Lagi-lagi, solusi termudah adalah melarang anak-anak bermain, tanpa memberikan solusi terbaik atau alternatif yang justru bisa semakin mengasah kreativitas anak. Pendidikan bermutu bukan sekedar angka dan nilai di atas kertas yang sesuai harapan guru dan orang tua.
Pendidikan bermutu justru mampu menjawab tantangan dan fenomena yang ada untuk memperkaya pengalaman anak didik dan tidak serta merta dimatikan imajinasinya ketika dianggap berbahaya atau melanggar norma kebiasaan.
Permainan gasing dari penghapus seharusnya tidak dilarang begitu saja, tetapi guru dan orang tua mestinya mampu memanfaatkan dan mengarahkan sesuatu yang tengah viral atau diminati anak-anak agar menjadi alat pembelajaran yang positif.
Seingat saya dulu di bangku sekolah, pernah belajar tentang gasing yang berputar pada porosnya dan berkesetimbangan pada satu titik. Nah, kenapa guru-guru sekarang tidak mencoba mengarahkan gasing penghapus ini sebagai alat pembelajaran?Â
Anak-anak justru bakal lebih mudah mencerna karena merasa dekat dan karena permainan ini sedang viral. Guru bersama murid bisa mencari bahan alternatif yang lebih aman dibandingkan paku payung dan staples. Bisa saja menggunakan karet atau lem.
Jika dijadikan tugas di rumah pun, ada baiknya orang tua mendampingi anak-anaknya sebagai bagian dari sinergi mewujudkan pendidikan bermutu. Bukan berarti orang tua yang mengerjakan tugas anaknya, tetapi mengawasi dan mendampingi sang anak saat belajar dan mengerjakan tugas yang berguna untuk mendukung perkembangan belajar dan kepribadian anak secara optimal.
Pada akhirnya, pendidikan saat ini tidak bisa dibebankan kepada satu pihak saja, yaitu sekolah atau guru agar mereka mampu mencetak murid yang pintar. Bukan, bukan seperti itu. Pendidikan bermutu adalah soal bagaimana orang tua, murid, dan sekolah mampu berkolaborasi dan bekerja sama siap hadapi tantangan abad 21.
Gawai, game, ataupun segala sesuatu yang viral di era sekarang, tak bisa serta merta dibendung maupun dicap negatif. Kita harus melihatnya dari kaca mata yang jernih dan positif.
Minimalisir segala dampak negatif. Lihatlah lebih dalam, ketika ada hal-hal positif yang bisa dikembangkan, maka ubahlah tantangan yang ada menjadi peluang untuk mendukung pendidikan yang bermutu.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI