Mohon tunggu...
Wahyu Kuncoro
Wahyu Kuncoro Mohon Tunggu... Penulis - Pembaca di saat ada waktu, penulis di saat punya waktu.

Seorang suami dan ayah 1 anak, tinggal di Bali.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Literasi Kita Rendah, Lawan!

26 Februari 2020   20:39 Diperbarui: 26 Februari 2020   20:43 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini bisa menjadi kriteria kita ketika memilihkan buku-buku untuk anak di perpustakaan. Yang menarik biasanya, dengan memperhatikan jenjang usia anak, adalah buku-buku yang secara grafis kaya akan gambar atau ilustrasi. Secara tekstual isinya sederhana sesuai jenjang anak, yang dapat dilihat secara gradual pada perubahan teks yang pendek-pendek pada jenjang kelas awal dan semakin kompleks di kelas tinggi. Aspek kegrafikaan dan ketatabahasaan menjadi faktor penting dalam kebijakan pemilihan buku.

Perpustakaan jangan asal ada. Buku-buku juga jangan asal ada di perpustakaan. Anak-anak mempunyai kebutuhan dan kita mengikuti kebutuhan anak-anak.

Ruang yang Nyaman

Dalam sebuah kesempatan, Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian menyampaikan sebuah pesan menarik untuk pengembangan perpustakaan di masyarakat. Beliau menyampaikan, "Perpustakaan atau ruang baca menyesuaikan kebutuhan masyarakat. Tidak harus megah...." (Kompas, Selasa, 25/2/2020). Bagaiman kebutuhan itu diselaraskan di sekolah?

Perpustakaan di sekolah juga perlu menyesuaikan kebutuhan anak. Kebutuhan psikologis anak menjadi penting kita masukkan dalam kriteria pengelolaan perpustakaan sekolah. Rasa nyaman anak akan perpustakaan menjadi penggerak motivasi anak untuk gemar membaca, selain koleksi buku yang bagus untuk bisa dinikmati anak-anak. 

Perpustakaan tidak perlu megah. Perpustakaan yang cantik nan bagus tentu akan menjadi daya tarik tersendiri. Dengan demikian, perpustakaan bisa menjadi tempat favorit anak dan memberi dampak yang baik terhadap anak.


Perubahan Juknis penggunaan dana BOS tahun 2020 memberi angin segar bagi sekolah untuk mengelola perpustakaan dengan lebih baik. Pengadaan buku bisa tak terbatas sesuai kebutuhan. Ini tentu perlu dianalisa lebih lanjut di tingkat sekolah tentang kebutuhan-kebutuhan sekolah dalam perencanaan yang menyeluruh. 

Perlu sedikit bergeser dari cara berfikir memperbaiki selokan atau menata taman kelas ke pengembangan perpustakaan dan dari beli mebel untuk melengkapi ruang kepala sekolah atau ruang guru ke beli rak buku dan melukis ruang perpustakaan.

Seorang kepala sekolah pernah memberi komentar tentang perpustakaan sekolahnya. Perpustakaan tidak dikunjungi anak karena berfungsi sebagai gudang. Barang-barang yang tidak berfungsi disimpan di sekolah, misalnya meja-kursi yang rusak, meja ping pong, globe, dan alat-alat peraga yang tidak terpakai. Malahan, perpustakaan menjadi tempat bersantai-santai para guru atau staf di sekolah karena tersedia televisi.

Kebutuhan pertama sekolah adalah mengalihfungsikan perpustakaan-gudang untuk menjadi perpustakaan, bukan tempat lain. Perpustakaan harus menjadi seperti perpustakaan, bukan menjadi seperti gudang dan lainnya. Suasana 'horor' karena tak ada pengunjung dan kotor karena menjadi pelarian barang-barang yang tak terpakai harus disulap menjadi tempat yang nyaman.

Penampakan perpustakaan harus merepresentasikan sebagai ruang yang menarik bagi anak-anak untuk didatangai. Bagi anak-anak sekolah dasar, nilai cantik tidak jauh dari keindahan di perpustakaan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun