Mohon tunggu...
Wakidi Kirjo Karsinadi
Wakidi Kirjo Karsinadi Mohon Tunggu... Editor - Aktivis Credit Union dan pegiat literasi

Lahir di sebuah dusun kecil di pegunungan Menoreh di sebuah keluarga petani kecil. Dibesarkan melalui keberuntungan yang membuatnya bisa mengenyam pendidikan selayaknya. Kini bergelut di dunia Credit Union dan Komunitas Guru Menulis, keduanya bergerak di level perubahan pola pikir.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

11 Perspektif untuk Memenangkan Krisis

1 April 2020   14:10 Diperbarui: 2 April 2020   09:06 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di hari kedua dan ketiga virtual leadership summit (22-24 Maret 2020) yang diadakannya, John C Maxwell berbicara mengenai 11 perspektif yang memungkinkan kita untuk mengubah kemalangan menjadi keuntungan. Mengapa perspektif? Karena cara pandang kita menentukan tindakan kita.

1. Semua yang berharga membutuhkan perjuangan (everything worthwhile is uphill)

Everything worthwhile is uphill. Semua yang baik: impian, harapan, keinginan, ambisi ada di atas; kita harus mendaki untuk meraihnya. Kita harus berjuang untuk mencapainya. Hal ini berlaku di masa normal maupun di masa krisis. Namun, di masa krisis pendakian kita menjadi lebih curam dan tujuan kita menjadi lebih tinggi. Gunung yang harus didaki menjadi lebih tinggi dan lebih sulit. Kita tidak diberi hidup penuh kemenangan tetapi kita diberikan hidup untuk dimenangkan. Kita tidak diberi hak kemenangan tetapi kita diberi hidup untuk menjadi pemenang.

Adalah keliru jika orang berpandangan bahwa hidup itu seharusnya mudah. Hidup tidak mudah. Hidup itu uphill (perlu diperjuangkan, perlu didaki). Persoalannya adalah kita memiliki uphill hopes (harapan dan impian yang tinggi) tetapi downhill habits (kebiasaan yang melandai, kebiasaan tanpa tanpa pendakian, tanpa perjuangan). Downhill habits tidak akan pernah membawa kita ke impian dan harapan yang berada uphill. 

Banyak yang mengatakan bahwa John C. Maxwell adalah komunikator yang hebat. Anggapan itu sama sekali salah. John C. Maxwell sudah berbicara 12.000 kali. Kalau ia sekarang menjadi komunikator yang baik itu karena ia sudah melakukannya 12.000 kali. Sepanjang itu merupakan proses uphill. Ia membutuhkan perjuangan untuk mencapainya. Pertama kali berbicara selama 55 menit ia membuat bosan semua orang sehingga tidak pernah ada lagi yang mau datang mendengarnya. Ia membutuhkan banyak sekali waktu, usaha, energi, fokus, konsentrasi, komitmen untuk menjadi komunikator yang hebat.

Sekarang ia dikenal sebagai penulis hebat dan bisa menjual buku atas namanya sendiri sebanyak 34 juta eksemplar. Tetapi untuk mencapai semua itu ia harus menjalani proses uphill. Buku pertamanya setebal 100 halaman berisi 30 bab karena ia sudah kehabisan ide sesudah menulis dua halaman untuk satu topik. Ia mengikuti banyak kursus menulis dan baru setelah menyelesaikan buku kelimanya ia merasa yakin bisa menjadi penulis dan baru sesudah bukunya yang ke-11 penjualan mengalami kenaikan yang berarti.

Tidak ada yang cepat. Tidak ada yang mudah. Dan itu OK. Di sinilah pentingnya perspektif yang tepat. Saat John C. Maxwell menerima kenyatakaan bahwa segala sesuatu yang berharga itu membutuhkan perjuangan, apa yang ia lakukan? Ia menerima kenyataan tersebut dan menyiapkan dirinya untuk menjalani pendakiannya setiap hari. Selama kita tidak menerima kenyataan ini, bahwa segala sesuatu yang berharga itu membutuhkan perjalanan menanjak, kita akan berharap bahwa perjalanannya mudah, perjalanannya cepat, perjalanannya melandai. Dan apa yang terjadi? Kita menghabiskan sekian lama waktu melakukan hal-hal yang sama setiap hari (downhill habits) dan tanpa pernah meraih apa yang kita impikan dan harapkan karena memang tempatnya bukan di sana (downhill) melainkan di atas (uphill).

Max DePree mengatakan: "The first responsibility of a leader is to define reality. The last is to say thank you. In between, the leader is a servant." Tanggung jawab pertama pemimpin adalah mendefinisikan realitas. Yang terakhir mengatakan terima kasih. Di antaranya, melayani.

Tanggung jawab pemimpin adalah mendefinisikan realitas. John C. Maxwell menegaskan realitas ini bahwa krisis, termasuk krisis pandemi Covid-19 yang disebabkan oleh virus Corona ini, akan menggeser orang, entah maju entah mundur, entah naik entah turun. Krisis tidak pernah membiarkan orang di tempat yang sama. Krisis selalu mengubah kita. Mungkin kita berharap: Kapan semua ini akan berlalu dan kembali menjadi normal? Kapan perjuangan dan kesulitan ini akan berakhir dan kapan kita bisa kembali seperti sedia kala sebelum krisis ini datang? Namun, John C. Maxwell menegaskan satu hal ini: tidak akan pernah ada kembali ke normal, tidak pernah ada kembali ke sedia kala. Situasi normal yang selama ini kita kenal tidak akan pernah kembali lagi. Yang akan terjadi adalah perubahan masif.

Melalui summit ini John C. Maxwell juga sedang menjalankan tanggung jawabnya yang kedua: membantu orang-orang untuk melakukan perubahan yang positif. Ketika situasi menjadi tidak terkendali, tugas pemimpin adalah membantu orang-orang untuk memperoleh kembali kendali atas hidupnya. Bagaimana pemimpin bisa membantu orang kembali memperoleh kendali atas hidupnya? Dengan membantu mereka mengendalikan keputusan-keputusan pribadinya. Dalam situasi krisis ini yang diharapkan adalah agar orang-orang memutuskan untuk mengembangkan dirinya secara positif, untuk terus-menerus belajar, memperbaiki dan memperlengkapi diri. 

2. Selalu ada jawaban atau jalan keluar

Selalu ada jalan keluar. Orang sukses selalu tahu bahwa selalu ada jalan keluar dari setiap kesulitan yang dihadapi. Termasuk krisis virus Corona ini, pada saatnya akan ada jalan keluar. Mungkin tidak mudah, mungkin perlu waktu, tetapi jalan keluar itu selalu ada. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun