Mohon tunggu...
Widia amanda
Widia amanda Mohon Tunggu... Mahasiswa Prodi Akuntansi Universitas Muhammadiyah A.R. Fachruddin

Antara kerja, kuliah, dan makan eskrim.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Mengenal: Apa Itu Ragam dan Laras Bahasa Indonesia

27 April 2025   15:44 Diperbarui: 27 April 2025   15:44 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Ragam Bahasa Indonesia

Keterampilan berbahasa setiap individu seseorang dapat diukur melalui kekayaan perbendaharaan kosakatanya. Artinya, semakin banyak kosakata yang dikuasai setiap individu seseorang, maka semakin tinggi pula tingkat keterampilan berbahasanya. Kosakata yang dimiliki setiap orang juga dapat dijadikan sebagai ukuran untuk mengetahui kadar pengetahuan, kecerdasan, dan pengalaman berbahasa seseorang. Dengan demikian, kekayaan kosakata yang memadai bisa tercermin dari penggunaan bahasa seseorang dalam
menyatakan pikiran, perasaan, pengalaman, dan gagasan kepada orang lain secara jelas dan tepat, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan.

Seiring dengan peralihan zaman dan perkembangan IPTEK, bahasa Indonesia yang kian hari banyak dipakai atau digunakan oleh beragam etnik penuturnya mengalami perubahan, baik dalam bentuk kaidah tata bunyi, pembentukan kata, tata makna, dan lain sebagainya. Perubahan kaidah, baik yang menyangkut masalah kelisanan dan keberaksaraan yang seperti inilah yang dianggap sebagai bentuk ragam bahasa. Ragam bahasa yang berbeda-beda setiap antarwilayah tetap dinyatakan sebagai bahasa Indonesia.

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) terdiri dari berbagai macam wilayah daerah, yang banyak dipisahkan oleh selat, pegunungan, dan lautan. Seiring dengan adanya jarak dan perbedaan wilayah geografis inilah logat atau dialek daerah berbeda-beda. Ragam bahasa (dialek) setiap daerah penutur atau antarwilayah pasti berbeda. Logat daerah pulau Jawa misalnya, bisa dipastikan antara daerah Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat berbeda baik dalam kaidah tata bunyi, struktur kata, dan lain sebagainya.
Dan, akan tampak berbeda lagi antara logat daerah penutur antarpulau, semisal logat atau dialek masyarakat penutur di Jawa dan Bali. Contoh konkritnya adalah pada pelafalan bunyi /t/ dan /d/ pada setiap tutur katanya. Berbeda halnya dengan patokan daerah, ragam penutur bahasa yang didasarkan pada potokan pendidikan juga pasti berbeda. Hal semacam ini bisa dibuktikan dari perbedaan penggunaan bahasa Indonesia anatar kaum yang pernah mengenyam pendidikan formal dengan kaum yang tidak pernah mengenyam pendidikan. Salah satu contoh riil tampak pada penggunaan huruf /f/ dan akhiran /ks/ pada kata dasar fakultas, film, dan kompleks yang dikenal dalam ragam orang yang berpendidikan, bervariasi dengan kata pakultas, pilem, dan komplek dalam ragam orang nonpendidikan. Ragam bahasa yang didasarkan oleh sikap penutur lebih disebut dengan istilah lenggam atau gaya. Hal ini juga didukung oleh lawan penutur atau orang yang diajak berkomunikasi. Ragam bahasa semacam ini pada umumnya dipengaruhi oleh faktor umur dan kedudukan, materi yang dibicarakan, dan tujuan dari penyampaian pembicaraan. Misalnya, gaya bahasa yang dipakai seseorang untuk memberikan laporan kepada atasannya, gaya memarahi orang, gaya menulis surat untuk kekasih, gaya mengobrol dengan sahabat atau teman sejawat, dan lain sebagainya.

Ragam Lisan dan Ragam Tulis

Bahasa Indonesia yang amat luas wilayah penutur atau pemakaiannya, dan bermacam-macam pula latar belakang penuturnya, mau tidak mau akan melahirkan sejumlah ragam bahasa.Adanya bermacam-macam ragam bahasa ini sesuai dengan fungsi, kedudukan, serta lingkungan yang berbeda-beda. Ragam bahasa pada pokoknya dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu ragam lisan dan ragam tulis. Tidak dapat dipungkiri, bahasa Indonesia ragam lisan sangat berbeda dengan bahasa Indonesia ragam tulis. Ada pendapat yang menyatakan bahwa ragam tulis adalah pengalihan ragam lisan ke dalam ragam tulis (huruf). Pendapat ini tidak dibenarkan seratus persen, sebab tidak semua ragam bahasa lisan dapat dituliskan. Sebaliknya, tidak semua ragam tulis dapat dilisankan. Kaidah yang berlaku bagi ragam lisan belum berlaku bagi ragam tulis.

Adapun letak perbedaannya adalah (1) ragam lisan menghendaki adanya orang kedua, teman berbicara yang berada di depan pembicara, sedangkan ragam tulis tidak mengharuskan adanya teman bicara ada di depan; (2) di dalam ragam lisan unsur-unsur fungsi gramatikal, seperti subjek, predikat, dan objek tidak selalu dinyatakan. Unsur-unsur tersebut kadang-kadang dapat ditinggalkan. Hal ini disebabkan ragam bahasa lisan didukung oleh gerak, mimik, pandangan, ekspresi, dan intonasi. Berbeda halnya dengan ragam bahasa tulis, yang harus lebih lengkap dan lebih terang, Fungsi-fungsi gramatikal harus tampak nyata karena ragam tulis tidak mengharuskan orang kedua berada di depan pembicara. Karena ragam tulis menghendaki agar orang yang diajak bicara mengerti maksud dan tujuan dari tulisannya; (3) ragam lisan sangat terikat pada kondisi, situasi, ruang, dan waktu. Artinya, apa yang dibicarakan secara lisan di dalam sebuah ruang kuliah, hanya berarti dan berlaku untuk waktu itu saja. Berbeda halnya dengan ragam tulis yang tidak terikat oleh kondisi, situasi, ruang, dan waktu; (4) ragam lisan dipengaruhi oleh tinggi rendah dan panjang pendek suara, sedangkan ragam tulis dilengkapi dengan pemakaian tanda baca.

Ragam Bahasa Indonesia Formal dan Nonformal

Bahasa Indonesia mempunyai ragam bahasa formal dan nonformal. Artinya, penggunaan bahasa Indonesia, oleh penutur bisa didasarkan atau digunakan sesuai situasi formal atau nonformal. Contoh sederhana dari ragam bahasa formal adalah penulisan surat resmi bahasa Indonesia, pidato kenegaraan, dan lain sebagainya. Sedangkan, contoh ragam bahasa Indonesia nonformal adalah bahasa dalam komunikasi sehari-hari, menulis surat pribadi, dan lain-lain. 

bahasa formal mempunyai ciri-ciri berikut:
1. Menggunakan unsur gramatikal secara ekspisit dan konsisten
2. Menggunakan imbuhan secara lengkap
3. Menggunakan kata ganti resmi
4. Menggunakan kata baku
5. Menggunakan EYD
6. Menghindari unsur kedaerahan (dialek).
Membaca dan memahami keenam ciri-ciri bahasa resmi di atas, bisa disimpulkan bahwa bahasa formal tersusun secara sistematis dan resmi.

LARAS BAHASA

Laras bahasa adalah kesesuaian antara bahasa dan fungsi pemakaiannya. Laras bahasa terkait langsung dengan selingkung bidang (home style) dan keilmuan, sehingga dikenal laras bahasa ilmiah dengan bagian sub-sublarasnya. Pembedaan di antara sub-sublaras bahasa seperti dalam laras ilmiah itu dapat diamati dari:
(1) penggunaan kosakata dan bentukan kata;(2) penyusunan frasa, Klausa, dan kalimat;(3) penggunaan istilah;(4) pembentukan paragraf;(5) penampilan hal teknis;(6) penampilan kekhasan dalam wacana.
Berdasarkan konsepsi laras bahasa tersebut, laras bahasa ekonomi mempunyai sub- sublaras bahasa manajemen, sublaras akuntansi, sublaras asuransi, sublaras perpajakan, dan sebagainya. Laras bahasa dapat dikatakan sebagai kesesuaian antara bahasa dan fungsi pemakaiannya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun