Mohon tunggu...
Widodo Antonius
Widodo Antonius Mohon Tunggu... Guru SD Tarsisius Vireta Tangerang

Hobi membaca menulis dan bermain musik

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

" Lebih Bangga Jam Tangan daripada Jendela Ilmu?"

25 September 2025   15:10 Diperbarui: 25 September 2025   15:10 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Membaca Buku ( Sumber: pixabay.com )

"Lebih Bangga Jam Tangan daripada Jendela Ilmu?"

Oleh: Widodo, S.Pd.

Pendahuluan

Saya kagum dengan perpustakaan keluarga seorang pejabat di kediamannya. Kebetulan tinggalnya tidak jauh dari rumah saya. Menurut pengamatan, perpustakaan tersebut merupakan perbendaharaan yang bernilai. Beranalogi dengan perbendaharaan kata-kata pemiliknya, setiap kali berbicara di depan umum, gaya bicaranya enak, mengalir, runtut, dan mudah dipahami. Pantas saja pejabat tersebut memiliki referensi perpustakaan keluarga yang tersusun rapi.

Bagi seseorang yang gemar membaca buku akan tertarik untuk mengamati sederet koleksi di rak tersebut. Lalu timbul pertanyaan: buku-buku apa saja yang sesuai untuk para pejabat? Adakah pejabat besar lahir dari seseorang yang gemar membaca buku? Berikut pembahasannya.

Pembahasan

Mengamati Perpustakaan Keluarga Pejabat

Perpustakaan keluarga seorang pejabat bisa menjadi cermin kedalaman wawasannya. Buku-buku hukum, politik, ekonomi, budaya, dan filsafat kerap menjadi koleksi utama. Dengan membaca, seorang pejabat memperkaya sudut pandangnya dalam mengambil keputusan yang menyangkut hajat hidup orang banyak.

Jenis Buku

Jenis buku yang ideal untuk seorang pejabat antara lain:

  1. Buku biografi tokoh -- untuk menimba pengalaman kepemimpinan.
  2. Buku filsafat dan politik -- agar pemikiran lebih luas dan mendalam.
  3. Buku kebudayaan dan sastra -- untuk melatih kepekaan rasa.
  4. Buku ekonomi dan sains terapan -- untuk memahami dinamika pembangunan.
  5. Buku keagamaan dan spiritualitas -- agar tetap rendah hati dan bijaksana.

Pejabat Memiliki Komunitas Pembaca

a. Keluarga
Perpustakaan di rumah bisa menjadi sarana menanamkan tradisi membaca sejak dini. Anak-anak pejabat yang terbiasa melihat orang tuanya membaca akan menumbuhkan kebiasaan yang sama.

b. Umum / Tamu yang Berkunjung
Perpustakaan juga bisa menjadi tempat berdiskusi ringan ketika tamu datang. Buku yang dipajang rapi bukan hanya hiasan, melainkan undangan untuk berbincang intelektual.

Belajar dari Tokoh: Menteri Adam Malik

Adam Malik dikenal sebagai pejabat sekaligus tokoh nasional yang gemar membaca. Ia rajin mengoleksi buku sejarah dan politik. Kegemarannya membaca menjadikan pidato-pidatonya selalu berbobot dan dihormati di forum internasional.

Belajar dari Tokoh Pejabat Luar Negeri yang Kutu Buku

Di dunia internasional, banyak pejabat yang dikenal sebagai kutu buku. Barack Obama, misalnya, menulis sekaligus gemar membaca berbagai buku politik dan sastra. Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew juga dikenal rajin membaca, sehingga kebijakan-kebijakannya memiliki landasan pemikiran kuat.

Buku Referensi Relevan Pejabat Masa Kini

Untuk pejabat masa kini, buku-buku yang relevan antara lain:

  • Leadership and Nation Building
  • Buku tentang transformasi digital dan kebijakan publik
  • Buku pembangunan berkelanjutan dan lingkungan hidup
  • Kumpulan esai tokoh nasional dan internasional
  • Buku komunikasi publik dan retorika

Hindari: Pejabat yang Gemar Pamer Kemewahan, Tapi Hampir Tak Pernah Pamer Buku !

Di media sosial kita sering melihat pejabat pamer mobil mewah, jam tangan berkilau, atau pesta ulang tahun super glamor. Netizen pun hanya bisa geleng kepala: "Kenapa yang dipamerkan selalu barang, bukan pikiran?"

Padahal, buku jauh lebih layak dipamerkan. Buku bukan sekadar kertas berisi huruf, melainkan jendela ilmu, inspirasi, dan pembentuk karakter. Ironisnya, pejabat yang sibuk pamer kemewahan jarang sekali terlihat membagikan apa buku terakhir yang ia baca, atau ide apa yang ia temukan dari lembar-lembar pengetahuan.

Netizen pun mulai bersuara sinis: "Kalau isi rak buku setipis isi dompet rakyat, jangan heran kalau kebijakan juga miskin gagasan."

Pamer kemewahan hanya meninggalkan kesan pamer diri. Tetapi, pamer buku---jika benar-benar dibaca---akan menunjukkan pejabat yang rendah hati, berwawasan luas, dan siap berdialog dengan rakyatnya.

Jadi, kalau harus memilih, masyarakat lebih butuh pejabat yang "kutu buku" daripada pejabat yang "kutu pamer." Jangan sampai ada  warganet yang memberikan pernyataan  "Lebih Bangga Jam Tangan daripada Jendela Ilmu?"

Penutup

Kedekatan pejabat dengan buku bukan sekadar hobi, melainkan kebutuhan. Buku menjadi jendela yang memperluas wawasan, memperdalam empati, dan memperkuat argumentasi. Pejabat yang dekat dengan buku akan lebih siap menghadapi kompleksitas zaman dan mengambil kebijakan yang tidak hanya populer, tetapi juga bijak dan berpandangan jauh ke depan.

Jika generasi pejabat kita mampu membudayakan membaca, maka bangsa ini tidak hanya memiliki pemimpin yang pandai berbicara, tetapi juga pemimpin yang berpikir jernih, bernalar kritis, dan penuh hikmah.

Daftar Pustaka

  • Malik, Adam. Mengabdi Bangsa dengan Pikiran dan Perbuatan.
  • Obama, Barack. The Promised Land.
  • Lee Kuan Yew. From Third World to First.
  • Tilaar, H.A.R. Kebijakan Pendidikan: Analisis dalam Konteks Global.
  • Kartodirdjo, Sartono. Pengantar Sejarah Indonesia Baru.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun