Setelah itu pos ronda diambil alih oleh orang-orang dewasa dan para bapak yang juga menonton siaran langsung Piala Dunia sambil melaksanakan siskamling hingga dini hari.
***
Malam itu saya bergabung bersama Dimas dan teman-temannya menonton Jepang melawan Kolombia selama sekitar 40 menit. Menyaksikan sebentuk antusiasme terhadap Piala Dunia dalam diri Dimas dan teman-temannya, sempat muncul pertanyaan dalam hati.Â
Adakah mereka menyimpan mimpi bisa menyaksikan tim merah putih di pertandingan Piala Dunia?
Namun, sekalipun bagi Indonesia pentas Piala Dunia masih sebatas mimpi yang kelamaan, melewatkan pertandingan-pertandingan Piala Dunia jelas sebuah kesalahan. Piala Dunia tetaplah Piala Dunia. Pentas yang bukan hanya milik para kontestan yang bertanding. Piala Dunia adalah milik kita semua dan hanya ada satu pilihan, yakni merayakannya.
Seperti yang Dimas, Kiki, Ayub, Hanif, dan Zoya lakukan, menonton melalui layar TV adalah cara sederhana namun menyenangkan untuk merayakan Piala Dunia. Dan, satu hal lagi jangan nonton bola tanpa Kacang Garuda.