Mohon tunggu...
Endah Manganti
Endah Manganti Mohon Tunggu... Jurnalis - Penulis, Copy Writer, Influencer, Public Relation

Saya seorang Penulis, Copy Writer, Influencer, Public Relation yang terlahir dari Mama yang berasal dari Suku Ondae Poso, Sulawesi Tengah campur Banjar, Kalimantan Selatan dan Papa yang asli Sunda, Jawa Barat. Saya hobi menulis dan senang mendeskripsikan hampir semua perasaan, pengalaman dan apapun yang saya lihat. Saya juga senang dan suka menulis Cerpen. Salam dan bravo selalu ONDAE!!! Ohya skefo, saya pernah selama hampir 20 tahun menjalani profesi sebagai Jurnalis di koran lokal, majalah komunitas dan terakhir di Harian Bisnis Indonesia. Terima kasih!

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Senioritas

8 November 2022   02:27 Diperbarui: 8 November 2022   02:34 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Saat membawa lowongan, panas matahari baru saja berada tepat di atas kepala. Ternyata di jam tersebut kantor redaksi rerata masih sepi bak kuburan, dan nanti ramai jelang munculnya sunset yang kerap terlihat dari pinggir Pantai Talise. Tak perlu menunggu lama, beberapa hari kemudian saya mendapat telepon dari sekretaris redaksi bahwa saya dipanggil oleh pemimpin redaksi untuk melakukan proses wawancara.

Usai saya diwawancara, informasi bahwa saya diterima bekerja di koran Nuansa Pos langsung saya dapatkan seketika itu juga, dan saya diminta untuk memulai aktivitas sebagai seorang jurnalis di surat kabar tersebut pada keesokan harinya. Bahkan kata pemimpin redaksi yang mewawancarai saya ketika itu, "Kalau sudah punya tulisan sekarang, serahkan saja langsung ke redaksi supaya bisa diterbitkan untuk besok."

Keesokan harinya, setelah berpeluh karena panas seharian melakukan liputan, saya langsung menuju ke kantor untuk membuat berita dan menyerahkan langsung ke redaksi. Malamnya setelah semua berita diedit, dilayout dan siap untuk dicetak, kami pun diminta untuk mengikuti rapat redaksi untuk mempersiapkan bajet berita dan isu apa yang sekiranya sedang hangat dan cocok untuk dijadikan headline besok.

Tiba di ruang rapat redaksi, terpampang nyata semua wajah penghuni ruang redaksi yang sebenarnya, yang muncul kalau matahari sudah mau terbenam. Beberapa di antaranya sudah cukup familiar karena sering bertemu di beberapa liputan, pernah saling sapa dan satu dua di antaranya malah lumayan kenal sebab sering berinteraksi selama saya melakukan liputan di lapangan.

Karena merasa sudah lumayan kenal, saya pun menebar senyum. Bukan bermaksud sok kenal, tapi saya memang merasa kita sudah pernah bertemu beberapa kali, sehingga "wajib" buat saya untuk menyapa teman-teman tersebut. Namun tak dinyana, boro-boro membalas senyum dan turut menyapa saya, untuk memandang wajah saya pun mereka seperti tak sudi.

Sejak awal hingga rapat bubar, tak satu pun dari mereka yang saya kenal untuk menyapa atau melempar senyum kepada saya. Sempat saya berpikir, "Mungkin karena sedang rapat dan ada bos, jadi pada diam semua." Namun sebenarnya bukan itu alasan diam mereka, tetapi ternyata karena masih berlaku sistem senioritas dan junioritas di kantor tersebut. Astagfirullahadzim.....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun