Mohon tunggu...
HUN FLOCKY
HUN FLOCKY Mohon Tunggu... Aktivis budaya Masyarakat Lembah baliem suku hubula

Menulis dan menyoroti pentingnya akar dan identitas budaya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Papua Pegunungan, Urgensi Pengolahan Sampah Produktif

22 September 2025   12:53 Diperbarui: 22 September 2025   12:53 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jayawijaya pengolahan sampah untuk bahan bangunan (sumber by Hf)

Urgensi Pengelolaan Sampah Produktif di Papua Pegunungan

Sejumlah bukti empiris juga menunjukkan bahwa pendekatan ini bukan sekadar gagasan, melainkan telah terbukti secara teknis dan sosial. Penelitian dari Universitas Gadjah Mada menunjukkan bahwa styrofoam, sekam padi, kertas, plastik, dan serbuk kayu dapat diolah menjadi bahan bangunan alternatif dengan keunggulan fisik dan mekanik yang layak. Di Desa Sindanglaya, Jawa Barat, pengolahan sampah plastik menjadi ecobrick berhasil meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam menjaga lingkungan. Sementara itu, studi lain mengungkap bahwa plastik, kaca, dan logam dapat diolah menjadi paving block dan panel dinding yang tahan lama dan mendukung pembangunan berkelanjutan.

Dengan latar belakang tersebut, pengelolaan sampah produktif di Papua Pegunungan bukan hanya penting, tetapi mendesak. Ia menawarkan solusi multidimensi---lingkungan, ekonomi, sosial, dan budaya---yang dapat menjadi fondasi bagi pembangunan yang berakar pada kekuatan lokal dan berorientasi pada masa depan.

Referensi:

[Cenderawasih Pos -- DLH Jayawijaya Siapkan Rp 4,3 Miliar](https://cenderawasihpos.jawapos.com/lintas-papua/pegunungan/05/04/2025/penanganan-sampah-lebih-efektif-dlh-jayawijaya-siapkan-rp-43-miliar/)

[Salam Papua -- Bupati Jayawijaya Makin Serius Tangani Sampah](https://salampapua.com/2025/05/bupati-jayawijaya-makin-serius-mencari-solusi-atas-permasalahan-sampah-di-kota-wamena.html)

 

[1] Penanganan Sampah Lebih Efektif, DLH Jayawijaya Siapkan Rp 4,3 Miliar (https://cenderawasihpos.jawapos.com/lintas-papua/pegunungan/05/04/2025/penanganan-sampah-lebih-efektif-dlh-jayawijaya-siapkan-rp-43-miliar/)

[2] Bupati Jayawijaya Makin Serius Mencari Solusi Atas Permasalahan Sampah... (https://salampapua.com/2025/05/bupati-jayawijaya-makin-serius-mencari-solusi-atas-permasalahan-sampah-di-kota-wamena.html)

Papua Pegunungan merupakan wilayah yang kaya akan budaya dan potensi sumber daya, namun secara geografis menghadapi tantangan besar. Topografi yang berbukit dan terpencil menyebabkan akses transportasi menjadi terbatas, sehingga distribusi bahan bangunan konvensional seperti semen, batako, dan papan sering kali terhambat. Biaya logistik yang tinggi, ketergantungan pada pasokan dari luar daerah, serta waktu pengiriman yang lama menjadi kendala utama dalam pembangunan infrastruktur dasar. Dalam konteks ini, memanfaatkan sampah lokal sebagai bahan bangunan bukan hanya solusi teknis, tetapi juga strategi pemberdayaan yang relevan dan berkelanjutan. Dengan pendekatan ini, masyarakat dapat mengurangi ketergantungan pada pasokan eksternal, menekan biaya konstruksi, dan meningkatkan kemandirian dalam membangun fasilitas publik maupun rumah tinggal.

Di sisi lain, tantangan lingkungan di Papua Pegunungan semakin nyata. Banyak kabupaten di wilayah ini belum memiliki sistem pengelolaan sampah yang memadai. Berdasarkan Rencana Strategis Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion (P3E) Papua 2020--2024, pengendalian pembangunan lingkungan hidup masih menghadapi hambatan serius. Minimnya fasilitas Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS 3R), rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pemilahan dan daur ulang, serta penumpukan sampah plastik dan organik di ruang terbuka menjadi masalah yang mendesak. Dalam kondisi seperti ini, pengolahan sampah menjadi bahan bangunan menawarkan solusi konkret yang tidak hanya mengurangi pencemaran lingkungan, tetapi juga meningkatkan nilai ekonomi dari limbah dan mendorong budaya daur ulang yang sesuai dengan kearifan lokal masyarakat adat.

Lebih jauh, potensi pemberdayaan masyarakat lokal menjadi aspek penting yang tidak bisa diabaikan. Papua Pegunungan dikenal dengan semangat gotong royong dan kekayaan budaya yang kuat. Program pengelolaan sampah produktif dapat menjadi wadah pelatihan keterampilan teknis bagi pemuda dan ibu rumah tangga, membuka lapangan kerja berbasis komunitas, serta meningkatkan pendapatan keluarga melalui produksi batako, papan, dan ecobrick. Dengan pendekatan berbasis lokal, program ini berpeluang besar menjadi bagian dari pembangunan inklusif yang menghargai identitas dan potensi masyarakat setempat.

Dari sisi kebijakan, pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) serta P3E Papua telah menetapkan sasaran strategis untuk meningkatkan pengendalian lingkungan hidup di wilayah ini. Inisiatif pengelolaan sampah produktif sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya dalam hal pengurangan emisi, adaptasi terhadap perubahan iklim, dan peningkatan layanan publik di bidang lingkungan. Dukungan kebijakan ini membuka ruang bagi kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta untuk mewujudkan ekosistem ekonomi sirkular yang berakar di Papua Pegunungan.

Sejumlah bukti empiris juga menunjukkan bahwa pendekatan ini bukan sekadar gagasan, melainkan telah terbukti secara teknis dan sosial. Penelitian dari Universitas Gadjah Mada menunjukkan bahwa styrofoam, sekam padi, kertas, plastik, dan serbuk kayu dapat diolah menjadi bahan bangunan alternatif dengan keunggulan fisik dan mekanik yang layak. Di Desa Sindanglaya, Jawa Barat, pengolahan sampah plastik menjadi ecobrick berhasil meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam menjaga lingkungan. Sementara itu, studi lain mengungkap bahwa plastik, kaca, dan logam dapat diolah menjadi paving block dan panel dinding yang tahan lama dan mendukung pembangunan berkelanjutan.

Hf,22 September 2025(Lembah baliem)

_____________________________

Pengelolaan Sampah Produktif untuk Bahan Bangunan

1. Pendahuluan

- Latar belakang masalah sampah dan peluang daur ulang

- Tujuan program pengelolaan sampah produktif

- Manfaat sosial, ekonomi, dan lingkungan

2. Identifikasi Jenis Sampah

- Sampah plastik (HDPE, PET, dll.)

- Sampah organik (serbuk kayu, sekam, kertas)

- Limbah konstruksi (puing beton, batu bata bekas)

- Kriteria sampah yang bisa diolah

3. Tahapan Pengolahan

- Pemilahan dan pengumpulan

- Pembersihan dan persiapan bahan

- Proses pencacahan, peleburan, atau pencampuran

- Pencetakan dan pembentukan produk

4. Produk yang Dihasilkan

- Batako plastik

- Papan komposit atau fiberboard

- Ecobrick

- Genteng daur ulang

- Beton daur ulang

5. Peralatan dan Teknologi

- Alat pencacah plastik

- Mesin press atau cetak

- Oven atau alat pemanas

- Cetakan batako/papan

6. Model Usaha atau Kegiatan

- Skema produksi komunitas

- Pelatihan dan pemberdayaan masyarakat

- Potensi kerja sama dengan pemerintah atau swasta

7. Pemasaran dan Distribusi

- Target pasar (konstruksi lokal, toko bangunan, proyek sosial)

- Strategi branding produk ramah lingkungan

- Kemasan dan label edukatif

8. Dampak dan Evaluasi

- Pengurangan volume sampah

- Peningkatan pendapatan masyarakat

- Indikator keberhasilan program

- 

9. Penutup

- Rangkuman manfaat

- Ajakan untuk berpartisipasi

- Rencana pengembangan jangka panjang

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah Sampah dan Peluang Daur Ulang

Di banyak kawasan urban dan pinggiran kota, volume sampah konstruksi dan rumah tangga terus meningkat tanpa pengolahan yang optimal. Sampah plastik, organik, dan puing bangunan berakhir di TPA, mempercepat penumpukan dan menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Pendekatan daur ulang produktif menawarkan solusi sirkular yang mengubah limbah menjadi bahan bangunan bernilai. Model ini tidak hanya mengurangi beban sampah, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat lokal.

1.2 Tujuan Program Pengelolaan Sampah Produktif

Program ini bertujuan mengurangi volume sampah yang menuju TPA melalui pemanfaatan kembali sebagai bahan konstruksi. Selain itu, program ingin menciptakan produk batako, papan, dan komponen bangunan lain yang kuat dan terjangkau. Kegiatan ini juga dirancang untuk memberdayakan warga melalui pelatihan teknis dan kewirausahaan. Dengan demikian, diharapkan terjadi pergeseran paradigma sampah menjadi sumber daya.

1.3 Manfaat Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan

Secara sosial, pengelolaan ini dapat meningkatkan keterampilan teknis dan memperkuat ikatan komunitas melalui kerja sama produksi. Dari sisi ekonomi, warga dapat memperoleh pendapatan tambahan dengan menjual produk olahan sampah. Secara lingkungan, penggunaan bahan daur ulang mengurangi ekstraksi bahan mentah baru dan emisi karbon. Inisiatif ini menjadi contoh nyata penerapan ekonomi sirkular di tingkat lokal

2. Identifikasi Jenis Sampah

2.1 Sampah Plastik

Sampah plastik menjadi fokus utama karena volumenya besar dan sifatnya sulit terurai. Beberapa jenis plastik yang umum dijumpai adalah HDPE (botol deterjen), PET (botol minuman), PP (wadah makanan), dan LDPE (kantong plastik).

2.2 Sampah Organik

Limbah organik berbasis selulosa cocok diolah menjadi papan komposit atau fiberboard. Contohnya serbuk kayu sisa penggergajian, sekam padi, kertas bekas, dan sabut kelapa.

2.3 Limbah Konstruksi

Puing bangunan yang dapat didaur ulang meliputi beton pecah, batu bata tua, keramik, dan genteng retak. Bahan ini biasanya dihancurkan untuk dijadikan agregat pengganti.

2.4 Kriteria Sampah yang Bisa Diolah

- Terpisah berdasarkan jenis dan warna

- Bebas kotoran organik atau logam

- Kadar air rendah (<10 %)

- Ukuran seragam atau mudah dicacah

- Terjamin kontinuitas pasokan

3. Tahapan Pengolahan

3.1 Pemilahan dan Pengumpulan

Pemilahan dimulai dengan mengumpulkan sampah sesuai kategori---plastik, organik, dan konstruksi---agar proses selanjutnya lebih efisien.

- Tentukan titik kumpul terpisah untuk masing-masing jenis sampah

- Atur jadwal pengumpulan rutin bersama komunitas atau mitra lokal

- Gunakan wadah berlabel untuk memudahkan identifikasi

3.2 Pembersihan dan Persiapan Bahan

Setelah terpilah, bahan perlu dibersihkan dan dikeringkan hingga kadar air turun di bawah 10 %.

- Cuci plastik dan serbuk organik untuk menghilangkan kotoran

- Keringkan di sinar matahari atau ruang berventilasi terbuka

- Singkirkan kontaminan seperti logam dan potongan kaca

3.3 Pencacahan, Peleburan, dan Pencampuran

Proses teknis menyesuaikan jenis bahan: plastik dilelehkan, organik dan konstruksi dicacah atau dihancurkan.

- Pencacahan: hancurkan plastik, kayu, atau beton menjadi ukuran seragam

- Peleburan: panaskan serpihan plastik hingga mencair (untuk batako/genteng plastik)

- Pencampuran: aduk plastik cair atau resin alami dengan agregat (pasir, serbuk kayu, puing beton)

3.4 Pencetakan dan Pembentukan

Campuran siap dicetak ke dalam cetakan batako, papan, atau modul ecobrick.

- Masukkan campuran ke cetakan; gunakan tekan hand press atau mesin vibrasi

- Ratakan permukaan dan hapus gelembung udara dengan alat getar

- Keluarkan produk setelah sebagian mengeras

3.5 Pengeringan dan Pengerasan

Tahap ini krusial untuk mencapai kekuatan optimal pada produk akhir.

- Susun produk di area kering dengan sirkulasi udara baik

- Gunakan suhu ruangan atau oven industri sesuai jenis bahan

- Biarkan pengerasan selama 24--72 jam tergantung ketebalan

3.6 Kontrol Kualitas

Pastikan setiap produk memenuhi standar kekuatan dan dimensi sebelum distribusi.

- Uji kekuatan tekan dan bongkar sampel acak

- Periksa keseragaman ukuran dan bentuk

- Dokumentasikan hasil uji untuk perbaikan proses

4. Produk yang Dihasilkan

4.1 Batako Plastik

- Komposisi: serpihan plastik daur ulang dicampur pasir

- Tipe: batako padat; batako berlubang

- Keunggulan: ringan; tahan air; isolasi termal baik

- Aplikasi: dinding non-struktural, pagar, taman

4.2 Papan Komposit

- Bahan: serbuk kayu atau sabut kelapa + plastik daur ulang atau resin alami

- Jenis: Wood Plastic Composite (WPC); fiberboard

- Keunggulan: tahan rayap; antilembap; permukaan halus siap finishing

- Aplikasi: decking teras, partisi interior, furnitur ringan

4.3 Ecobrick

- Definisi: botol plastik diisi rapat sampah non-organik

- Keunggulan: modular; mudah diproduksi komunitas; edukatif

- Aplikasi: dinding partisi sementara, elemen taman, instalasi seni

4.4 Genteng Daur Ulang

- Bahan: plastik HDPE/PP dipress menjadi kepingan

- Keunggulan: ringan; kedap air; tahan korosi dan karat

- Aplikasi: atap bangunan sederhana, gudang, kandang

4.5 Beton Daur Ulang

- Bahan: agregat beton pecah + semen portland

- Keunggulan: biaya rendah; mengurangi limbah puing; kekuatan setara beton konvensional

- Aplikasi: paving jalan setapak, pondasi ringan, trotoar

5.1 Mesin Pencacah dan Crusher

Alat ini bertugas memecah sampah plastik, kayu, atau beton menjadi ukuran seragam sehingga proses pengolahan selanjutnya lebih efisien.

- Shredder plastik berkapasitas 100--500 kg/jam dengan motor 5--10 HP

- Wood chipper atau hammer mill untuk serbuk kayu dan sabut kelapa

- Jaw crusher untuk menghancurkan puing beton dan batu bata

5.2 Sistem Pemanasan dan Peleburan

Peralatan pemanas diperlukan untuk melebur plastik atau mengeringkan material agar kadar air turun di bawah ambang kritis.

- Oven industri dengan suhu kontrol 150--200 C

- Solar dryer atau ruang pengering berbilik ventilasi untuk serbuk organik

- Hot plate portable untuk percobaan batch kecil sebelum skala besar

5.3 Mesin Press dan Cetak

Setelah bahan siap, mesin press dan cetak membentuk produk akhir sesuai cetakan.

- Hydraulic press manual atau hidrolik (tekanan 10--20 ton)

- Vibratory table untuk mengeluarkan gelembung udara di cetakan

- Cetakan modular batako, papan, dan genteng dari baja atau aluminium

5.4 Peralatan Pengeringan dan Pengerasan

Tahap ini menjamin produk akhir mencapai kekuatan dan dimensi yang diinginkan.

- Rak pengering bertingkat dengan aliran udara alami atau paksa

- Ruang curing dengan kontrol kelembapan dan suhu (20--30 C)

- Timer dan hygrometer untuk memantau waktu serta kadar air

5.5 Alat Pengujian dan Kontrol Kualitas

Untuk memastikan standar mutu terpenuhi, perlu alat ukur dan uji kekuatan.

- Uji tekan beton portable untuk batako dan paving

- Moisture meter untuk mengecek kadar air papan dan batako

- Vernier caliper untuk pengukuran dimensi

- Alat uji serat (tensile tester) untuk papan komposit

6. Model Usaha atau Kegiatan

6.1 Skema Produksi Komunitas

Produksi dijalankan secara gotong-royong di tingkat lokal untuk memaksimalkan keterlibatan warga dan menekan biaya.

- Bentuk kelompok produksi (10--20 orang) bertanggung jawab atas pengumpulan, pengolahan, dan pengepakan

- Pembagian tugas: tim pemilah, tim pencacah & peleburan, tim cetak & curing

- Jadwal operasi: 3--5 hari kerja per minggu dengan shift pagi dan sore

- Lokasi: balai desa, ruang RW/RT, atau lahan kosong yang mudah diakses

6.2 Pelatihan dan Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan dimulai dengan workshop teknis dan soft-skill agar peserta mampu mengelola proses dan memasarkan produk.

- Durasi pelatihan: 5 hari intensif + pendampingan lapangan 1 bulan

- Materi teknis: prosedur pengolahan, kontrol kualitas, perawatan mesin

- Materi wirausaha: manajemen keuangan sederhana, negosiasi, branding

- Fasilitator: praktisi daur ulang, insinyur material bangunan, pelaku UKM sukses

6.3 Kemitraan dengan Pemerintah dan Swasta

Kolaborasi memperkuat akses pendanaan, fasilitas, dan pasar untuk produk daur ulang.

- Pemerintah daerah: dukungan lahan, bantuan hibah, program CSR BUMN/D

- Swasta: kerja sama pengadaan limbah, sponsorship mesin, pembelian produk

- Lembaga donor & NGO: hibah pelatihan, studi kelayakan, monitoring & evaluasi

6.4 Sumber Pembiayaan dan Skema Bisnis

Model bisnis dirancang agar operasional berkelanjutan dan memberikan margin bagi anggota.

- Modal awal: patungan anggota, pinjaman mikro, dana CSR

- Struktur pendapatan: penjualan per unit; jasa pengolahan limbah pihak ketiga

- Pembagian keuntungan: 60% untuk operasional & perawatan mesin; 40% untuk anggota

- Proyeksi balik modal: 8--12 bulan dengan kapasitas produksi 500 batako/hari

6.5 Legalitas dan Perizinan

Memenuhi regulasi lokal agar kegiatan berjalan lancar dan aman.

- Izin lingkungan (UKL-UPL atau AMDAL sederhana)

- Surat izin usaha mikro/kecil (IUMK)

- Standar SNI atau sertifikat produk bangunan lokal

- Asuransi lahan dan tanggung jawab produk

7. Pemasaran dan Distribusi

7.1 Target Pasar

- Kontraktor dan tukang bangunan di proyek perumahan

- Toko bahan bangunan dan distributor material ramah lingkungan

- Proyek pemerintah (infrastruktur publik, rumah rakyat)

- Lembaga pendidikan, NGO, dan komunitas inspiratif

7.2 Strategi Pemasaran

- Branding "Hijau & Terjangkau" dengan logo dan tagline yang mudah diingat

- Materi edukasi: brosur, video singkat, dan poster tentang proses daur ulang

- Demonstrasi produk: instalasi showcase di balai desa atau pameran UKM

- Promosi volume besar: diskon untuk pembelian crowdfunding atau pra-order

7.3 Saluran Distribusi

- Penjualan langsung dari lokasi produksi ke konsumen lokal

- Platform e-commerce (Tokopedia, Shopee, Bukalapak) untuk jangkauan lebih luas

- Kemitraan dengan toko bangunan setempat dan supplier proyek

- Sistem reseller: warga setempat sebagai agen penjualan

7.4 Kemasan dan Label

- Kemasan shrink wrap untuk paket batako, papan, atau genteng

- Label mencantumkan komposisi bahan, cara pemasangan, dan manfaat lingkungan

- Sertifikasi SNI atau label lokal dipasang terlihat untuk meyakinkan pembeli

- QR code ke video tutorial dan testimoni pengguna

7.5 Logistik dan Pengiriman

- Armada truk ringan atau pickup untuk distribusi harian

- Jadwal pengiriman rutin: 2--3 kali seminggu sesuai kapasitas produksi

- Sistem pre-order dan stok buffer untuk permintaan proyek besar

- Koordinasi dengan kurir lokal untuk area terpencil

7.6 Layanan Purna Jual

- Garansi mutu produk (misalnya 1 tahun untuk batako dan papan)

- Dukungan teknis via hotline atau grup WhatsApp untuk konsultasi pemasangan

- Pelatihan instalasi dasar bagi pembeli korporat atau kontraktor

- Survey kepuasan pelanggan dan dokumentasi testimoni

```

8. Dampak dan Evaluasi

8.1 Dampak Lingkungan

- Pengurangan volume sampah yang masuk ke TPA hingga 30--50 %

- Penurunan kebutuhan ekstraksi bahan baku baru (pasir, agregat)

- Efisiensi emisi karbon dari siklus daur ulang versus produksi konvensional

8.2 Dampak Sosial

- Peningkatan keterampilan teknis dan kewirausahaan di kalangan warga

- Penguatan kerja sama komunitas melalui kegiatan gotong-royong

- Kesadaran lingkungan yang tumbuh lewat edukasi dan praktik langsung

8.3 Dampak Ekonomi

- Pendapatan tambahan bagi anggota: Rp 500.000--1.000.000 per bulan

- Pengembalian modal dalam 8--12 bulan untuk investasi mesin dan infrastruktur

- Penciptaan lapangan kerja lokal hingga 10--20 posisi per skala produksi menengah

8.4 Indikator Keberhasilan

- Volume sampah terolah versus target bulanan

- Jumlah produk terjual dan nilai omzet

- Hasil uji mutu (kekuatan tekan, dimensi, kadar air)

- Kepuasan pelanggan dan testimoni

9. Penutup

9.1 Rangkuman Manfaat

- Secara lingkungan, program ini menurunkan volume sampah dan mengurangi ekstraksi material baru.

- Dari sisi ekonomi, anggota komunitas memperoleh pendapatan tambahan dan mempercepat pengembalian modal.

- Secara sosial, proyek meningkatkan keterampilan teknis, kewirausahaan, dan memperkuat solidaritas warga.

9.2 Ajakan untuk Berpartisipasi

- Ajak warga, pelajar, dan UMKM setempat untuk bergabung sebagai mitra pengumpulan dan produksi.

- Libatkan pemerintah daerah dan sektor swasta dalam agenda CSR serta dukungan fasilitas.

- Dorong organisasi kemasyarakatan dan lembaga pendidikan untuk menjadikan program ini sebagai proyek pembelajaran dan penelitian.

9.3 Rencana Pengembangan Jangka Panjang

- Skala produksi: perluasan ke wilayah sekitar dan pendirian unit-unit satelit.

- Inovasi produk: riset komposisi baru untuk meningkatkan kekuatan, estetika, dan fungsi.

- Digitalisasi proses: sistem monitoring volume sampah, kualitas produk, dan penjualan real time.

- Advokasi kebijakan: upayakan regulasi lokal yang mempermudah perizinan dan insentif bagi inisiatif daur ulang.

- Kemitraan berkelanjutan: jalin kolaborasi dengan universitas, lembaga riset, dan investor sosial untuk mengokohkan ekosistem ekonomi sirkular

Hf

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun