Mohon tunggu...
Warkasa1919
Warkasa1919 Mohon Tunggu... Freelancer - Pejalan

Kata orang, setiap cerita pasti ada akhirnya. Namun dalam cerita hidupku, akhir cerita adalah awal mula kehidupanku yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Misteri Bidadari Kesunyian

11 April 2020   04:20 Diperbarui: 11 April 2020   04:29 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

*****

Di atas ketinggian 2.665 meter di atas permukaan laut yang terletak sekitar 70 km sebelah tenggara Kota Bandung. Di sebelah Sang Waktu, mataku terus bergerak menatap ke arah kawah Mas, Kawah Baru, Kawah Nangklak dan Kawah Manuk yang masih terus mengeluarkan uap dari sisi dalamnya.

Di lapis langit kesatu. Di puncak gunung Papandayan, di antara hamparan bunga--bunga keabadian. Di antara hembusan angin yangbertiup kencang yang dinginnya terasa menembus hingga ke  dalamtulang. Di antara kabut yang menyelimuti puncak gunung Papandayan, Aku dan Sang Waktu tengah menatap sesosok tubuh Wanita cantik yang mengenakan jilbab panjang berwarna hitam tengah berjalan  mendekat ketempat dimana Aku dan Sang Waktu tengah berdiri saat ini.

Di antara gunung--gunung  dengan tebing terjal yang menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson termasuk type iklim B, dengan curah hujan rata-rata 3.000 mm/thn, kelembaban udara 70 -- 80 % dan temperatur 10 C ini kutatap wajah Wanita cantik berkulit kuning langsat di depanku sambil mengenggam erat jemari tangannya.

"Di jalan sunyi ini, aku sudah tidak memiliki apa--apa lagi yang pantas untuk Aku tawarkan kepadamu, agar bersedia menerima cintaku ini. Izinkan aku untuk tetap berada di sini. Di jalanmu, di jalan sunyi. Tempat di mana engkau pernah mengajariku arti cinta yang sejati.  Jika engkau ingin pergi. Pergilah... 

Biarkan aku menunggumu di tempat ini. Di jalan sunyi, di tempat aku akan terus menunggumu, hingga nanti ajal kan datang menjemputku di tempat ini."

Di antara angin yang bertiup kencang di tempat ini. Telingaku seperti kembali mendengar kata--kata Wanita cantik berjilbab panjang warna hitam itu beberapa waktu di tempat ini.

*****

"Terima kasih sudah berkenan hadir untuk memenuhi panggilanku di tempat ini," kataku pelan, sambil menatap mata Wanita cantik di depanku.

Wanita cantik berkulit kuning langsat di depanku ini hanya diam, matanya berkaca--kaca, lalu sambil menahan isak tangisnya dia bergerak cepat memeluk erat tubuhku.

"Jangan pernah tinggalkan aku lagi di tempat ini," bisiknya pelan di telingaku. 

"Iya, kita pernah di pisahkan oleh jarak dan waktu. Hingga atas izin Tuhan. Akhirnya Aku kembali menemuimu di tempat ini bersama Sang Waktu disisiku. Di jalan sunyi, jalanan yang hanya ada Aku, Engkau dan Tuhanku. Izinkan Aku meminangmu dengan "Bismillah".  Di depan Sang Waktu. Di hari penyatuan antara batinku dan batinmu. Aku sadar bahwa di antara kita masih ada sang Ratu, yang juga saat ini membutuhkan kehadiranku dan kehadiranmu di dekatnya. Ikutlah bersamaku untuk menyongsong kehidupan yang baru. Bersama Aku, sang Ratu dan Putri Mahkota di tempat asalku.

Jibril telah mengajarkan kepadaku, agar Aku bisa menyentuh kelopakmu, kelopak yang akan Aku pakai untuk menyempurnakan kehidupan sang Ratu. 

Edelweis... Apakah engkau bersedia untuk hidup bersamaku dan sang Ratu?"

"Mas, aku mencintaimu, Jangan pernah tinggalkan aku. Dan Aku bersedia melakukan apa saja, asalkan Aku bisa terus bersamamu."

"Engkau adalah Anaphalis javanica-ku. Bunga Abadi yang di takdirkan untuk tumbuh di pekarangan hatiku, menemani Epiphyllum oxypetalum. Bunga Wijayakusuma yang telah lebih dahulu tumbuh di pekarangan hatiku. Engkau adalah Bunga Abadi yang atas izin Tuhan ditakdirkan untuk menyempurnakan kehidupanku dan sang Ratu."

Anaphalis javanica lebih di kenal dengan nama Edelweiss jawa (Javanese edelweiss) atau Bunga Senduro atau bunga abadi adalah tumbuhan endemik zona alpina/montana di berbagai pegunungan tinggi Nusantara.

Tumbuhan ini dapat mencapai ketinggian 8 meter dan dapat memiliki batang sebesar kaki manusia walaupun umumnya tidak melebihi 1 meter. Tumbuhan ini sekarang dikategorikan sebagai langka dan di percaya sebagai simbol dari keabadian cinta.

*****

Sambil bergandengan tangan, Aku, Bidadari Kesunyian dan Sang Waktu terus berjalan. Di jalanan panjang yang jalannya itu semakin lama semakin terlihat begitu lurus, Aku dan Wanita cantik berkulit kuning langsat yang mengenakan jilbab panjang berwarna hitam inii terus berjalan meninggalkan puncak gunung Papandayan. Meninggalkan semua masa lalu yang begitu kelam di dalam kawah--kawah yang hingga kini masih terus mengeluarkan uapnya dari sisi dalamnya. 

Aku dan Wanita cantik berwajah sedikit pucat tanpa riasan make-up ini terus berjalan, menuju ke masa depan, menuju ke tempat dimana sang Ratu dan Putri Mahkota menunggu kedatangannnya dengan tangan terbuka.


-Selesai-

Catatan: 

  • Sumber bacaan: 1, 2, 3
  • Cerita ini hanya fiktif belaka. Mohon dimaafkan jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
  • Cerita ini sudah tayang di secangkirkopibersama.com dengan versi yang berbeda

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun