Pasangan suami-istri yang telah menikah bertahun-tahun banyak yang belum memiliki keturunan. Hal ini, menurut para dokter, dapat disebabkan oleh 2 faktor yakni, keadaan fungsional sistem reproduksi dan keadaan psikologis pasangan suami-istri. Berbagai upaya dilakukan oleh kedua belah pihak. Salah satunya adalah 'mancing anak'. Apa itu?Â
'mancing anak' adalah mengadopsi anak saudara atau teman dekat untuk mereka asuh seperti anak sendiri dengan harapan agar bisa 'memancing' kehamilan sang istri dan akhirnya mendapatkan keturunan. cara ini dipercaya mampu mengatasi kesulitan sepasang suami-istri yang telah lama mendambakan anak. Â Cara ini melatih pasangan suami-istri dengan anak-anak, baik spiritual, emosional maupun keriweuhan teknis sehari-hari dalam mengasuh anak. Dengan pembiasaan tersebut, diharapkan pasutri secara psikologis mereka benar-benar siap untuk memiliki keturunan sendiri.
ketika sepasang pasutri melakukan mancing anak. Tentu saja selama 24 jam sehari, tujuh hari sepekan, 365 hari setahun, mereka akan terus-menerus membiasakan sekaligus melatih jiwa, yang semula memiliki anak itu berat, susah, ternyata mereka bisa lalui. Sehingga akan tumbuh kebutuhan psikologis dan spiritual ingin mengasuh buah hati sendiri. Sehingga menumbuhkan daya spiritual dan ikhtiar yang tinggi untuk harapan memiliki buah hati.Â
Adakalanya mancing anak, adalah alternatif yang kesekian, dari berbagai ikhtiar yang telah dilakukan. Baik secara medis  maupun psikososial serta spiritual. Sebagai sebuah ikhtiar yang bisa dilakukan sesuai kearifan lokal yang telah dijalankan bergenerasi. Bila kita cermati, mancing anak sebagai sarana pembelajaran holistik untuk mencintai anak.Â
melalui mancing anak, pasutri akan menginternalisasi berbagai aspek kepengasuhan anak, menumbuhkan rasa cinta kepada anak-anak, berbaik sangka kepada Tuhan, bahkan mendamba kehadiran anak yang lahir dari rahimnya sendiri, sembari jika ada trauma luka pengasuhan berlaku pula sebagai terapi.
Dengan menghadirkan anak/ bayi dalam kehidupan rumah tangganya, pasutri akan:
1. bersedekah setiap hariÂ
karena setiap harta yang dikeluarkan untuk merawat anak pancingan itu bernilai sedekah.
2. bersabar dan bersyukur
bersabar atas perilaku anak yang mengompol, tantrum, menangis, BAK/ BAB, makan dan seterusnya ketika merawatanya, juga bersyukur atas semua nikmatnya. Apalagi jika menyaksikan pertumbuhan yang dinamis dari anak, meningkat kemampuan anak secara verbal, motoris, maupun psikososial spiritualnya.Â
3. Selalu berdoa dan mendekatkan diri pada Tuhan sembari berbaik sangka kepadaNya.