Mahatma Gandhi menunjukkan bahwa seseorang harus memiliki keberanian moral untuk menolak segala bentuk ketidakadilan dan pelanggaran, termasuk korupsi. Ia mendorong transparansi dan akuntabilitas dalam setiap tindakan.
Relevansi dengan Pencegahan Korupsi
Korupsi adalah Kekerasan Struktural, dimana korupsi merampas hak-hak masyarakat dan menciptakan ketimpangan sosial. Mengikuti prinsip Ahimsa, korupsi harus dilawan karena ia melukai kehidupan banyak orang secara tidak langsung.
Mahatma Gandhi menekankan pengendalian terhadap Sad Ripu, yang berasal dari 2 kata "sad" yang berarti "enam" dan "ripu" yang berarti "musuh". Jika diartikan secara harfiah berarti enam musuh yang ada di dalam diri manusia, diantaranya nafsu (kama), amarah (krodha), keserakahan (lobha), kebingungan (moha), kemabukan (mada), dan iri hati (matsarya) yang menjadi akar perilaku korupsi.
How : Bagaimana Cara Menerapkan Kepemimpinan Diri dan Keteladanan Mahatma Gandhi dalam Upaya Pencegahan Korupsi?
- Menanamkan Nilai Kebenaran (Satya)
Gandhi menjunjung tinggi kebenaran sebagai nilai utama hidup. Dalam konteks pencegahan korupsi dapat dilakukan seperti, bertindak dengan transparansi atau memastikan setiap tindakan dan keputusan dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan hukum. Serta menghindari manipulasi data atau informasi yang dapat merugikan pihak lain. Mengutamakan kejujuran dalam semua situasi, termasuk saat menghadapi godaan atau tekanan untuk melakukan tindakan tidak sah.
- Mengamalkan Hidup Sederhana (Kesederhanaan)
Gandhi mengajarkan bahwa hidup sederhana membantu seseorang melawan godaan materialisme yang sering menjadi pemicu korupsi. Langkah-langkah yang dapat diterapkan adalah menghindari gaya hidup berlebihan (fokus pada kebutuhan yang lebih primer). Dengan menjalani hidup sederhana, seseorang dapat mengurangi godaan untuk mencari kekayaan secara tidak sah. Langkah kedua ialah membangun kesadaran finansial, dengan mengelola keuangan pribadi dengan bijak.
- Melatih Pengendalian Diri (Ahimsa terhadap Godaan)
Ahimsa, atau prinsip tanpa kekerasan, dapat diterapkan dengan melatih diri untuk melawan godaan dan tekanan. Melawan Sad Ripu atau enam musuh dalam diri manusia (keserakahan, amarah, kebingungan, kemabukan, kebimbangan, dan iri hati) yang sering menjadi akar perilaku korupsi. Kemudian meningkatkan kesadaran akan dampak negatif perilaku korupsi terhadap diri sendiri dan masyarakat. Menghadapi tekanan eksternal dengan teguh, seperti berani berkata "tidak" pada tawaran gratifikasi atau suap meskipun dalam situasi sulit dan menjaga prinsip moral meskipun menghadapi risiko atau konsekuensi.
- Memberi Keteladanan dalam Setiap Tindakan