Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Roblox, Gasing dari Penghapus, dan Sinergi untuk Pendidikan Bermutu

25 September 2025   21:53 Diperbarui: 25 September 2025   21:53 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Setiap anak berhak mendapatkan pendidikan bermutu (foto: widikurniawan)

"Ya iya sih, ada yang suka pakai bahasa kotor gitu, ada juga kalau nggak hati-hati suka ada orang jahat Yah, tapi kan nggak juga harus dilarang kan Yah? Aku sih sudah hapus Roblox tapi teman-teman aku bohong Yah, mereka diam-diam masih main Roblox," ucapnya. 

"Guru kamu kan tidak tahu, jadi kenapa kamu nggak ikutan seperti teman kamu yang diam-diam masih main di rumahnya?" saya mencoba mengujinya dengan pertanyaan ini. 

"Iya juga sih. Tapi, nggak ah, aku nggak mau kalau guru sudah bilang hapus ya aku harus ikut hapus, namanya juga peraturan, tapi sedih Ayah".

Setidaknya saya menemukan satu kejujuran di sini. Walaupun tidak setuju dengan peraturan tersebut, si bungsu tetap menurutinya. Meski memang sebenarnya gurunya pun tidak akan mengecek sampai rumah apakah dia masih main Roblox atau tidak. 

Tampilan game Roblox (sumber: Kompas.com)
Tampilan game Roblox (sumber: Kompas.com)

Menyikapi peraturan larangan bermain game bagi anak-anak sekolah sebenarnya perlu direnungkan dengan bijak. Guru atau pihak sekolah juga tidak bisa serta merta melarang tanpa ada solusi dan diskusi dengan orang tua maupun murid. 

Terlebih soal game di smartphone ini memang tidak dimainkan anak-anak di sekolah karena memang sudah ada larangan membawa gawai ke sekolah. Jadi larangan semacam ini lebih tepat berupa imbauan yang dialamatkan kepada para orang tua agar lebih ketat lagi mengawasi anak-anaknya bermain game.

Guru dan orang tua harus memiliki sinergi agar cita-cita menghasilkan pendidikan bermutu dapat terwujud. Maka saluran komunikasi dan dialog yang sehat antara pihak sekolah dengan  orang tua perlu dibangun demi menciptakan kesepahaman dan visi yang sama dalam mendidik anak. 

Orang tua tidak bisa menganggap sekolah sebagai sekedar kewajiban yang harus ditunaikan, dan tidak menganggap sekolah layaknya tempat penitipan anak. Pada sisi lain, sekolah juga perlu merangkul orang tua dan membuka ruang dialog yang sehat ketika ada hal-hal yang patut dicermati dalam proses pendidikan anak. 

Gawai dan game menjadi salah satu isu mengemuka di dunia pendidikan. Persepsi umum jelas menempatkan posisi gawai dan game menjadi antagonis yang harus dipisahkan dari dunia anak-anak agar tidak mengganggu fokus dalam belajar.

Namun, di era abad 21 saat ini, gawai dan game menjadi hal yang sulit dibendung keberadaannya. Melarang dengan keras penggunaan pada anak, justru bisa berdampak buruk seperti munculnya sifat tidak jujur pada anak-anak, karena diam-diam mereka tetap bermain dan menggunakan secara sembunyi-sembunyi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun