"Ya mudah-mudahan dapat bea siswa ya Mang, saya doakan." Kata Satria.
"Hatur nuhun pak," kata Nandang ramah.
Dialog ini harus berakhir karena di ujung pintu pasar Satria melihat istrinya sudah memberi isyarat kalau bawaannya berat butuh bantuan.
Segera Satria berpamitan kepada Nandang dan bergegas menghampiri istrinya.
Bagi Satria hari itu adalah hari yang sangat bernilai betapa tidak seorang Ujang tukang parkir tetap bekerja dengan semangat dan Nandang seorang tukang sol sepatu bekerja tetap ramah seolah mereka tidak punya problem dalam hidupnya.
Bagi mereka menjalani hidup ini mengalir saja seperti air. Begitu sederhana filsofi itu.
Namun bagi Satria jujur kepada dirinya sendiri. Hal itu begitu sulit untuk menerapkannya seperti yang dilakukan oleh Ujang dan Nandang.
Mereka begitu fight berperang dengan hidup ini. Mereka begitu tegar. Satria baru menyadari, ternyata dirinya lebih cengeng dari mereka. Dirinya terlalu lebay hanya karena seorang Pensiunan.
Padahal seharusnya Satria bersyukur walaupun uang pensiunnya pas-pas-an tetapi tetap pas kan.
Tidak seperti mereka, Mang Ujang juru parkir dan Mang Nandang tukang sol sepatu yang memang pendapatannya pas. Sungguh Satria merasa malu dengan dirinya sendiri.
@Bunda Widya.