“Ini sudah malam, langit juga sudah mendung. Gak usah beli bakso, ibu juga sudah masak.”
“Lagi ingin makan bakso Bu,” suara itu berasal dari Ratih yang sudah berada di depan rumah dengan sepeda motor.
“Sebentar kok Bu, kami hanya di depan kompleks. Dekat, jangan kuatir,” Ana mencoba merayu Ibunya.
Ibu hanya diam dengan wajah datar ketika melihat kedua putrinya pergi setelah mereka berpamitan.
Ternyata tidak ada gerobak bakso yang mangkal di depan kompleks. Walaupun begitu niat memakan bakso begitu mengugah selera kedua remaja itu.
Demi keinginan makan bakso, mereka memutuskan mencarinya keluar kompleks.
Bakso telah di dapat dan terbungkus rapi di dalam plastik putih. Mereka akan segera pulang. Gerimis mulai turun, dengan kecepatan yang tinggi, Ratih mengendarai sepeda motornya supaya tiba dengan segera di rumah.
Beberapa menit lagi akan sampai ke area kompleks perumahan, sepeda motor Ratih masih melaju dengan kecepatan yang sama. Tiba-tiba seekor kucing melintas di depan sepeda motor. Ratih terkejut dan kehilangan keseimbangan.
Sepeda motornya oleng ke kanan dan mereka berdua terjatuh dengan helm di kepala. Kucing tersebut lari sambil mengeong meninggalkan mereka berdua.
Ana melihat Ratih kembali. Sepeda motor mereka telah mati mesinnya dan kaca spionnya telah retak.
Hujan mulai deras. Tak ada satu pun kenderaan yang lewat. Beberapa meter lagi kompleks perumahan mereka terlihat. Tapi Ana tidak bisa mengendarai sepeda motor. Dia belum belajar.