Kebiasaan "giveaway" masker oleh aparat kepada para pelanggar protokol kesehatan perlu dievaluasi. Cara tersebut tidak menimbulkan efek jera dan justru membuat orang semakin meremehkan kegunaan masker. Saatnya mengganti dengan hukuman "tebus masker".
Selembar kertas di dinding dekat pintu sebuah toko peralatan medis menyita perhatian saya beberapa hari lalu. Tercetak di atasnya tulisan, "SEDIA MASKER Rp.1.000".
Ingin saya mengetahui maksud tulisan tersebut. Namun, toko masih tutup.
Meskipun demikian tidak sulit memperkirakan arti penawaran masker murah itu. Saya menebak toko tersebut menjual masker medis seharga Rp1000 per lembar. Mungkin sengaja dijual secara eceran atau dikemas ulang per 5-10 lembar sehingga orang bisa lebih leluasa mendapatkan masker tanpa harus membeli satu kotak penuh.
Masker Semakin Murah, Kepatuhan Semakin Rendah
Masker medis sekarang memang sudah terjangkau. Harganya tak lagi semahal seperti 6 bulan pertama pandemi Covid-19.
Kini sekotak masker medis bisa kita dapatkan mulai dari harga belasan ribu rupiah tergantung merek dan kualitasnya. Satu kotak masker medis merek terkenal yang biasa saya pakai harganya Rp35.000.Â
Beberapa merek masker medis lainnya juga saya beli dengan harga berkisar dari Rp26.000-Rp50.000 per kotak berisi 50 lembar masker. Padahal saat awal pandemi tahun lalu harganya meroket menjadi ratusan ribu rupiah per kotak.
Menurut salah satu produsen masker medis di Surabaya yang sempat saya hubungi, turunnya harga masker disebabkan oleh biaya produksi yang semakin rendah. Bahan baku pembuatan masker medis juga sudah mudah didapatkan.Â
Selain itu banyaknya produsen masker di dalam negeri membuat stok masker melimpah sehingga harganya tak lagi ugal-ugalan.
Sekarang banyak merek masker medis di pasaran. Jenisnya pun bervariasi. Salah satu yang sedang tren sekarang ialah masker KF94, merujuk pada kemampuannya menyaring partikel air borne sampai 94%. Walau harganya tidak semurah masker medis biasa, masker KF94 dianggap lebih nyaman dan memiliki pilihan warna yang menarik.