Mohon tunggu...
widyastuti jati
widyastuti jati Mohon Tunggu... Dosen - Dosen UIN Salatiga

mengagumi keindahan alam dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Intan Lereng Gunung

1 Februari 2023   09:15 Diperbarui: 1 Februari 2023   09:21 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Maturnuwun  yo Bu Guru ayu."  Hadi memijit hidung istrinya yang sudah ada dipinggiran dipan, direngkuhnya tubuh mungil istrinya di dadanya yang bidang. Seperti biasa pasangan itu selalu menikmati malam-malam indah di rumah yang sangat sederhana mereka, diiringi musik jangkrik dan katak yang bersaut-sautan  menyambut datangnya sang dewi malam.

                                                ***

Hari ini adalah bulan ke tujuh, Siyam  mengandung anaknya yang kedua. Dia rajin kontol ke  bidan,   yang datang dua kali dalam seminggu   di desanya.  Siyamah tetap semangat menemani rapat Bu Lurah ke kantor kecamatan dan seperti biasa dia  menyampaikan materi yang dia peroleh di rapat PKK desanya meski perutnya makin membuncit. Siyam juga masih semangat mengajar, tanpa merasa letih, semua dikerjakan dengan gembira. Di rumah dia selalu melakukan tugasnya  dari mencuci pakaian, piring dan memasak. Untuk bersih-bersih kebun dan mengambil air, yang melakukan suaminya.

Seperti biasa, sehabis salat isya di mushola Hadi mendekati istrinya yang menidurkan Arif di kursi panjang. Setelah tidur nyenyak, dipindahkan anaknya di dipan kamar. Agak susah Siyam beranjak dari duduknya menuju dipan yang cukup lebar untuk mereka bertiga.

"Hati-hati, Yam" kata Hadi ketika melihat istrinya dengan susah payah naik dipan. Kemudian dielusnya perut istrinya yang semakin membuncit.

"Yam, aku ditawari bosku untuk kerja di kota kurang lebih dua bulan, bayarannya lumayan tinggi, tapi hanya boleh pulang dua minggu sekali," ucap Hadi seraya meletakkan kepala istrinya di dada bidangnya.

"Tidak apa-apa Kang, lumayan untuk persiapan lahiran anak kita," jawab Siyam tangannya merangkul dada suaminya meski agak  payah  memiringkan tubuh.

"Kita bersyukur ya Kang,  Arif bisa mengenyam PAUD, dia pintar sekali lho, semoga dalam waktu dekat ada SMP di desa kita, Sehingga Arif tidak usah jauh-jauh belajarnya."

"Iya, Yam. Arif harus pintar seperti kamu."

"Semoga kita mampu menyekolahkan Arif setinggi-tingginya sehingga bisa menjadi kebanggaan desa kita , alangkah senangnya jika SDM pemuda-pemuda di desa kita tinggi, tentu mereka bisa berpikir kreatif menggali potensi desa kita"

"Maksudmu apa Yam menggali potensi? " tanya Hadi lugu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun