Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bukan Pendidikan Gratis yang Harus Diperjuangkan, Tapi Pendidikan Bermutu Untuk Semua

19 September 2025   01:09 Diperbarui: 19 September 2025   04:55 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Omjay guru smp labschool jakarta/dokpri

Bukan Pendidikan Gratis yang Harus Diperjuangkan, Tapi Pendidikan Bermutu untuk Semua

Oleh: Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd

Setiap kali musim politik tiba, jargon pendidikan gratis selalu menjadi bahan kampanye yang paling laris. 

Para calon pemimpin daerah berlomba-lomba meyakinkan masyarakat bahwa jika mereka terpilih, maka semua anak bangsa akan bisa bersekolah tanpa biaya sepeser pun. 

Sekilas, janji itu terdengar indah dan mulia. Namun, mari kita bertanya lebih dalam: apakah benar pendidikan gratis otomatis menjamin masa depan yang lebih baik? 

Apakah benar gratis berarti berkualitas?

Seorang kawan pengurus pgri memberikan komentarnya di wa group pgri serentak.

Betul Om Jay utk apa pendidikan gratis tp tdk bermutu klu bisa pendidikan bermutu dan gratis biaya pendidikan ditanggung pemerintah.

Cuman yang jadi masalah sampai kiamatpun pemerintah tdk pernah mampu membiayai pendidikan.

Biaya pendidikan tetep harus ditanggung pemerintah dan masyarakat. 

Mari kita kupas dengan tuntas dan lugas.

Pendidikan adalah hak dasar setiap warga negara, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945. 

Negara berkewajiban menyelenggarakan pendidikan yang merata dan berkualitas. 

Namun dalam praktiknya, sering kali kita terjebak pada kata gratis semata. 

Padahal, yang sejatinya harus diperjuangkan bukanlah sekadar pendidikan tanpa biaya, melainkan pendidikan yang bermutu, adil, inklusif, dan dapat diakses oleh semua anak bangsa. Bukan hanya segelintir anak orang kaya saja.

Oleh karenanya ada delapan hal penting yang harus kita renungkan yaitu:

1. Gratis Belum Tentu Berkualitas

Banyak contoh yang bisa kita lihat di lapangan. Tidak sedikit sekolah yang memang bebas biaya, namun fasilitasnya sangat terbatas. 

Ruang kelas masih berdesakan, buku pelajaran minim, guru kekurangan pelatihan, bahkan ada sekolah yang belum memiliki laboratorium dan perpustakaan layak. 

Dalam kondisi demikian, apakah anak-anak bisa belajar dengan maksimal?

Jika pendidikan hanya berhenti pada kata gratis, maka kita akan melahirkan generasi yang bersekolah, tetapi tidak benar-benar belajar. 

Mereka hadir di kelas, tetapi tidak memperoleh bekal yang cukup untuk bersaing di masa depan. 

Pendidikan gratis tanpa mutu hanya akan menghasilkan lulusan yang bingung menghadapi tantangan zaman.

Pada akhirnya kita hanya melahirkan para pengangguran terdidik.

2. Pendidikan Bermutu: Investasi Masa Depan Bangsa

Pendidikan bermutu bukanlah sekadar soal tidak dipungut biaya, melainkan bagaimana proses pembelajaran benar-benar memberi makna bagi anak didik. 

Pendidikan bermutu adalah pendidikan yang:

1. Memiliki guru berkualitas yang terus didukung peningkatan kompetensinya.

2. Menyediakan fasilitas memadai, mulai dari ruang kelas, perpustakaan, laboratorium, hingga akses internet.

3. Mendorong kurikulum yang relevan dengan perkembangan zaman, termasuk literasi digital, sains, teknologi, seni, dan karakter.

4. Menjamin akses yang merata, sehingga anak-anak di pelosok negeri pun bisa mendapatkan layanan pendidikan yang sama dengan di kota besar.

5. Menumbuhkan kemandirian belajar, bukan sekadar mengejar nilai ujian, tetapi membangun kreativitas, daya kritis, dan kepedulian sosial.

Kelima hal tersebut harus ada dalam dunia pendidikan kita. Bila belum ada mari kita bekerjasama untuk mewujudkannya.

Pendidikan bermutu adalah investasi jangka panjang. Negara yang maju selalu menaruh perhatian besar pada kualitas pendidikan, bukan sekadar angka partisipasi sekolah. 

Mereka memahami bahwa kualitas SDM adalah kunci untuk menghadapi persaingan global. SDM unggul akan membuat Indonesia menjadi negara maju dan disegani oleh negara lainnya di dunia.

3. Biaya Pendidikan: Tanggung Jawab Bersama

Kita juga perlu jujur bahwa menyelenggarakan pendidikan bermutu membutuhkan biaya besar. 

Tidak mungkin negara menanggung semuanya sendirian. Harus ada partispasi dari masyarakat sebagai warga negara Indonesia.

Karena itu, konsep pendidikan gratis total sering kali menjadi ilusi. Hal yang lebih realistis adalah pendidikan terjangkau dan berkualitas. 

Negara membantu masyarakat yang kurang mampu dengan subsidi, beasiswa, atau program khusus, tetapi tetap ada ruang partisipasi orang tua dan masyarakat.

Di banyak negara maju, biaya pendidikan justru dibagi secara adil. Orangtua yang tidak mampu diberi kesempatan untuk menyekolahkan anaknya.

Omjay guru blogger Indonesia/dokpri
Omjay guru blogger Indonesia/dokpri

Negara menjamin akses dasar agar semua anak bisa bersekolah, sementara masyarakat dan swasta ikut berkontribusi dalam meningkatkan mutu. 

Dengan demikian, kualitas pendidikan tetap terjaga, tanpa mengorbankan keadilan sosial. Inilah yang disebut keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang ada dalam lima sila Pancasila.

4. Masalah Utama Pendidikan Kita: Mutu Guru dan Sarana prasarana yang kurang memadai

Data menunjukkan bahwa masih banyak sekolah di Indonesia yang menghadapi persoalan mendasar. 

Guru, sebagai ujung tombak pendidikan, belum sepenuhnya memperoleh pelatihan berkelanjutan. Mereka kurang mendapatkan penyegaran Diklat dan workshop pembelajaran mendalam.

Banyak guru yang masih mengajar dengan metode lama, belum sepenuhnya memanfaatkan teknologi, dan kurang dukungan dalam riset maupun pengembangan diri.

Selain itu, sarana pendidikan masih timpang. Sekolah di perkotaan jauh lebih lengkap dibandingkan dengan sekolah di pedesaan atau daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal). 

Ketimpangan ini berakibat pada kualitas lulusan yang tidak merata. Anak-anak di kota mungkin sudah terbiasa menggunakan laptop, sementara di desa masih ada yang belajar dengan papan tulis reyot.

5. Pendidikan Bermutu Adalah Hak Semua Anak

Pendidikan bermutu tidak boleh menjadi barang mewah yang hanya bisa dinikmati kalangan tertentu. 

Semua anak bangsa, tanpa kecuali, berhak mendapatkan layanan pendidikan terbaik. Inilah yang harus diperjuangkan. 

Jangan sampai ada anak yang gagal meraih cita-citanya hanya karena ia lahir di keluarga miskin atau tinggal di daerah terpencil.

Perjuangan pendidikan bermutu juga harus menyentuh aspek keadilan sosial. Negara wajib memastikan tidak ada diskriminasi dalam pelayanan pendidikan, baik berdasarkan ekonomi, gender, lokasi geografis, maupun kondisi fisik anak. 

Inklusivitas menjadi kunci agar pendidikan benar-benar menjadi alat pemerdekaan. Merdeka belajar benar-benar diterapkan di sekolah-sekolah kita.

6. Masyarakat Jangan Terjebak Janji Politik

Sudah saatnya masyarakat lebih kritis dalam menilai janji politik tentang pendidikan. Jika hanya ditawari pendidikan gratis, kita perlu bertanya: gratis bagaimana? Gratis untuk siapa? Apakah gratis itu juga menjamin mutu? 

Jangan sampai kita puas hanya karena biaya sekolah ditiadakan, tetapi anak-anak kita tidak memperoleh pendidikan yang benar-benar berkualitas.

Kita perlu mendorong para pemimpin dan pengambil kebijakan agar tidak berhenti pada retorika. 

Mereka harus berani mengambil langkah konkret memperbaiki kualitas pendidikan: menyiapkan guru profesional, memperbaiki kurikulum, membangun sarana, dan memastikan pemerataan pendidikan di seluruh pelosok negeri.

7. Peran Guru dalam Mewujudkan Pendidikan Bermutu

Sebagai seorang guru dan juga bagian dari anggota PGRI, saya meyakini bahwa pendidikan bermutu sangat ditentukan oleh kualitas guru yang profesional. 

Guru bukan sekadar pengajar, melainkan pembimbing, motivator, sekaligus teladan bagi anak-anak. Guru yang baik mampu menyalakan api semangat belajar dalam diri muridnya.

Namun, guru juga manusia yang perlu dukungan. Mereka membutuhkan pelatihan, kesempatan belajar, penghargaan yang layak, dan lingkungan kerja yang sehat. 

Jika guru diperlakukan dengan baik, maka mereka akan mengajar dengan hati, dan hasilnya pun akan terlihat pada generasi yang mereka didik.

8. Pendidikan Bermutu adalah Jalan Menuju Indonesia Emas 2045

Kita sering mendengar cita-cita Indonesia Emas 2045, ketika bangsa ini berusia 100 tahun. 

Namun, cita-cita itu hanya bisa terwujud jika pendidikan kita benar-benar bermutu. Kita sudah harus bekerja keras mewujudkannya.

Tidak cukup hanya menggratiskan biaya sekolah, tetapi harus ada upaya serius membangun SDM unggul, cerdas, kreatif, dan berkarakter.

Jika pendidikan kita bermutu, maka anak-anak bangsa akan mampu bersaing di kancah global. Sebab tenaga asing akan masuk ke Indonesia dan bersaing dengan tenaga lokal.

Mereka tidak hanya siap menjadi pekerja, tetapi juga pencipta lapangan kerja. Mereka tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga bijak secara sosial dan emosional. 

Inilah modal utama untuk membangun bangsa yang berdaulat, adil, dan makmur. Sebuah bangsa Indonesia yang cerdas dalam membangun bangsanya dengan semangat persatuan Indonesia sesuai sila Pancasila.

Penutup

Pendidikan gratis memang penting, tetapi bukan itu yang utama. Yang lebih penting adalah pendidikan yang bermutu untuk semua. 

Gratis tanpa mutu hanya akan melahirkan generasi yang lemah. Sebaliknya, pendidikan bermutu akan menjadi fondasi kokoh bagi masa depan bangsa.

Maka, marilah kita perjuangkan bersama: pendidikan yang benar-benar memberi makna, membentuk karakter, membuka wawasan, dan memerdekakan anak bangsa. Karena sejatinya, bukan sekadar pendidikan gratis yang kita butuhkan, melainkan pendidikan bermutu untuk semua.

Salam blogger persahabatan 

Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd
Guru Blogger Indonesia
Blog htpps://wijayalabs.com

Omjay Guru Blogger Indonesia/dokpri
Omjay Guru Blogger Indonesia/dokpri

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun