Mohon tunggu...
Wawan Kuswanda
Wawan Kuswanda Mohon Tunggu... Guru, Pelatih Pembina Pramuka, NSBPB, NSBO, Trainer, Fasilitator PM, MyViewBoard Ambassasor, Ketua KPPD Ciamis, Ketua PSLCC PGRI Kab.Ciamis, Pengurus MGMP Ekonomi SMA Kab.Ciamis, Biro 1 RAPIDA 10 Jawa Barat.

Saya seorang guru yang memiliki tekad setiap hari harus membuat sebuah prestasi baik itu untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Moto: Berprestasilah sebelum prestasi itu dilarang, jangan menua tanpa prestasi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dilema Mencari Kerja di Kota Besar

28 Mei 2025   06:22 Diperbarui: 28 Mei 2025   05:32 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Pencari Kerja Berdesakan Sumber: https://images.app.goo.gl/LC9JVd8tGUjuPNyV7

 

BEKASI, Kompasiana.com - Di balik kemegahan kota-kota besar di Indonesia, tersembunyi kenyataan yang kerap luput dari sorotan: perjuangan para pencari kerja yang datang dengan harapan, namun sering kali pulang dengan kelelahan dan kekecewaan. Kota besar selalu menjadi magnet bagi mereka yang ingin mengubah nasib, tetapi realitas yang ditemui sering kali bertolak belakang dengan harapan yang dibawa.

Masyarakat dari berbagai daerah datang ke kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung dengan tekad kuat. Mereka percaya bahwa kota adalah tempat yang penuh peluang dan jalan menuju kemapanan hidup. Namun, anggapan itu tidak selalu sesuai kenyataan. Di tengah padatnya lalu lintas dan deretan gedung pencakar langit, mereka harus bersaing dengan ribuan orang lain yang memiliki tujuan serupa. Tak jarang, pencari kerja merasa seperti setitik debu dalam arus kompetisi yang tiada henti.

Salah satu dilema terbesar yang dihadapi pencari kerja di kota besar adalah persaingan yang sangat ketat. Posisi pekerjaan terbatas, sementara pelamar datang dari berbagai latar belakang, pendidikan, dan daerah. Akibatnya, banyak yang harus menerima pekerjaan di luar bidang keahlian atau dengan upah yang jauh dari harapan. Tidak sedikit lulusan sarjana yang akhirnya menjadi penjaga toko, kurir, atau staf administrasi dengan gaji minimum.

Selain itu, biaya hidup yang tinggi di kota besar menjadi tantangan tersendiri. Gaji yang didapat sering kali tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti tempat tinggal, makan, dan transportasi. Ironisnya, seseorang bisa saja bekerja keras setiap hari namun tetap hidup dalam kondisi ekonomi yang rentan. Tidak sedikit dari mereka yang akhirnya berutang atau terjebak dalam gaya hidup bertahan hidup dari bulan ke bulan.

Dilema lainnya adalah ketidakpastian kerja. Banyak pekerjaan di kota besar yang ditawarkan secara kontrak atau outsourcing, tanpa jaminan keamanan kerja jangka panjang. Dalam kondisi ini, pekerja menjadi sangat rentan terhadap pemutusan hubungan kerja mendadak, tanpa pesangon atau dukungan memadai. Situasi ini memperkuat ketidaksetaraan antara pemilik modal dan tenaga kerja.

Namun, harus diakui bahwa kota besar memang membuka peluang. Banyak orang yang sukses setelah melalui proses panjang, bekerja dari nol, dan membangun jejaring. Akan tetapi, tidak semua orang punya daya tahan atau keberuntungan yang sama. Sebagian besar dari mereka yang datang ke kota besar justru terjebak dalam siklus kerja tanpa pertumbuhan karier yang berarti.

Fenomena ini menimbulkan pertanyaan penting: apakah bekerja di kota besar benar-benar menjamin kehidupan yang lebih baik? Jawabannya tidak sesederhana "ya" atau "tidak". Bekerja di kota besar memerlukan persiapan mental, finansial, dan keterampilan yang mumpuni. Perlu ada kesadaran bahwa kota bukan tempat sihir yang mengubah hidup sekejap, melainkan ruang perjuangan yang keras dan sering kali kejam.

Solusi terhadap dilema ini bukan hanya tanggung jawab individu pencari kerja. Pemerataan pembangunan dan lapangan kerja di daerah harus menjadi prioritas pemerintah agar masyarakat tidak harus selalu berbondong-bondong ke kota untuk mencari kehidupan yang layak. Di sisi lain, perusahaan juga perlu menjunjung etika ketenagakerjaan, memberikan gaji dan perlindungan kerja yang wajar. Pendidikan dan pelatihan keterampilan juga perlu diarahkan agar sesuai dengan kebutuhan dunia kerja masa kini, bukan hanya menghasilkan ijazah semata.

Pada akhirnya, dilema mencari kerja di kota besar adalah potret dari sistem sosial dan ekonomi yang masih timpang. Ia mengajarkan bahwa mimpi memang penting, tapi realitas menuntut kesiapan lebih dari sekadar semangat. Bagi mereka yang memilih bertarung di kota besar, semoga ketekunan dan keberanian mereka suatu hari mendapat ganjaran yang sepadan. (*)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun