Mohon tunggu...
Wawan Ridwan AS
Wawan Ridwan AS Mohon Tunggu... Penacinta

Konsep, Sikap, Action menuju Good Respect.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Siswa di Barak Militer: Antara Teori dan Implementasi, Mencari Opsi Solusi Edukatif

6 Mei 2025   22:45 Diperbarui: 7 Mei 2025   06:06 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siswa di Barak Militer Bersama Gubernur Jawa Barat (Foto: Kompas.com/Dedi Mulyadi)

Program siswa masuk barak militer masih jadi perbincangan hangat. Dilansir dari berbagai media, Kabupaten Bandung Barat, Purwakarta, Cianjur, Kota Bogor, Subang dan Karawang mulai meluncurkan program ini. 

Sementara itu Singkawang Kalimantan Barat dan Bengkulu mengikuti jejak Jawa Barat untuk mendisiplinkan siswa bermasalahnya di barak militer.

Pemerintah DKI Jakarta melalui Wagubnya Rano Karno punya cara tersendiri dalam menangani masalah ini. Mereka tidak akan melakukn pendekatan secara militeristik, namun akan melalui kegiatan ekstrakurikuler yang lebih edukatif dan membangun nilai positif bagi pelajar (Beksi, 02/05/25).

Dilain fihak, ada beberapa yang berpandangan bahwa siswa masuk barak militer adalah hal yang kurang tepat, mereka berpandangan militer bukan tempatnya untuk siswa bermasalah. Tidak perlu kekerasan, perlu pendekatan psikologis, tidak menyelesaikan akar masalah.

Di satu sisi, program ini dipandang sebagai solusi efektif dalam menanamkan kedisiplinan dan membentuk karakter siswa bermasalah. Namun disisi lain program ini dianggap tidak relevan untuk siswa bermasalah sebagai solusi yang bukan ranah pendidikan.

Secara teori, kebijakan ini memunculkan 2 gagasan yang mendukung dan menentang, kita sedikit menulusuri secara konseptual, potensi dampak positif dan negatifnya, serta menjajaki arah opsi solusi konstruktif yang lebih komprehensif dan berorientasi pada kepentingan terbaik siswa.

Teori Pendukung

Behaviorisme (Skinner, Pavlov), menekankan bahwa perilaku dapat dibentuk melalui penguatan (reinforcement) dan hukuman. Lingkungan militer yang terstruktur dengan aturan jelas, konsekuensi tegas, dan pemberian penghargaan atas kepatuhan dianggap dapat meluruskan perilaku negatif siswa melalui pembiasaan dan pengendalian lingkungan.

Pembelajaran Sosial (Bandura), menyatakan bahwa individu belajar melalui observasi, imitasi, dan modeling. Interaksi siswa dengan figur otoritas yang disiplin (instruktur militer) dan melihat contoh perilaku positif dari rekan-rekan yang patuh di barak dapat menjadi model yang ditiru, sehingga mengubah perilaku siswa yang bermasalah.

Kontrol Sosial (Hirschi): berpendapat bahwa perilaku menyimpang terjadi ketika ikatan individu dengan masyarakat melemah. Program barak militer, dengan aturan ketat dan penekanan pada tanggung jawab kelompok, mungkin dianggap dapat memperkuat kembali ikatan siswa dengan nilai keteraturan kepatuhan, sehingga mengurangi perilaku negatif.

Kontra Teori

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun