Mohon tunggu...
Wijaya Kusumah
Wijaya Kusumah Mohon Tunggu... Guru Blogger Indonesia

Teacher, Motivator, Trainer, Writer, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional. Sering diminta menjadi pembicara atau nara sumber di bidang ICT,Eduprenership, Learning, dan PTK. Siapa membantu guru agar menjadi pribadi yang profesional dan dapat dipercaya. Wijaya adalah Guru SMP Labschool Jakarta yang doyan ngeblog di http://wijayalabs.com, Wijaya oleh anak didiknya biasa dipanggil "OMJAY". Hatinya telah jatuh cinta dengan kompasiana pada pandangan pertama, sehingga tiada hari tanpa menulis di kompasiana. Kompasiana telah membawanya memiliki hobi menulis yang dulu tak pernah ditekuninya. Pesan Omjay, "Menulislah di blog Kompasiana Sebelum Tidur". HP. 08159155515 email : wijayalabs@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Nasib Guru Honorer di Sekolah Negeri

8 Juni 2025   12:34 Diperbarui: 8 Juni 2025   17:01 469
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Omjay ketika masih muda/dokpri

Nasib Guru Honorer di Sekolah Negeri: Antara Cinta Profesi dan Realita yang Pahit. Inilah kisah Omjay kali ini. Semoga bermanfaat buat pembaca kompasiana. Omjayvtanpilkan foto omjay ketika masih menjadi guru muda di smp Labschool Jakarta tahun 1994.

Setiap pagi, ribuan guru honorer di sekolah negeri bersiap mengajar dengan semangat yang tak kalah dari guru PNS. Mereka datang lebih awal, mempersiapkan materi, bahkan tak jarang menggantikan guru tetap yang berhalangan hadir. Namun di balik dedikasi mereka, tersembunyi kenyataan pahit yang masih terus membayangi: upah yang minim, status kerja yang tak pasti, dan harapan yang kerap digantung tanpa kepastian.

Cinta Profesi yang Tak Terbayar Layak

Menjadi guru honorer di sekolah negeri bukan perkara mudah. Meski mereka mengajar di institusi yang dikelola pemerintah, status mereka tidak serta-merta mendapat pengakuan layak. Banyak dari mereka hanya menerima honor Rp300 ribu hingga Rp1 juta per bulan, tergantung kebijakan daerah atau kemampuan dana BOS sekolah. Bahkan, ada yang menerima gaji tiga bulan sekali, tanpa jaminan kapan honor itu cair.

Bu Sari, guru honorer di sebuah SMP negeri di Jawa Timur, sudah mengabdi lebih dari 10 tahun. Ia mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan sepenuh hati. Namun gajinya hanya Rp750 ribu per bulan. "Kalau dihitung secara logika, tidak cukup untuk hidup. Tapi saya mencintai pekerjaan ini. Murid-murid adalah semangat saya," ujarnya dengan senyum getir.

Beban Kerja Sama, Pengakuan Beda

Yang menyedihkan, beban kerja guru honorer sering kali tak berbeda jauh dengan guru ASN. Mereka juga mengajar dengan jumlah jam yang sama, mengisi administrasi, mengikuti pelatihan, bahkan ikut dalam kegiatan sekolah di luar jam mengajar. Namun ketika bicara soal hak, perbedaan mencolok terlihat.

Guru PNS mendapatkan gaji pokok, tunjangan sertifikasi, tunjangan kinerja, dan jaminan pensiun. Sementara guru honorer hanya mengandalkan honor dari dana BOS atau kebijakan kepala sekolah. Tak ada tunjangan tetap, apalagi jaminan hari tua.

Harapan yang Kerap Tertunda

Seiring dengan wacana penghapusan status honorer yang terus digaungkan pemerintah, para guru honorer berharap pada seleksi PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja). Namun proses ini tidak mudah. Banyak guru honorer senior gagal karena tidak lolos passing grade atau kalah saing dengan peserta yang lebih muda dan baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun