Mohon tunggu...
Alberto Nainggolan
Alberto Nainggolan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Hidup bukanlah mengikuti Aliran, Namun membuat Arus kedepannya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Transformasi Sikap Senioritas dalam Pendidikan: Menuju Lingkungan Belajar Inklusif dan Kolaboratif

12 Mei 2024   19:00 Diperbarui: 13 Mei 2024   09:47 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sikap senioritas dalam konteks pendidikan seringkali disalahartikan, di mana senioritas dilihat sebagai hak untuk menunjukkan superioritas tanpa adanya tanggung jawab terhadap rekan mahasiswa.

Fenomena ini menciptakan lingkungan pendidikan yang tidak sehat, di mana mahasiswa senior seringkali hanya peduli pada kepentingan pribadi mereka tanpa memperhatikan pentingnya kolaborasi dan pembelajaran bersama.

Pendekatan yang lebih positif terhadap senioritas adalah dengan mengedepankan nilai-nilai seperti berbagi, saling menghormati, dan bertanggung jawab terhadap sesama mahasiswa.

Senioritas seharusnya digunakan sebagai alat untuk membangun hubungan inklusif dan saling mendukung antara senior dan junior, bukan sebagai alat untuk dominasi atau mencari penghargaan yang tidak wajar.

Cara untuk mengubah paradigma ini adalah dengan menggalakkan praktik berbagi pengetahuan dan pengalaman di antara sesama mahasiswa, serta memberikan penghargaan terhadap kontribusi dan ide dari setiap individu. Hal ini dapat tercermin dalam praktik sehari-hari seperti memberikan ruang untuk menyampaikan pendapat yang berbeda dan memberikan dukungan kepada rekan-rekan sejawat.

Hal sederhananya dapat dilakukan melalui Kegiatan-kegiatan seperti membaca bersama, diskusi kelompok, atau mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, bentuk dari kegiatan tersebut dapat menjadi sarana untuk memperkuat hubungan yang sehat di antara mahasiswa, sambil juga memperdalam pemahaman tentang bidang studi yang sedang digeluti.

Melalui pendekatan yang inklusif, responsif, dan bertanggung jawab terhadap senioritas, lingkungan pendidikan dapat menjadi lebih dinamis dan kolaboratif. Hal ini juga akan membantu mengurangi potensi konflik di antara anggota komunitas pendidikan, serta menciptakan budaya yang positif dan progresif di lingkungan belajar.

Dalam konteks Indonesia, saya juga  menyoroti bahwa senioritas yang tidak relevan dengan pendidikan dapat menghambat proses pembelajaran yang seharusnya berfokus pada pengembangan ilmu pengetahuan dan keterampilan.

Lantas, apa yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi sikap senioritas yang berujung merugikan ini?

langkah dari Kemdikbud untuk mengurangi kasus kekerasan disetiap instansi pendidikan Indonesia yaitu dengan membentuk Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (TPPK),  TPPK merupakan salah satu instrumen penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman, inklusif, dan beradab.

Namun, implementasi TPPK tidak selalu berjalan lancar di semua lembaga pendidikan,
Pada beberapa kasus, seperti yang terjadi di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP), kurangnya kesadaran dan efektivitas dari TPPK menyebabkan maraknya sikap senioritas yang merugikan, bahkan hingga berpotensi menimbulkan perilaku kekerasan.

 Contoh ini menjadi peringatan akan pentingnya memperkuat dan melengkapi TPPK dengan sumber daya yang memadai serta dukungan yang konsisten dari seluruh komponen di institusi pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun