Darahku 'mendidih' saat melihat 'Orang ketiga' itu hendak kembali 'menyetubuhi' Â sang Ratu di hadapanku.
"Pergi kau!" Â suaraku menggelegar. Memecah kesunyian dan juga menghancurkan cermin buram di depanku hingga hancur berantakan.
 'Orang ketiga' melepaskan sang Ratu yang tengah berada di dalam dekapannya saat merasakan ada tangan kokoh mencengkram batang lehernya. Dan,
Bukkk..
Tubuh 'Orang ketiga' terlempar jatuh ke sudut ruangan. Wajahnya putih memucat, lelehan darah keluar dari dalam mulut dan juga hidungnya. Suara teriakanku tadi telah membuat Diriku yang lainnya itu keluar dari dalam cermin di hadapanku.
Masih gemetar, 'Orang ketiga' Â berusaha untuk berdiri di hadapan Diriku yang lainnya. Diriku yang sudah berhasil melukainya.Â
Sambil menyeka lelehan darah yang masih terus keluar dari setiap lubang yang ada di tubuhnya. 'Orang ketiga' menatap ke arahku dan Diriku yang lainnya.
Masih seperti tidak percaya, sekali lagi dia tatap Diriku yang lainya, yang saat ini tengah berdiri di depannya. Seolah masih tidak percaya bahwa sosok yang tadi dilihatnya berada di dalam cermin di depanku itu ternyata mampu menyentuh dirinya yang tak kasat mata. Bahkan berhasil melemparkan dirinya ke sudut ruangan kamar disaat dia tadi hendak merenggut jiwa sang Ratu.
Seperti tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi, 'Orang ketiga' yang di juluki Sang Pencabut Nyawa para wanita itu melangkah pergi. Meninggalkan sang Ratu yang masih menangis sesegukan di atas Ranjang tidurku.
Di antara gelapnya malam, di bawah derasnya air hujan yang membasahi bumi di sepertiga malam. Kutatap bekas kaki 'Orang ketiga' yang perlahan mulai menghilang tergerus air hujan.
Kugenggam erat jemari tangan sang Ratu yang masih menangis sesegukan di atas ranjang tidurku.Â