Mohon tunggu...
Bambang Wibiono
Bambang Wibiono Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Sarjana | Penulis Bebas | Pemerhati Sosial Politik

Alumnus Ilmu Politik FISIP Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Selamat Jalan Mamah (7)

25 Juni 2020   21:12 Diperbarui: 25 Juni 2020   21:19 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Operasi bulan September kemarin di RSUD. Waktu itu yang nangani Dokter Anu. Emang kenapa Dok, Sus?" jawabku sambil bertanya heran juga.

"Ohh, gak apa-apa. Gak apa-apa kok", jawab mereka gugup seperti ada yang disembunyikan.

"Ini nanti ibunya perlu dirontgen dulu ya, dicek semua untuk memastikan lagi sebelum tindakan lebih jauh" ucap sang dokter menjelaskan.

Segera ku bergegas ke bagian administrasi untuk urusan ruang rawat inap. Akhirnya dapat di kamar kelas 2. Tidak apa-apalah, yang penting Mamah bisa segera ditangani, pikirku. Mamah diobservasi cukup lama, kemudian dibawa ke ruang radiologi. Saat dibawa ke ruang itulah, kulihat Mamah sudah tidak merintih lagi. Sepertinya sudah diberi obat pereda nyeri atau bius. Mamah tertidur.

Malam pertama di rumah sakit mamah sekarat lagi. Yang nunggu di rumah sakit waktu itu Aku, Nok, dan Papah. Sementara Adi, Widia, dan Purnomo tetap di rumah. Kami bertiga bergantian menjadi sandaran mamah untuk tidur, sebab kalau tiduran, mamah selalu kesakitan. Sekitar jam 12 malam mamah mulai sekarat merintih kesakitan lagi. Kami bingung, akhirnya aku memanggil perawat untuk memberi obat penahan nyeri dan juga oksigen untuk membantu pernafasan mamah agar tidak sesak nafas. Setelah itu mamah bisa tenang dan tidur. Alhamdulillah.

Setiap mamah merintih, aku usap-usap kepala dan punggungnya. Aku bisikan agar mamah selalu istigfar dan ikhlas dalam jalani cobaan.

"Mah, Allah tuh lagi perhatian sama Mamah. Mamah jangan ngeluh ya. Yang banyak istigfar, nyebut Allah."

"iya ya..." jawab Mamah.

"Tahu gak Mah, kalo orang lagi dikasih sakit tuh tandanya dosanya lagi diapus? Minta diparingi sehat sama Gusti Allah Mah, karena Gusti Allah yang kuasa. Allah gak akan ngasih cobaan sakit ini ke Mamah kalau Mamah gak sanggup menerimanya. Kalau Allah ngasih cobaan ini ke Mamah, berarti cuma Mamah yang sanggup menerimanya, bukan Wibi, bukan Papah, bukan Nok" ucapku sambil tak terasa meneteskan air mata.

Jum'at, 9 Maret 2012.
Subuh-subuh mamah sudah bangun. Mamah juga mengingatkanku untuk solat subuh. Aku solat di samping tempat tidur Mamah.

Pagi-pagi tidak biasanya Mamah minta makan. Walaupun sedikit, tapi lumayan lah. Laper katanya. Setelah makan biskuit, beberapa sendok puding, dan separuh jeruk, ku beri minuman jamu yang tiap hari diminumnya. Ramuan jamunya adalah daun kumis kucing, pecah beling, dan akar alang-alang. Selain itu juga obat ramuan tradisional dan obat-obatan yang dibubuk agar mudah diminum. Mamah selalu meminum semua obat dan jamu-jamuan tanpa pernah menolak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun