Mohon tunggu...
Widodo Antonius
Widodo Antonius Mohon Tunggu... Guru SD Tarsisius Vireta Tangerang

Hobi membaca menulis dan bermain musik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

HRD Ideal dari Kaca Mata Kandidat: Memproses Rekrutmen yang Bermartabat

12 Juli 2025   07:15 Diperbarui: 10 Juli 2025   22:43 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Wawancara HRD dengan Kandidat Produk Pixabay

HRD Ideal dari Kacamata Kandidat:Memproses Rekrutmen yang Bermartabat

Oleh: Widodo, S.Pd.

Dalam dunia kerja, proses rekrutmen kerap menjadi panggung awal yang menentukan kualitas hubungan antara perusahaan dan calon karyawannya. Di satu sisi, perusahaan ingin menjaring kandidat terbaik. Di sisi lain, pelamar pun mendambakan perlakuan yang manusiawi, profesional, dan beretika dari pihak Human Resource Development (HRD). Maka, ketika seorang kandidat menghargai perusahaan dengan sikap hormat dan kesiapan penuh saat melamar, idealnya perusahaan---melalui HRD---pun membalas dengan penghargaan serupa.

Sayangnya, dalam praktiknya, banyak pelamar kerja yang merasa seperti sedang berbicara di ruang kosong. Lamaran dikirimkan dengan penuh harap, namun tak ada balasan. Wawancara dijalani dengan serius, tapi tindak lanjutnya kabur. Tidak jarang, proses rekrutmen berlangsung berbulan-bulan tanpa kejelasan. Dalam posisi ini, pelamar seolah hanya dianggap angka dalam sistem, bukan individu yang sedang berjuang untuk masa depannya.

Jika saya diposisikan sebagai seorang pelamar, yang saya harapkan dari HRD bukanlah kemewahan atau perlakuan istimewa, melainkan penghargaan atas waktu, tenaga, dan harapan yang saya investasikan dalam proses melamar. Minimalnya, komunikasi yang transparan dan respons yang sopan, meskipun hanya dalam bentuk surel penolakan yang manusiawi.

HRD ideal dalam bayangan saya adalah mereka yang:

  1. Menjaga komunikasi dengan jelas dan tepat waktu, mulai dari notifikasi bahwa lamaran diterima, panggilan wawancara, hingga hasil akhir rekrutmen.
  2. Menghargai pelamar sebagai mitra potensial, bukan objek seleksi semata. Ini tercermin dari cara bertanya, mendengarkan, dan menjelaskan posisi serta budaya perusahaan.
  3. Memberikan umpan balik konstruktif, terutama ketika pelamar tidak lolos. Ini bukan hanya membantu pelamar memperbaiki diri, tetapi juga mencerminkan integritas perusahaan.
  4. Transparan soal proses dan timeline, agar pelamar bisa menyesuaikan ekspektasi dan keputusan karier mereka dengan lebih bijak.

Memanusiakan proses rekrutmen adalah kunci. Apalagi di era digital seperti sekarang, perusahaan juga membangun citra di mata publik, termasuk para pencari kerja. Satu pengalaman buruk dari pelamar bisa tersebar luas lewat media sosial atau platform berbagi seperti Kompasiana.

Berikut ini contoh dialog/interview HRD dengan pelamar kerja sebagai guru SD di Tarsisius Vireta. Format ini menggambarkan suasana wawancara formal namun tetap hangat dan bersifat personal.

Tempat: Ruang Rapat SD Tarsisius Vireta
Waktu: Pukul 09.00 WIB
Peserta:

  • Ibu Monica, HRD SD Tarsisius Vireta
  • Bapak Andi Prasetya, Pelamar Guru Kelas

WAWANCARA KERJA

Ibu Monica (HRD):
Selamat pagi, Pak Andi. Terima kasih sudah hadir tepat waktu untuk wawancara hari ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun