Mohon tunggu...
Widz Stoops
Widz Stoops Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Penulis buku “Warisan dalam Kamar Pendaringan”, Animal Lover.

Smile! It increases your face value.

Selanjutnya

Tutup

Life Hack Pilihan

Cara Menghentikan Argumen yang Memanas

12 Agustus 2021   04:17 Diperbarui: 12 Agustus 2021   04:35 667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : unsplash.com/@javaistan

Adakalanya sebuah percakapan atau diskusi berubah menjadi pertengkaran yang memanas.
Argumen sebetulnya tidak muncul begitu saja. Argumen muncul ketika kita tidak memperhatikan percakapan lawan bicara kita dengan seksama.

Saat kita berhenti memperhatikan apa yang terjadi antara kita dan orang yang kita ajak bicara, isyarat yang menunjukkan peningkatan ketegangan kemungkinan akan terlewati. Kadang secara tidak sadar kita menjadi defensif dan kesal lalu menaikkan nada suara kita. Atau bisa jadi kita tidak menyadari bahwa topik yang dibicarakan sarat dengan pemicu emosi orang lain.

Ketidaksepakatan sebetulnya sah-sah saja dan kadang memang tidak dapat dihindari. Tetapi argumen sering kali kontraproduktif karena kita menutup diri dan berhenti mendengarkan satu sama lain.

Yang berbahaya sebenarnya adalah efek dari membiarkan argumen tersebut karena keengganan kita untuk memulai percakapan yang sulit.

Banyak orang menghindari konfrontasi karena takut konflik. Hal ini justru akan menunda percakapan atau diskusi penting yang perlu terjadi.

Tetapi jika kita tahu kapan dan bagaimana cara menghentikan diskusi agar tidak berkembang menjadi pertengkaran, kita dapat mengurangi rasa takut akan konfrontasi.

Mempelajari cara meredakan argumen adalah salah satu keterampilan komunikasi paling penting yang dapat kita kembangkan karena akan memungkinkan kita untuk fokus membangun hubungan yang sehat dengan lawan bicara kita.  

Lalu bagaimana cara kita meredakan argumen yang memanas? Percakapan langsung, jujur, dan terkadang sulit, sangat penting untuk menciptakan suasana yang sehat di mana setiap orang merasa didengar, dihargai, dan dihormati.

Mengetahui kapan kita harus jeda

Setelah menyadari bahwa percakapan semakin panas, tarik napas dalam-dalam dan komentari ketegangan yang meningkat. Berhentilah mengutarakan maksud kita, bereaksi, atau berbicara tentang topik tersebut. Alihkan fokus kepada situasi yang sedang terjadi antara kita dan orang tersebut. Jika ketegangan terus meningkat, ambil alih dengan penuh respek dan katakan, "Pembicaraan ini semakin intens, dan saya tidak ingin ini menjadi pertengkaran. Yuk, tunda sebentar,  nanti kita bicarakan kembali. Sekarang kita jeda dulu sejenak untuk mengumpulkan pikiran kita dengan kepala dingin"

Mengumpulkan pikiran dengan kepala dingin

Apa pesan atau inti yang ingin kita sampaikan dalam percakapan ini? Pikirkan tentang bagaimana kita mengangkat pembicaraan dan yang paling terpenting adalah apa yang kita ingin lawan bicara ambil dari interaksi kita dan bagaimana kita bisa mengajak lawan bicara dengan approach yang berbeda. Ingat, yang bisa kita kendalikan hanyalah diri dan reaksi kita sendiri saja. Bukan orang lain!

Mantapkan diri untuk tetap tenang

Dibutuhkan dua orang untuk melanjutkan argumen. Siapkan diri agar tetap memegang kendali. Jangan fokus untuk menang sendiri. Fokus pada hasil yang ingin sama-sama kita capai dengan melakukan percakapan.

Sebelum terlibat kembali, jika tahu kita akan cenderung kesal atau jika topiknya sarat emosi, mantapkan diri untuk tetap tenang bahkan jika interaksi kembali memanas.

Mengambil tanggung jawab

Jika kita menyakiti perasaan orang lain, bertanggung jawablah atas akibat yang kita timbulkan, meskipun itu tidak disengaja.

Jangan bersikap defensif. Bertanggung jawablah akan suasana tegang  yang tercipta karena percakapan kita dengan mengungkapkan niat baik dari percakapan tersebut : "Maaf, saya membuatmu kesal. Saya ingin kita rukun dan menyelesaikan ini bersama-sama."

Hindari godaan untuk membenarkan perilaku kita atau meminta orang lain untuk meminta maaf atas peran mereka terhadap tegangnya suasana.

Tetapterlibat

Kembali ke topik yang ada, tetaplah bersikap tenang. Libatkan diri dalam percakapan dan selaraskan dengan energi yang tercipta selama percakapan berlangsung. Juga, perhatikan keadaan emosi orang lain hingga kita dapat menangkap apabila  percakapan memanas lagi.

Wajar jika dalam komunikasi dua arah kadang  kita merasa sedikit tidak nyaman, tetapi apabila dilakukan dengan seksama dan penuh respek, meski memiliki pendapat masing-masing, kedua belah pihak akan tetap terus maju bersama-sama.

Untuk meredakan pertengkaran, tetaplah tenang dan perhatikan jika energi antara kita dan lawan bicara mulai berubah. Pergeseran energi itu dapat menunjukkan bahwa sudah waktunya untuk jeda. Beri kesempatan mereka untuk berpikir bahwa kita sama-sama ingin mempertahankan hubungan dan menyelesaikan konflik.

Semakin sering kita terlibat dalam percakapan berisiko tinggi, semakin siap kita menanganinya jika interaksi menjadi semakin tegang.

Ketika kita belajar bagaimana menangani konflik dengan baik, kita tidak hanya membangun kepercayaan dengan orang-orang di sekitar kita, tetapi mereka juga akan menaruh rasa hormat kepada kita.

Widz Stoops - PC-USA 8.11.2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Life Hack Selengkapnya
Lihat Life Hack Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun