Mohon tunggu...
Widodo Surya Putra (Mas Ido)
Widodo Surya Putra (Mas Ido) Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Arek Suroboyo | Redaktur renungan kristiani | Penggemar makanan Suroboyoan, sate Madura, dan sego Padang |Basketball Lovers & Fans Man United | IG @Widodo Suryaputra

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ajarkan Hidup Bersih, Nasionalisme, dan Tertib Berlalu-lintas ala Krista Gracia School

20 September 2018   15:45 Diperbarui: 20 September 2018   15:48 707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rak helm berjajar rapi (Dok. Pribadi)

Kamis pagi (19/9) saya nongkrong di kantin sekolah tempat istri saya mengabdi sebagai "pahlawan yang sangat berjasa bagi negeri ini". Namanya Krista Gracia School, tepatnya bagian "Sekolah Dasar"-nya.

Sekitar 1 jam saya berada di sana, sambil sarapan, ngobrol, menyapa beberapa orang yang saya kenal, dan tentu saja, melakukan "olah TKP" untuk mendapatkan sesuatu yang menginspirasi. 

Istilahnya, "Kulakan bahan untuk menulis!"

Saya senang karena pagi tadi misi saya lumayan berhasil. Kampung tengah beres alias kenyang, sarapan bersama istri, plus merekam tiga hal yang menarik perhatian saya.

Cocok untuk bahan perenungan kita bersama sebagai BANGSA INDONESIA, yang masih memiliki masalah besar akan ketiga hal yang hendak saya sampaikan berikut ini. 

Apa sajakah 3 hal yang menarik perhatian saya itu? 

****

PERTAMA, ajakan hidup bersih ala "Krista Cafe" (semacam kantin sekolah untuk 4 unit pendidikan di Krista Gracia School). Tak lama setelah duduk, naluri detektif saya bekerja untuk mengamati sekitarnya.

Perhatian saya lantas tertumbuk pada rak kecil di belakang saya, lengkap dengan tempat sampah kecilnya. Tak jauh dari situ ada tulisan yang mengimbau setiap penikmat hidangan kantin agar meletakkaan peralatan makan dan membuang sisa makanan atau sampah ke tempat yang disediakan.

MENARIK! Setahu saya tak banyak warung makan, bahkan restoran atau kafe beneran yang mengajarkan hidup bersih seperti di "Krista Cafe" itu. 

Alhasil, pengunjung pun bebas bersikap seenaknya, entahkah mau meninggalkan peralatan makan dalam kondisi amburadul, kotoran di sana sini, tak biasanya ada sampah yang ikut ditinggalkan. Alasannya, "Toh, nanti ada yang akan bersihkan!"

BAGI SAYA: melatih diri untuk menjaga kebersihan, plus tidak merepotkan orang jauh lebih elegan. Tepuk tangan saya harus mainkan bagi pengelola sekolah itu, yang mengajarkan kepada anak soal dua hal tersebut. Kelak, diharapkan mereka menjadikan kebersihan sebagai gaya hidup.

****

KEDUA, saat menikmati sarapan brongkos ayam bakar, sayup-sayup terdengar lagu INDONESIA RAYA berkumandang lengkap dengan iringan musiknya.

Saya ingat, beberapa waktu lalu istri saya bercerita bahwa kebiasaan bagus itu dilakukan sebelum kegiatan belajar berlangsung. Langsung saya berdiri menuju salah satu kelas, melihat gaya anak-anak itu menyanyikan, sambil ikut bernyanyi juga tentunya.

JEMPOL DUA buat manajemen sekolah yang mengajarkan hal baik kepada anak. Selain soal NASIONALISME, pembiasaan menyanyikan Indonesia Raya dapat menumbuhkan dan mengokohkan cinta Tanah Air kepada anak.

Mengingatkan akan dimana ia dilahirkan dan dibesarkan, dan kelak diharapkan mereka dapat memberi sumbangsih nyata bagi negeri, bukannya merusak atau malah mau mengganti ideologi negara.

Menariknya, kabarnya setiap momen ini berlangsung, seorang petugas kebersihan langsung menghentikan aktivitasnya (apa pun itu!) lalu mengambil sikap sempurna dan ikut menyanyikan lagu yang membanggakan itu. Luar biasa, ya?

****

KETIGA, rak khusus untuk meletakkan helm buat para siswa. Menariknya, rak helm itu penuh dengan beragam helm yang ditaruh di sana. Mengapa ini menarik dan penting? Karena ramainya rak helm itu menunjukkan bahwa anak-anak itu sudah sadar diri dan mendukung program tertib berlalu-lintas.

Mungkin kebiasaan baik ini juga sebagai dampak positif dari beberapa kali kunjungan dari kepolisian setempat untuk mendekatkan diri kepada anak-anak, sekaligus mengajarkan agar mereka tertib berlalu-lintas.

Jujur saja, saya masih sering melihat orangtua yang gagal mengajarkan pentingnya mengenakan helm kepada anak-anaknya.

Setiap kali jam berangkat sekolah, juga pulang sekolah, saya sering melihat orangtua membonceng anaknya tanpa terlihat mengenakan helm. Ada yang usia SD, SMP, sampai ... yang bikin geleng kepala ... usia SMA pun masih tak memakai helm! GILA, kan?

"APAKAH HARGA HELM SEBANDING DENGAN KEPALA DAN NYAWA KALAU SUDAH TERJADI KECELAKAAN?" Hanya orang SUPER BODOH yang tak bisa memahami hal ini dan menerapkannya. Maaf kalau harus memakai kata itu.

Hal lain yang bisa kita pelajari dari rak helm itu adalah sejak dini anak-anak belajar KETERTIBAN. Setiap helm diletakkan di rak yang disediakan oleh pihak sekolah (ada beberapa rak).

Tanpa mereka sadari, kalau kebiasaan ini diteruskan sampai setidaknya mereka lulus sekolah, maka akan tertanam pemahaman bahwa KALAU MELETAKKAN BARANG HARUS PADA TEMPATNYA. Benar?

TEPUK TANGAN harus diberikan bagi ide brilian menyediakan rak helm ini. Tampaknya sederhana, tapi tepat guna dan bisa dijadikan bahan untuk mengajarkan hal yang baik kepada setiap murid di sana. 

****

Itulah sedikit oleh-oleh dari aktivitas nongkrong saya hari ini. Semoga dapat bermanfaat bagi Kompasianer semua. 

Doakan saja agar pada tongkrongan berikutnya, ada hal menarik lainnya yang bisa saya tuangkan melalui Kompasiana dan berguna untuk membangun bangsa ini. 

By the way ... ada yang mau ajak saya nongkrong? Nanti saya tuliskan kisahnya! 

Hahaha ...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun