Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Waspada, Bus Pariwisata Tak Laik Jalan

12 Mei 2024   21:18 Diperbarui: 13 Mei 2024   09:20 813
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bus Pariwisata mogok di jalan tol (foto: widikurniawan)

Kecelakaan bus pariwisata di Subang yang membawa rombongan pelajar SMK Lingga Kencana, Depok, menyisakan pilu yang teramat sangat. Sungguh tak terbayang bagaimana perasaan keluarga korban dan para korban yang selamat, mendapati 11 rekannya meninggal dunia.

Terlepas dari peristiwa naas itu, dan investigasi penyebab kecelakaan yang saat ini masih terus berjalan, kasus kecelakaan yang melibatkan bus pariwisata seolah berulang. Hampir tiap tahun ada dan seolah tak ada upaya signifikan untuk mencegah kejadian buruk yang menimpa bus pariwisata.

Soal pengalaman buruk dengan bus pariwisata juga pernah saya alami. Walau masih untung bukanlah kejadian kecelakaan, tapi dua kali mogok di tol karena naik bus pariwisata tak laik jalan cukup mengesalkan.

Pengalaman buruk di akhir tahun 2023 lalu itu pernah saya tuliskan di sini. Kejadian yang sampai sekarang membuat saya trauma dan kapok memilih bus pariwisata sembarangan.

Saya masih ingat betul bagaimana suasana dalam bus yang AC-nya mati, pengap, dan tiba-tiba kepulan asap memenuhi kabin bus yang tak kuat menanjak. Bahkan, parahnya tak ada penanganan memadai dari kru bus, karena hanya menyalahkan teknisi di garasinya yang tak cakap memastikan bus tua tersebut layak jalan.


Persoalan bus pariwisata tak laik jalan ini rupanya kerap terjadi pada armada bus dari perusahaan otobus (PO) modal cekak atau bahkan bisa dibilang PO "abal-abal". Bisa jadi PO tersebut tidak memiliki legalitas yang masih berlaku.

Inilah sulitnya bagi masyarakat awam dan calon pengguna. Tidak semua orang bisa paham seluk beluk memastikan bus yang laik jalan saat menyewa bus pariwisata.

Pastinya semua PO bakal bersikap manis dan mengatakan bahwa seluruh armadanya bagus dan layak jalan semua. Sebuah pengakuan sepihak, dan mestinya yang menentukan laik tidaknya bus berada di bawah Kementerian atau Dinas Perhubungan.

Saya juga bisa memahami ketika sebuah rombongan berencana mengadakan perjalanan menggunakan bus pariwisata, tentu harapannya biayanya terjangkau tapi mendapatkan bus dengan kualitas terbaik.

Hal ini kerap menjadi dilema bagi panitia yang ditunjuk untuk mencari dan menyewa bus. Terlebih jika minim pengalaman soal sewa-menyewa bus pariwisata. Hampir tak ada bus pariwisata murah tapi bus-nya kinclong dan canggih keluaran terbaru.

Masyarakat penyewa atau panitia sebuah perjalanan, tentu tidak semuanya paham dan sempat untuk memeriksa legalitas PO dan memastikan kelayakan bus yang dipakai. Bahkan, di era sekarang lebih banyak deal dilakukan secara online atau melalui telepon.

Pengguna tinggal bayar DP via transfer dan bus pun datang pada saat hari H. Jika apesnya bus yang datang terlihat "buluk" sekalipun, pengguna kebanyakan akan terpaksa tetap menggunakan bus tersebut karena mencari pengganti saat itu juga bakal membuat perjalanan tertunda atau bahkan batal. Sebuah dilema yang tidak mengenakkan.

Peran pihak yang berwenang sebenarnya teramat dinanti untuk membuat kebijakan sekaligus tegas melarang operasional PO "abal-abal" dan mencegah bus yang tak laik jalan bisa mengangkut penumpang.

Dari kejadian kecelakaan di Subang, warganet ada yang heran mengapa plat nomor bus tersebut "AD" atau dari wilayah Solo padahal penyewa bus dan tujuan perjalanan di area Jawa Barat.

Namun, sebenarnya itu hanya salah satu indikasi bahwa pihak PO sepertinya membeli bus bekas dan belum sempat balik nama. Hal ini mirip dengan bus pariwisata "ngebul" yang pernah saya tumpangi, nyari PO-nya di Bandung, eh yang datang bus berplat nomor "AA".

Berbeda dengan bus-bus antar kota antar provinsi (AKAP) reguler yang belakangan ini berlomba-lomba memberikan service terbaik dan bus-bus yang baru dan canggih, PO khusus pariwisata yang bermodal cekak justru bersaing dengan memberikan harga murah tapi risiko yang entah bagaimana nantinya.

Manajemen yang amburadul, kondisi bus yang tidak sehat, hingga kru bus yang kurang profesional adalah sederet penyakit yang mesti ditertibkan oleh pihak yang berwenang. Lebih baik tutup dan jangan berikan izin operasional untuk PO macam ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun