Bagai melihat Hantu di siang bolong, secara reflek Aku memutar badan dan berlari sambil berteriak,
 "Tolong... Ada Hantu!"
Kedua bahu-ku terguncang dan masih antara sadar dengan tidak kulihat ada tangan seseorang sedang menyentuh bahuku sambil terus memanggil-manggil namaku.
Doni, orang yang Aku tau telah meninggal dunia dari telepon Mamanya itu ada di depanku.
Hemm...
Buyar rasa kantukku. Jam di dinding kamar tidurku masih menunjukan Pukul 03:00 Â dini hari.
Setelah Doni keluar dari dalam Kamar tidurku, Aku beranjak dari atas tempat tidurku, lalu pergi ke dapur. Secangkir Kopi hangat mungkin bisa menghilangkan rasa takutku akibat mimpi buruk tadi.
Setelah memanaskan air untuk membuat kopi dan mencampurkan bubuk kopi di dalam cangkir, sambil kembali mengingat mimpi buruku tadi, kuaduk cangkir berisi kopi di tanganku.
 "Sruup,"
Baru beberapa kali tegukan air kopi di dalam cangkir putih yang ada di tanganku, sayup-sayup telingaku mendengar suara Bayi yang sedang tertawa dari ruang tengah rumah kontrakanku bersama Doni dan Toni.
Bulu kudukku sontak meremang berdiri, dengan jantung berdetak kencang. Suara anak kecil yang baru saja kudengar itu begitu mirip sekali dengan suara Bayi yang kulihat tengah meminum air Ketuban ibu nya di dalam mimpiku tadi.