Mohon tunggu...
wahyu 'wepe' pramudya
wahyu 'wepe' pramudya Mohon Tunggu...

full time sinner, full time pastor, full time husband and father. unresolved mystery about grace. Kontak di bejanaretak at gmail dot com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Mama

22 Desember 2014   17:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:43 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14192180032090471641

***

“Dua minggu yang lalu, mama memanggil saya. Ia berbicara banyak hal pada saya. Mungkin ia ingin memberikan bekal-bekal pernikahan. Di ujung percakapan itu, mama.....,” tiba-tiba ia terisak dan tak mampu membendung lagi air matanya. Saya menyodorkan kotak tissue di ruang kerja.  Kotak tissue yang menjadi saksi setia betapa air mata akrab dengan derita dan bahagia.

Hening kembali menyapa ruangan kerja. Ada jeda yang tak nyaman bagi saya, tetapi nampaknya perlu bagi perempuan itu untuk menuntaskan tangisnya.

“Mama bilang.... saya bukan anak kandungnya,” katanya setelah menghela nafas panjang.

“Oh ya, jadi siapa papa-mama kandung Anda? Apakah mama Anda mengatakannya?” tanya saya.

“Ya, mama saya mengatakannya. Orang yang selama ini saya sebut papa adalah benar papa kandung saya, beliau sudah meninggal dunia, sedangkan mama kandung saya adalah....” tangisnya pecah kembali.

Keheningan yang kembali menyapa dengan tanya yang tak terjawab.

“Mama kandung saya sebenarnya adalah pembantu bisu tuli yang selama ini mengasuh saya. Saya adalah buah hasil pemerkosaan papa terhadap pembantu itu,” tuturnya sambil menundukkan kepalanya.

Astaga.  Saya tak bisa menyembunyikan keterkejutan saya lagi. “Apakah Anda sudah melakukan konfirmasi kisah ini kepada pembantu eh ... orang yang disebut sebagai mama kandung Anda?” tanya saya segera.

“Beberapa hari yang lalu, saya mengajak pembantu itu duduk bersama.  Saya menuliskan beberapa kata di selembar kertas, yang intinya menanyakan apakah saya memang adalah anaknya, dan apakah betul almarhum papa memerkosanya dua puluhan tahun yang lalu,” jawab perempuan itu.

“Apa jawabnya?” tanya saya segera ingin tahu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun