Mohon tunggu...
HUN FLOCKY
HUN FLOCKY Mohon Tunggu... Aktivis budaya Masyarakat Lembah baliem suku hubula

Menulis dan menyoroti pentingnya akar dan identitas budaya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Papua Pegunungan, Urgensi Pengolahan Sampah Produktif

22 September 2025   12:53 Diperbarui: 22 September 2025   12:53 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sisi lain, tantangan lingkungan di Papua Pegunungan semakin nyata. Banyak kabupaten di wilayah ini belum memiliki sistem pengelolaan sampah yang memadai. Berdasarkan Rencana Strategis Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion (P3E) Papua 2020--2024, pengendalian pembangunan lingkungan hidup masih menghadapi hambatan serius. Minimnya fasilitas Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS 3R), rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pemilahan dan daur ulang, serta penumpukan sampah plastik dan organik di ruang terbuka menjadi masalah yang mendesak. Dalam kondisi seperti ini, pengolahan sampah menjadi bahan bangunan menawarkan solusi konkret yang tidak hanya mengurangi pencemaran lingkungan, tetapi juga meningkatkan nilai ekonomi dari limbah dan mendorong budaya daur ulang yang sesuai dengan kearifan lokal masyarakat adat.

Lebih jauh, potensi pemberdayaan masyarakat lokal menjadi aspek penting yang tidak bisa diabaikan. Papua Pegunungan dikenal dengan semangat gotong royong dan kekayaan budaya yang kuat. Program pengelolaan sampah produktif dapat menjadi wadah pelatihan keterampilan teknis bagi pemuda dan ibu rumah tangga, membuka lapangan kerja berbasis komunitas, serta meningkatkan pendapatan keluarga melalui produksi batako, papan, dan ecobrick. Dengan pendekatan berbasis lokal, program ini berpeluang besar menjadi bagian dari pembangunan inklusif yang menghargai identitas dan potensi masyarakat setempat.

Dari sisi kebijakan, pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) serta P3E Papua telah menetapkan sasaran strategis untuk meningkatkan pengendalian lingkungan hidup di wilayah ini. Inisiatif pengelolaan sampah produktif sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya dalam hal pengurangan emisi, adaptasi terhadap perubahan iklim, dan peningkatan layanan publik di bidang lingkungan. Dukungan kebijakan ini membuka ruang bagi kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta untuk mewujudkan ekosistem ekonomi sirkular yang berakar di Papua Pegunungan.

Sejumlah bukti empiris juga menunjukkan bahwa pendekatan ini bukan sekadar gagasan, melainkan telah terbukti secara teknis dan sosial. Penelitian dari Universitas Gadjah Mada menunjukkan bahwa styrofoam, sekam padi, kertas, plastik, dan serbuk kayu dapat diolah menjadi bahan bangunan alternatif dengan keunggulan fisik dan mekanik yang layak. Di Desa Sindanglaya, Jawa Barat, pengolahan sampah plastik menjadi ecobrick berhasil meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam menjaga lingkungan. Sementara itu, studi lain mengungkap bahwa plastik, kaca, dan logam dapat diolah menjadi paving block dan panel dinding yang tahan lama dan mendukung pembangunan berkelanjutan.

Hf,22 September 2025(Lembah baliem)

_____________________________

Pengelolaan Sampah Produktif untuk Bahan Bangunan

1. Pendahuluan

- Latar belakang masalah sampah dan peluang daur ulang

- Tujuan program pengelolaan sampah produktif

- Manfaat sosial, ekonomi, dan lingkungan

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun