Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Filosofi Mencuci Piring-Gelas

7 Mei 2020   20:13 Diperbarui: 8 Mei 2020   19:49 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mencuci gelas piring, foto: dokpri

Emansipasi pria

Pria mencuci piring? Pasti salah menurut dunia modern. Bukan kodratnya tulang punggung mengurusi hal remeh di bak cuci/ wastafel. Tapi tunggu dulu, ada perspektif baru yang perlu kita kenali. Dalam salah satu bab bimbingan pranikah yang saya ikuti, dibukakan bahwa dalam sehari bakalan berkali-kali mencuci piring. 

Apalagi kondisi sekarang, bekerja dan belajar di rumah, membuat penghuni rumah mendadak jadi omnivora kalau bukan pelahap. Sedikit-sedikit makan, bakalan banyak wadah kotor habis dipakai. Istri, ratu dapur, bakalan kelelahan jika tidak dibantu. Syukur jika ada pembantu, kalau tidak?

Bakal makin parah jika sejak dini anak tidak diajari membantu urusan rumah, minimal mencuci bekas tempat makannya sendiri. Saya takkan berpikir ganda menanggalkan gengsi untuk menyingsingkan lengan, mencuci piring-gelas jika itu bisa membuat pasangan saya (kelak) merasa dicintai. Lagi pula, saya sudah terlatih sejak kuliah. (Direkomendasikan membaca buku Lima Bahasa Kasih, Garry Chapman)

Benar saja. Saat ini, saya masih tinggal dengan orang. Saya bisa dua kali mencuci piring-gelas, kecuali ingin mendengar cuitan ibu. "Masa satu hari mencuci sampai lima kali", keluh ibu. Wahai kaum lelaki, lebih penting mana: mempertahankan gengsi atau menyenangkan istri?

Makin banyak perkakas kotor; berarti makin produktif

Banyak makan kok produktif? O, jelas. Dengan mengunyah sesuatu di mulut, artinya kita (tubuh) menerima sejumlah energi yang diserap oleh usus, bahkan disimpan sebagai lemak. Entahkah energi ini dipakai untuk #kerjadarirumah, beberes rumah, melakukan hobi atau bekal untuk rebahan, tetap saja energi itu bakalan bermanfaat. Mau lebih berfaedah, pakai energi untuk menulis di Kompasiana leh uga loh!

Maka tak masalah banyak piring kotor setiap hari, karena itu berarti anda produktif. Termasuk jika energi yang didapat dipakai untuk mencuci piring yang seabrek, itu pun produktif. Anda telah menghasilkan piring-piring bersih.

Ilustrasi pincuk daun pisang, foto: Instagram/dapurlarose via INDTIMES
Ilustrasi pincuk daun pisang, foto: Instagram/dapurlarose via INDTIMES

Konsumsi jangka panjang

Salah satu prinsip ekonomi, "Beli sekali, pakai selamanya". Setidaknya itu teori bapak saya. Hemat pangkal kaya. Tapi tak kaya-kaya juga sampai sekarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun