Puisi Desaku yang Kucinta
Oleh : Widodo
Di balik kabut pagi yang enggan sirna,
Desaku terbaring dalam sunyi yang dalam.
Sawah-sawah mengering, tak lagi ditanami,
Petani pergi, meninggalkan cangkul dan bajak.
Mereka memilih pabrik yang berisik,
Atau proyek-proyek yang menjulang tinggi.
Mencari nafkah di kota yang gemerlap,
Meninggalkan ladang yang dulu subur dan hijau.
Pemuda-pemuda desa, penuh semangat,
Mengadu nasib ke kota, ke negeri seberang.
Mengejar mimpi di tanah yang asing,
Meninggalkan desa yang dulu mereka cinta.
Kini, hanya suara angin yang berbisik,
Menemani langkah-langkah renta orang tua.
Mereka menatap langit dengan mata sayu,
Menanti kepulangan yang entah kapan tiba.
Desaku yang dulu riuh dengan tawa,
Kini sunyi, hanya kenangan yang tersisa.
Namun, dalam sepi, aku tetap mencinta,
Desaku, tempat lahir dan hatiku selalu berada.
Tangerang, 29 April 2025
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI