Jamhari, Lelaki yang Bicara dengan Hutan
Oleh: Widodo, S.Pd.
Di kaki bukit Menoreh, tepatnya di desa Gelam yang sunyi dan hijau, tinggal seorang lelaki tua bernama Jamhari. Orang-orang menyapanya Mbah Jam, namun bagi anak-anak kecil yang gemar mendengar dongeng, ia lebih dikenal sebagai "Orang yang Bisa Bicara dengan Binatang."
Namun, tidak banyak yang tahu bahwa keberanian Jamhari bukanlah warisan dari leluhur atau warisan kitab kuno, melainkan tumbuh sejak ia masih kanak-kanak---dari perkara sepele: memegang ulat bulu keket.
"Kalau dipegang dari bagian perutnya, dia nggak bisa menyengat," katanya suatu sore kepada teman-temannya sambil mengacungkan ulat berbulu itu di ujung jarinya. Anak-anak lain menjerit dan berlarian, sementara ia tertawa lebar, penuh kemenangan.
Tak berhenti di situ, Jamhari kecil juga gemar memegang kotoran ayam, letong sapi, bahkan bangkai burung tanpa merasa jijik. "Yang jijik itu bukan kotorannya, tapi pikiran kita," ujarnya bijak meski baru berusia sembilan tahun.
Namun, peristiwa yang mengubah hidupnya terjadi saat ia tersengat kalajengking hitam di balik batu dapur. Tangannya membiru dan kaku seperti kayu. Orang-orang tua di kampung berkata, "Kalau bisa menangkap kalajengking yang menyengatmu, bakar dan makan. Maka tubuhmu akan kebal terhadap sengatan serangga." Jamhari percaya, dan melakukannya. Sejak saat itu, ia seakan memiliki firasat terhadap kehadiran kalajengking, seperti ada alarm di dalam tubuhnya.
Ia bahkan mulai menangkap kalajengking untuk dipelihara. Di sudut rumahnya, terdapat kandang bambu kecil tempat puluhan kalajengking bersarang. Ia tak pernah disengat lagi. Anehnya, kalajengking-kalajengking itu seolah mengenalnya.
Hingga suatu malam, ia bertemu dengan yang tak biasa: seekor kalajengking besar, berbulu, hitam mengilap, dengan sengat setebal paku. Ia menyebutnya King Kalajengking. Kalajengking itu tak takut padanya. Matanya merah dan penuh dendam, seperti penunggu makam.
"Sejak malam itu, aku tidak pernah lagi menangkap kalajengking," kenangnya sambil mengelus-elus tongkat tua dari kayu jati.
Namun keberaniannya tak meredup. Suatu ketika, Jamhari muda mendengar suara aneh di balik semak dekat kebun. Ia menemukan seekor anak macan tutul yang lemah dan lapar. Ia beri makan daging ayam, bahkan dielus kepalanya. Tapi ia tahu bahaya tak jauh darinya---dan benar saja, sang induk muncul dengan mata bersinar tajam.