manusia menghidupi dunia yang luka tidak sendiri
ada berjuta orang hidup dalam duka dan luka menganga
mereka menebar di seluruh belahan bumi
mereka dibunuh pandemi, timah panas, pedang terhunus membacok, kemiskinan struktural, pelaggaran ham berat, perebutan tanah
dan entah karena apa lagi
bumi bersimbah darah
bumi berlumur dosa
manusia diutus Tuhan untuk mengelola bumi dan seluruh isinya
adam dan hawa
dan generasi-generasi berikutnya melaksanakan imperatif ilahi
dalan keduaan gender
dalam kemenyatuan tubuh
dengan berpeluh
berbekal akal budi,
rasa, kompetensi, talenta umat manusia membangun peradaban mondial
ditengah perang, konflik, permusuhan, dendam kesumat, genocide, pandemi, abad-abad kegelapan,
yang mewarnai jejak-jejak historis
yang ditorehkan umat manusia
pada langkah-langkah kehidupan mereka
lebih setahun tatanan kehidupan manusia mengalami kondisi destruktif
jutaan nyawa direnggut maut
amat menyakitkan
kualitas akademik
umat manusia
I Q manusia yang super takmampu
menghadang sepenuhnya persebaran covid 19
yang merebak ke seantero belahan bumi
manusia menggelepar, terkapar dan terpapar di salasar rumah sakit,
di tenda-tenda darurat
mereka panik, anxietas, paranoid
ajaran agama belum sepenuhnya diberdayakan untuk menuntun hidup manusia
umat manusia yang dicipta dengan mulia oleh Sang Khalik
harus menyatutubuh
secara mondial
manusia harus keluar dari ghetto
sara, primordialis
dari benteng arogansi kebangsaan, dari kungkungan roh chauvinisme
dari stigma bangsa beradab dan barbar
manusia harus mau dan mampu
menganyam talisilaturahim,
menenun persaudaraan sejati
tanpa mempertimbangkan agama,suku,bangsa, warna kulit, ideologi, budaya
dan keragaman lainnya
umat manusia wajib solid bersatu
membangun habitus baru
mencipta peradaban baru!
Jakarta, 29 Juni 2021/pk.4.23
Weinata Sairin