Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru - Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Nilai UN 60% Masih Dipegang Pemerintah, 40% Masih Dipegang Sekolah

3 Januari 2011   03:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:01 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

http://ujiannasional.org/wp-content/uploads/2010/12/Mendiknas_Nuh1-300x236.jpg

Membaca berita di kompas.com bahwa tak ada lagi Ujian Nasional (UN) ulang,  dan sistem penilaian baru membuat saya terinspirasi untuk membuat tanggapan. Sebab bagi saya ini sebuah terobosan baru dari pemerintah dalam hal ini kemendiknas untuk menerapkan sistem penilaian baru.

Nilai akhir kelulusan siswa dihitung dengan menggabungkan nilai UN dengan nilai ujian akhir sekolah (UAS). Formulanya, 60 persen untuk bobot nilai UN, dan 40 persen nilai UAS. Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) M Nuh menerangkan, formula UN ini telah resmi akan digunakan pada UN tahun pelajaran 2010/2011 mendatang. Dijelaskannya, formula UN ini merupakan hasil kesepakatan bersama dengan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) selaku penyelenggara UN, serta atas rekomendasi DPR RI.

Dari situ sudah jelas bahwa pemerintah lebih mempercayai UN ketimbang nilai UAS yang diberikan oleh sekolah. Pemerintah nampak masih hati-hati sekali dan belum percaya penuh pada dewan guru di sekolah.

Mengapa pemerintah lebih percaya UN daripada nilai UAS? Karena menurut pemerintah masih banyak sekolah yang belum terakreditasi dengan baik. Mutu guru dan sekolah yang tidak standar menyebabkan pemerintah lebih mempercayai nilai UN. Pemerintah belum berani memberikan nilai 50% untuk UN, dan 50% untuk UAS. Sebab masih saja ada sekolah yang 'nakal' mempermainkan nilai.

Hal itu tentu perlu diskusi panjang, dan harus dilihat dari berbagai aspek sehingga kita memahami mengapa kebijakan nilai UN   60% itu diambil oleh pemerintah, sedangkan nilai UAS 40% saja. Pasti ada kepentingan pemerintah didalmnya, dan bukan semata-mata UN sebuah proyek nasional.

Mendiknas juga mengatakan bahwa bagi peserta didik yang tidak lulus UN, maka tetap bisa mengikuti ujian paket C untuk siswa SMA. Hasil ujian Paket C itu tetap bisa dipakai untuk masuk perguruan tinggi. Saya senyum-senyum sendiri mendengar pernyataan ini. Jadi kalau sekolah 3 tahun kemudian tidak lulus, maka ijasahnya dikeluarkan oleh program paket C. Oleh karena itu untuk apa sekolah. Ikut program paket C saja, pasti lulus!.

Menurut saya,  kebijakan pemerintah ini bukanlah solusi yang terbaik untuk diterapkan di tahun 2011. Sebab adanya UN seringkali memasung kreativitas siswa dan guru.

Seringkali waktu belajar habis hanya untuk mengajar target nilai UN. Mata pelajaran lainnya dipaksa mengalah untuk mata pelajaran yang di-UN-kan. Seolah-olah mata pelajaran yang di-UN-kan adalah dewa-dewi yang akan menghantarkan peserta didik meraih prestasi tinggi.

Saya kok merasa masih ada intervensi dari pemerintah. kenapa sih Ujian Nasional tidak dihapuskan saja? Sebab kualitas guru dan sarana belajar yang harus ditingkatkan harus dipenuhi dulu oleh pemerintah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun