Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Negaraku Jadi Pelayan Ormas-Ulama, Terima Kasih Pak Anies dan Pak Jokowi

16 November 2020   08:02 Diperbarui: 16 November 2020   08:05 1308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukannya dicegah, pesta justru difasilitasi. Bukannya dibubarkan dan diberi pelajaran, pesta corona itu malah dibuat semakin nyaman. Namanya juga tugas negara dan aparat yang sudah semestinya melayani yang mulia.

Tidak masalah yang mulia sering menghina Pancasila dan para bapak bangsa. Ucapan yang mulia adalah bunyi-bunyian yang indah.

Tidak masalah yang mulia sering menghina agama-agama. Yang penting yang mulia punya massa mayoritas. Itu adalah berkah dan aparat tidak berani melawan yang mulia. Takut kualat.

Di dalam istana, sang pemimpin tertinggi berkali-kali marah. Ia marah karena birokrasinya lamban. Marah karena para pembantunya tak punya kepekaan terhadap krisis. Mengancam akan mengganti pembantunya yang tak becus.

Tapi ia hanya bisa marah. Tak pernah serius menyingkirkan yang lamban dan tak becus itu. Jangan-jangan bukan hanya pembantunya yang tak punya "sense of crisis", tapi pemimpin itu pun tak jauh beda.

Katanya dulu, "Lima tahun ke depan sudah nggak ada beban, yang terbaik akan saya lakukan". Katanya lagi pada suatu hari siap memecat menteri dan membubarkan lembaganya yang tak cakap.


Tapi itu katanya. Tak seiya sekata dengan kenyataannya.

Pandemi adalah ancaman nyata. Protokol kesehatan tidak bisa ditawar-tawar. Tapi itu katanya. Hanya ditujukan kepada orang-orang di pasar, di jalanan, di pabrik-pabrik dan di warung-warung makan.

Kalau di hajatan pesta yang mulia, apalagi dibarengi doa-doa yang membuncah ke langit, aturan hanya kata-kata. Hukum tak berlaku.

Sekarang masa pandemi. Tempat-tempat ibadah hanya boleh diisi separuhnya saja. Tapi demi yang mulia, boleh disesaki. Kalau perlu ditambah lagi tenda di luar.

Sekarang masa pandemi. Restoran dan warung yang buka penuh dan makan tanpa jaga jarak akan didenda dan ditutup. Tapi kalau untuk yang mulia, hajatan dan makan besar tentu boleh dilayani sampai puas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun