Mohon tunggu...
Wijatnika Ika
Wijatnika Ika Mohon Tunggu... Penulis - When women happy, the world happier

Mari bertemu di www.wijatnikaika.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perempuan, Desa dan Kedaulatan Pangan

15 Januari 2021   13:57 Diperbarui: 15 Januari 2021   14:19 1035
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain itu, Dianxi juga berinteraksi dengan penduduk Muslim dan seringkali mereka saling menolong pun memberi. Ia juga sering membuat vlog, dan yang terbaru adalah saat dia menyediakan jasa foto gratis bagi lebih dari 100 keluarga dan memberikan mereka hasil cetak foto kepada setiap keluarga, yang dibalas dengan oleh-oleh berupa makanan.

PEREMPUAN, DESA DAN KEDAULATAN PANGAN

Video-video para youtuber di atas boleh lah jadi semacam harapan terhadap desa dan kemakmuran yang disediakan alam. Karena berkat video-videonya misalnya, Liziqi sang petani muda lagi putus sekolah justru menjadi kaya raya saat dia memutuskan menggunakan kecanggihan teknologi untuk meraih kesuksesan. 

Pada generasi kakek dan ayahnya, kekayaan alam desa yang tersedia di kampungnya tidak pernah membuatnya kaya. Namun, di generasinya yang sudah melek teknologi, kekayaan di pekarangan rumahnya yang sama adanya dengan masa kakek dan ayahnya, justru menjadi sumber kekayaan. Tentu kekayaan itu melimpah itu tidak berasal dari hasil penjualan hasil pertanian, meski Liziqi punya toko online, justru berasal dari Youtube. 

Logikanya sederhana, dari 1000 view untuk sebuah video, Liziqi mendapat USD 1 dari Youtube dan penghasilannya dari Youtube hanya diperlukan dengan menghitung kelipatan USD 1 dengan ratusan juta kali videonya ditonton warga dunia. tentu pendapatan sebesar itu nggak akan bisa diperoleh Liziqi dari hanya menjual sayuran dari pekarangan, sawah dan kebunnya saja. Itulah mengapa, kekayaan perlu diraih dengan caranya sendiri.

Liziqi telah mengajarkan bagaimana kedaulatan pangan di pekarangan rumah dan kampungnya sebagai 'pengaman' dari kelaparan. Liziqi dan neneknya dan mungkin tetangga terdekatnya justru kelebihan bahan pangan, saking banyaknya bahan pangan di pekarangan, danau, sungai, hingga gunung. 

Namun, kelimpahan pangan itu hanya berguna mengisi perut kelaparan, sebab ternyata kekayaan datang dari puluhan juta pasang mata, dari seantero warga dunia yang menonton video-video kesederhanaan hidup warga desa. 

Ratusan juta dollar nggak masuk ke rekening Liziqi dari semua bahan pangan itu, melainkan dari cara dia membuat jalan menggunakan teknologi dan memukau warga dunia untuk terus menerus menonton video-videonya saat sedih, stress, maupun saat kelaparan.

Diakui atau nggak, banyak Youtuber baru bermunculan dengan mencontek gaya Liziqi. Para Youtuber baru itu sepertinya memahami apa yang dipahami Liziqi dalam menyediakan kesederhanaan yang tenang bagi warga kota yang stress lagi memimpikan kehidupan desa. Melalui video yang dikemas secara apik, kehidupan petani yang keras menjadi begitu mengagumkan dan menjadi impian. 

Angle yang pas juga bisa memikat penonton dalam mendoktrin dirinya sendiri tentang kemakmuran desa. Mungkin, pada suatu hari nanti aku pun akan kembali ke desa, jadi youtuber pertanian dan masak-masak khas desa dan hidup bahagia selamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun