Kamu yang pergi membawa retakan hati, kemana kelak akan ku cari pengganti?. Putihku kosong, tanpa coretan indah kisah-kisah tentangmu.
Tentangmu yang menjadi inspirasiku.
Aku,Â
Aku yang hanya bisa mencuri pesonamu, lalu ku cetak dalam lembaran rapuh itu, begitu berantakan setelah kau tinggalkan.
Sunyi,Â
Sesunyi bangku kosong yang biasa ku singgahi, dikala lelah menggelayuti tubuhku saat menyusuri jalan setapak penghubung kota besar itu.
Masihkah bisa lagi ku torehkan cerita-cerita tentangmu di kemudian hari, jika saat ini saja aku tak mampu lagi mencipta rasa?.
Rasa yang biasanya tersusun indah, dalam bait-bait kata yang begitu saja mengalir saat aku menghadirkan bayanganmu duduk disampingku menikmati sunyi.
Dan,
Sunyiku nyata kini, meski kemarin aku juga hanya sedang merajut harap semu tanpa pasti, tapi paling tidak aku masih bisa berhalusinasi adanya dirimu saat ku sendiri.