Mohon tunggu...
Anwar
Anwar Mohon Tunggu... Security - Seorang yang tidak akan pernah menyerah untuk terus menulis

Walau tak pandai menulis namun ingin tetap mencoba berkarya. http://www.catinfoku.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mimpi Sang Kekasih

19 Oktober 2017   00:42 Diperbarui: 19 Oktober 2017   00:49 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Kamu gak biasanya dingin seperti ini ?"

"Mungkin itu cuma perasaan, Akang aja barangkali..." ujarnya pula dengan pandangan kosong dan tak berani menatapku. Aku jadi semakin penasaran.

"Rin, dengarkan akang....., kita ini sudah tunangan dan sebentar lagi, saat yang tepat, akang akan segera menikahi kamu, Rin..." Kataku meminta  perhatiannya. Namun ia tidak begitu antusias mendengar pernyataanku. Ia hanya terdiam dan bahkan menundukkan kepalanya. Kukira, dengan perkataanku ini akan membuat ia merasa senang, tetapi nyatanya tidak sama sekali. Aku jadi bingung. Kuraih kedua tangannya dan kupegang jari jemarinya. Dengan begitu, aku bermaksud ingin menguatkan hatinya dan mengutarakan apa beban yang ada dihatinya. Saat itulah aku baru menyadari kalau ternyata cincin tunangan yang dulu kuselipkan dijari manisnya, tak ada lagi ditempatnya.

"Rin, cincinnya kemana ?" Tanyaku sambil memperlihatkan jari manis tangan kirinya. Bukan jawaban yang kuterima, tapi malah tangis sesenggukan yang kudengar darinya.

"Kang, maafin Rina sebelumnya. Rina gak bermaksud menyakiti akang. Dan akang juga jangan marah dan benci pada ibu..." Katanya disela-sela 

isak tangisnya.

"Memangnya ada apa dengan ibu, Rin ?" Aku semakin tak sabar menunggu penjelasan Rina. Lalu Rina memelukku dan tangisnya semakin kencang...

"Tak apa, Rin... Jelasin aja, akang tak akan marah sama ibu, apalagi sama kamu...!!" Pintaku pada Rina.

Akang janji, tidak akan marah atau benci sama ibu dan Rina ?" Rina semakin erat memelukku, mencoba meyakinkanku.

"Baiklah akang janji..."Ujarku dengan jantung berdegup kencang...

Akhirnya Rina menceritakan semua apa yang terjadi ketika aku berada di Jakarta. Cincin tunangan dariku dilepas paksa oleh ibunya dan sebagai gantinya, ia dijodohkan dengan Nurdin, tetangga sebelah rumahnya yang bujang lapuk. Dan bulan depan akan segera dilansungkan pernikahan. Aku seperti tidak percaya dengan pendengaranku. Aku merasa ini hanya sebuah mimpi buruk. Dalam beberapa saat lamanya, aku terdiam membisu. "Benarkah yang bicara ini Rina, tunanganku ?" tanya hatiku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun