Padahal, di balik pencapaian yang ditampilkan dengan bangga, ada begitu banyak jiwa yang diam-diam menahan lelah.
Ada hati yang remuk tapi tetap tersenyum agar tidak terlihat rapuh.
Ada langkah yang goyah tapi terus dipaksa tegak karena takut dicap gagal.
Ironisnya, di tengah dunia yang tampak begitu terkoneksi, banyak dari kita justru merasa semakin kesepian.
Aku sering berpikir, sejak kapan kita begitu takut terlihat tidak baik-baik saja?
Sejak kapan "istirahat" dianggap tanda kemalasan, dan "diam" diartikan sebagai kalah?
Di era ini, nilai diri sering diukur dari seberapa cepat kita berhasil, seberapa sibuk kita terlihat, atau seberapa sempurna citra yang kita bangun.
Namun tak ada yang tahu betapa beratnya menjaga topeng itu setiap hari.
Ada hari-hari di mana aku ingin mematikan semuanya, layar, notifikasi, dunia yang bising.
Bukan untuk menyerah, tapi untuk mendengar kembali suara hati yang lama terkubur oleh tuntutan "menjadi cukup"
Aku ingin kembali menemukan arti sederhana dari kata hidup, bukan membuktikan.