa  sudah ratusan kali mengingatkan ibunya untuk menjauh dari ayahnya. Arissa  sudah puluhan kali mengatakan pada ibunya bahwa ayahnya sakit dan tak ada gunanya tetap mempertahankan hubungan, yang seharusnya memang tak boleh lagi dilakukan. Tapi seperti biasa ibunya hanya diam dan selalu kembali lagi ke ayahnya begitu pertengkaran mereda. selalu begitu berulang-ulang, seperti berjalan di dalam labirin dan tak menemukan jalan ke luar. Berjalan menjauh, tapi akhirnya kembali lagi ke tempat semula. Begitu terus.
"Aku benci ayahku Tante, aku benci padanya". suaranya mendesis penuh tekanan. Penuh kemarahan yang tersumbat. Aku tak harus berkata apa. Menghiburnya? Mengatakan bahwa semua akan berlalu dan akan membaik? Kenyataannya tidak. Mengajaknya tinggal di rumahku, menjauh dari orangtua toxic yang tak henti-henti saling menyakiti satu sama lain? Aku tak bisa.Â
Aku tak ingin berurusan dengan keluarga itu. Aku tak mau kekisruhan mereka masuk ke dalam rumahku. Tidak, semua kesakitan dan kepedihan itu bukan urusanku. Jadi aku hanya bisa mengulurkan lenganku, memeluknya, dan kuselipkan pisau kecil bermata tajam yang baru kubeli kemarin ke dalam tangan mungilnya.