Mohon tunggu...
Widi Kurniawan
Widi Kurniawan Mohon Tunggu... Human Resources - Pegawai

Pengguna angkutan umum yang baik dan benar | Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Masker Kumal dan Mereka yang Tak Mampu Membeli Masker

5 Juli 2021   20:38 Diperbarui: 7 Juli 2021   04:59 762
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagaimanapun ada orang-orang yang butuh uluran tangan kita untuk berbagi masker (foto: widikurniawan)

Oke, kita nggak bicara merk dan kualitas masker, tapi harga eceran masker paling murah di pasaran adalah seribu rupiah. Andai seseorang butuh 3 masker dalam sehari, maka ia harus menyisihkan uang tiga ribu rupiah dalam sehari. Coba kalikan 30 hari, jumlahnya tembus ke angka 90 ribu rupiah untuk kebutuhan masker dalam sebulan.

Faktanya, saya sudah sering mendengar keluh kesah warga di perkampungan yang harus mengeluarkan uang nominal 30 ribu atau 50 ribu per bulan untuk iuran sampah. 

Lha ini ujug-ujug alias tiba-tiba datang virus laknat yang menyebabkan seseorang harus mengeluarkan minimal 90 ribu rupiah tiap bulannya. Itu baru untuk seorang lho, belum kalau dia punya keluarga, punya anak dan juga istri.

Eh, belakangan di masa PPKM darurat ini muncul pula anjuran pemakaian masker ganda, yaitu masker medis dilapis masker kain. Bahkan bukan sekadar anjuran, karena moda KRL Commuterline yang biasanya dipenuhi oleh penumpang kelas menengah ke bawah, kini mewajibkan penumpangnya untuk memakai masker ganda.

Masker kain sekedar tergantung di leher (foto: widikurniawan)
Masker kain sekedar tergantung di leher (foto: widikurniawan)
Bagi kalangan tertentu, masker memang belum dianggap sebagai kebutuhan urgent. Beda dengan kebutuhan makan dan minum. Ironisnya, bahkan masih kalah prioritas dengan kebutuhan seperti pulsa dan rokok. Ok, stop debat deh kalau yang itu. Kita tidak bisa menghakimi prioritas kebutuhan seseorang.

Saya pun yakin jika kalangan tersebut bukanlah kelompok yang tahun lalu berjibaku memburu masker walau harganya selangit. Bukan, tentu saja bukan mereka.

Tapi kan virus corona ini bahaya banget?! Mau sayang uang atau sayang nyawa?

Iya paham, orang-orang itu, yang kelihatannya tidak menaati protokol kesehatan, juga tahu kok. Apalagi beberapa waktu belakangan corona makin mengganas dan banyak memakan korban.

Dan jangan samakan dengan mereka yang punya duit lebih tapi memang sengaja melanggar protokol kesehatan. Beda ya gaes. Kalau itu memang bebal dari sononya.

---

Yuk Berbagi Masker

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun