Mohon tunggu...
Widodo Antonius
Widodo Antonius Mohon Tunggu... Guru SD Tarsisius Vireta Tangerang

Hobi membaca menulis dan bermain musik

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi Desaku yang Kucinta

29 April 2025   19:37 Diperbarui: 29 April 2025   19:37 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Puisi Desaku yang Kucinta
Oleh : Widodo
Di balik kabut pagi yang enggan sirna,
Desaku terbaring dalam sunyi yang dalam.
Sawah-sawah mengering, tak lagi ditanami,
Petani pergi, meninggalkan cangkul dan bajak.
Mereka memilih pabrik yang berisik,
Atau proyek-proyek yang menjulang tinggi.
Mencari nafkah di kota yang gemerlap,
Meninggalkan ladang yang dulu subur dan hijau.
Pemuda-pemuda desa, penuh semangat,
Mengadu nasib ke kota, ke negeri seberang.
Mengejar mimpi di tanah yang asing,
Meninggalkan desa yang dulu mereka cinta.
Kini, hanya suara angin yang berbisik,
Menemani langkah-langkah renta orang tua.
Mereka menatap langit dengan mata sayu,
Menanti kepulangan yang entah kapan tiba.
Desaku yang dulu riuh dengan tawa,
Kini sunyi, hanya kenangan yang tersisa.
Namun, dalam sepi, aku tetap mencinta,
Desaku, tempat lahir dan hatiku selalu berada.

Tangerang, 29 April 2025

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun