Mohon tunggu...
Agus Wahyudi
Agus Wahyudi Mohon Tunggu... Akuntan - Guru SD, mencoba belajar menulis dan mendongeng

Guru SD, sekarang tinggal di Lampung.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mendongeng untuk Pembelajaran Matematika, Kenapa Tidak?

10 September 2020   15:45 Diperbarui: 12 Juni 2022   05:47 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Skor Literasi Indonesia yang Rendah

PISA (Programme for International Student Assessment) sebuah program dari OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) secara rutin melakukan pengujian literasi di bidang membaca, matematika, sains, kepada lebih dari 70 negara di dunia. Tes ini dilakukan sejak tahun 2000 dan sampai saat ini rutin dilakukan setiap tiga tahun. Peringkat Indonesia tidaklah banyak berubah, selalu masuk sepuluh negara dengan tingkat literasi terendah. Pada tes terbaru tahun 2018, literasi  numerasi siswa Indonesia pada tahun 2018 berada di peringkat 70 dari 77 negara dengan skor 379 sementara rata-rata dunia adalah 489.

Menurut Putri (2019) Permasalahan utama mengapa nilai siswa Indonesia itu rendah adalah karena di Indonesia, pembelajaran dan evaluasi masih belum menerapkan HOTS (Higher Order Thinking Skills). Selama ini, pendidikan di Indonesia dinilai hanya berhasil menerapkan tiga struktur terbawah dalam taksonomi Bloom, yaitu menghafal, memahami dan mengaplikasikan (termasuk dalam Lower Order Thinking Skill). Daya analisis dan kreasi siswa lemah karena pendidikan di Indonesia belum banyak menyentuh tiga level di atasnya, yaitu analisis, evaluasi dan mencipta. Tes yang dilakukan oleh PISA telah menerapkan HOTS, sehingga wajar jika siswa Indonesia selalu berada di tingkat terbawah. Beberapa negara yang mendapatkan nilai tinggi rata-rata telah menerapkan HOTS dalam pembelaran dan evaluasi dalam sistem pendidikannya.

Kartikasari (2017) melakukan penelitian terhadap siswa SMP di Grobogan, Jawa Tengah. Hasil penelitian menunjukkan siswa kesulitan menyelesaikan soal cerita karena kesulitan merumuskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan, kesulitan memodelkan soal dari apa yang diketahui dan tidak memberikan kesimpulan jawaban sesuai konteks soal cerita. Siswa cenderung kurang teliti dalam membaca dan memahami soal cerita sehingga siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal tersebut. Menurut penulis, kesulitan yang sama juga dialami oleh banyak siswa di Indonesia dalam menyelesaikan soal cerita. Hal ini menunjukkan bahwa soal cerita, yang membutuhkan kemampuan untuk memahami teks dan tingkatan berpikir yang lebih tinggi dalam menyelesaikan soal masih menjadi titik lemah siswa Indonesia. Hal ini bisa dikarenakan tingkat literasi siswa yang rendah sebagaimana ditunjukkan dari laporan PISA.

Mendongeng sebagai metode pembelajaran

Kegiatan mendongeng sangat efektif sebagai metode pengajaran. Berbagai hasil penelitian mendukung hal tersebut. Isbell et.al. (dalam Miller: 2008) melakukan penelitian terhadap anak-anak usia 3-5 tahun yang dibagi ke dalam dua kelompok. Sebanyak 24 cerita yang sama diberikan kepada kedua kelompok dengan cara yang berbeda: satu kelompok dengan dibacakan cerita yang sudah disiapkan, dan kelompok lainnya dengan cara mendongeng (tanpa membacakan cerita). Hasilnya menunjukkan bahwa kedua kelompok mendapatkan manfaat dengan meningkatnya kemampuan literasi mereka. Kelompok yang didongengkan mempunyai keunggulan dalam mengidentifikasi latar cerita, pesan moral dan dan karakter dari cerita. Mendengarkan dongeng juga mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami teks bacaan, sehingga jika dilakukan dengan rutin dan langkah-langkah yang baik, siswa mendapatkan bekal untuk memahami teks dari soal cerita matematika.

Alterio (2013) secara lebih lengkap memaparkan bahwa manfaat mendongeng dalam pembelajaran antara lain:

  • Mendorong siswa untuk melakukan kegiatan secara kooperatif (bekerjasama dengan teman)
  • Memberikan perpektif yang lebih holistik
  • Menghargai realitas emosional
  • Menghubungkan teori dan praktek
  • Menstimulasi daya pikir kritis siswa
  • Memotret kompleksitas dari suatu situasi
  • Memunculkan perspektif yang beragam
  • Mendorong siswa untuk melakukan evaluasi diri
  • Mengkonstruksi pengetahuan baru

Dari pemaparan di atas, secara sederhana dapat disimpulkan bahwa metode mendongeng melatih siswa untuk dapat melakukan tugas-tugas yang memerlukan higher order thinking skills (HOTS), karena mendongeng melatih daya pikir kritis siswa, menghubungkan teori dan praktek, bahkan melakukan evaluasi diri.

Mendongeng dahulu, lalu dilanjutkan dengan model pembelajaran Konkrit-Reprentasi-Abstrak

Guru mengawali pembelajaran di kelas dengan melakukan apersepsi. Kegiatan ini bertujuan untuk menarik minat siswa sebelum guru melanjutkan ke penjelasan inti, sehingga proses pembelajaran lebih mengalir. Pada tahap ini, seorang guru perlu memperhatikan prior knowledge yang dimiliki oleh siswa. Mendongeng sangat tepat digunakan pada tahap ini karena:

  • mampu memunculkan prior knowledge siswa, karena siswa akan berupaya untuk memvisualisasikan cerita dan membangun koneksi dengan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh siswa
  • menciptakan memori pada pikiran anak, sehingga guru akan lebih mudah melakukan koneksi antara materi pokok yang akan disampaikan dengan memori yang sudah tercipta sebagai hasil dari konstruksi siswa atas cerita yang sudah disampaikan.
  • mendongeng adalah kegiatan yang menyenangkan. Perasaan senang pada awal pembelajaran sangat penting bagi siswa untuk dapat menangkap materi pembelajaran mereka.

Setelah guru melakukan kegiatan mendongeng, siswa akan mengkonstruksi cerita dalam pikiran mereka. Kegiatan pembelajaran dapat dilakukan ke tahapan berikutnya, yaitu pengenalan konsep matematika. Dalam mengenalkan konsep matematika, model yang dirasa penulis paling tepat untuk disampaikan kepada siswa sekolah dasar adalah dengan model konkrit-representasi konkrit-abstrak (concrete to-representational to-abstract)

Konkrit:

setiap konsep/keterampilan matematika disajikan dengan benda-benda konkrit (lidi, karet, batu, biji, stik eskrim, atau benda lain yang bisa disentuh atau dipegang oleh siswa). Pada tahap ini siswa diberikan kesempatan untuk mencoba dan menerapkan konsep yang diajarkan dengan benda konkrit.

Representasi :

konsep/keterampilan matematis tersebut ditampilkan dalam bentuk yang representatif atau semi konkrit (dalam bentuk gambar, turus, titik, lingkaran, dst.). Pada level ini siswa mendemonstrasikan dan mempraktekkan konsep/keterampilan matematika dengan gambar.

Abstrak              

Pada tahap ini, konsep matematika ditampilkan dalam simbol matematika dan angka.

Contoh Praktis Langkah-langkah Pembelajaran untuk topik Nilai Tempat

Cerita

"Pak Wayan si Penjual Ikan"

Cerita oleh: Agus Wahyudi

Pak Wayan tinggal di sebuah desa di pulau Bali. Desa itu berada di sebuah kerajaan di kaki Gunung Agung. Ia dikenal sebagai orang yang baik dan jujur. Sehari-hari, Pak Wayan bekerja sebagai penjual ikan hias. Ia merawat ikan-ikannya dengan baik. Semua penduduk desa tahu bahwa ikan hias yang dijual Pak Wayan selalu berkualitas baik, sehat-sehat dan berwarna cantik.

Kabar tentang ikan-ikan Pak Wayan yang berkualitas baik itu sampai kepada Pangeran. Kebetulan istana baru saja diperbaiki. Semua tembok dicat ulang, dan Pangeran baru saja membuat akuarium ikan yang cukup besar di kamarnya. Pangeran pergi ke desa tempat Pak Wayan berjualan ikan-ikannya.

Pangeran            : "Pak Wayan, saya dapat kabar kalau ikan-ikan hiasmu adalah yang terbaik di kerajaan ini. Istana baru saja di renovasi dan ada beberapa akuarium baru di sana. Aku membutuhkan banyak ikan untuk mengisi akuarium-akuarium itu."

Pak Wayan         : "Terimakasih Pangeran. Pangeran ingin membeli berapa banyak ikan hiasnya?"

Pangeran            : "Saya ingin membeli sebanyak 45 ikan hias. Tolong pilihkan yang terbaik ya Pak."

Pak Wayan kaget, karena tidak menyangka Pangeran akan membeli sebanyak itu.

Pak Wayan         : "Ba....baik Pangeran. Saya akan mempersiapkannya."

Pak Wayan mempersiapkan ikan-ikan untuk Pangeran. Awalnya Pak Wayan cukup tenang saat mengambil dan menghitung ikan hiasnya. Tetapi saat sudah mulai banyak, Pak Wayan mulai kebingungan.

                             "Dua puluh satu, dua puluh dua, dua.......aduh bagaimana ini, ikan-ikannya lincah sekali bergerak. Aku kesulitan menghitungnya."  Cukup lama Pangeran menunggu namun belum juga selesai.

Pangeran            : "Bagaimana Pak Wayan, ada kesulitan. Apa yang bisa saya bantu? Apakah ikan-ikannya sudah selesai dipersiapkan?"

Pak Wayan         : "Se...sebentar pangeran. Ini sudah hampir selesai."

Pak Wayan terus saja menghitung, namun belum juga yakin jumlah ikannya tepat seperti yang diminta Pangeran. Akhirnya, karena sudah terlalu lama dan merasa bahwa ikan yang disiapkan sudah cukup, Pak Wayan mengakhirinya. Ia mengisi kantung besar ikan itu dengan oksigen, dan mengikatnya kuat kuat.

Pak Wayan         : "Ini Pangeran. Ikannya sudah selesai."

Pangeran            : "Terimakasih Pak Wayan."

Selesai membayar, Pangeran membawa ikan-ikan itu ke istana. Pangeran senang sekali dan tidak sabar ingin melihat ikan-ikan hias yang cantik berenang-renang di akuariumnya. Pangeran mengeluarkan ikan-ikan itu satu-persatu dari kantung besarnya sambil menghitungnya. Ternyata ikannya kurang, tidak 45 seperti yang dipesan. Ikan hiasnya hanya ada 41 ekor.

Pangeran            : "Wah, Pak Wayan kurang teliti menghitungnya. Saya perlu kembali ke desanya Pak Wayan."

Pangeran mendatangi desa itu kembali dan menemui Pak Wayan.

Pangeran            : "Pak Wayan, saya suka sekali dengan ikan-ikannya, semua sudah di akuarium dan sehat-sehat."

Pak Wayan         : "Saya ikut senang Pangeran, semoga ikan-ikannya terus sehat."

Pangeran            : "Tetapi Pak Wayan, tadi saya sudah menghitungnya, dan ternyata jumlahnya kurang. Menurut hitungan saya, ikannya hanya ada 41 ekor."

Pak Wayan         : "Mohon maaf Pangeran atas kurang telitinya saya. Saya akan mengganti kekurangannya."

Pak Wayan lalu mengambil empat ekor ikan hias, dan ia juga memberikan tambahan berupa makanan ikan gratis untuk ikan yang ada di istana Pangeran.

Pangeran            : "Terimakasih Pak Wayan. Minggu depan rencananya saya akan membeli lebih banyak ikan lagi karena istana menambah lebih banyak lagi akuarium.

Pak Wayan         : " Baik Pak Wayan....terimakasih."

Pak Wayan tidak bisa tidur malam itu. Ia khawatir jika hitungannya salah lagi. Apalagi Pangeran bilang kalau ia akan membeli ikan dalam jumlah yang lebih banyak. Pak Wayan berpikir dan terus berpikir. Tetapi tetap saja ia belum mendapat ide.

Pak Wayan         : "Duh, bagaimana ya kalau saya salah hitung lagi. Saya tidak mau kalau pangeran rugi lagi karena hitungan saya yang kurang tepat."

Tiba-tiba Pak Wayan tersenyum gembira.

"AHA, kenapa aku baru terpikir sekarang....ini akan sangat memudahkanku." Seru Pak Wayan.

Pagi hari sebelum kedatangan Pangeran, Pak Wayan mengambil sepuluh ikan hias, memasukannya ke dalam kantung kecil, memberi udara dan mengikatnya. Pak Wayan melakukan kembali, sampai ada cukup banyak kantung kecil berisi sepuluh ikan.

Siang harinya, pangeran tiba.

Pangeran            : "Selamat siang Pak Wayan. Kemarin akuarium baru di istana sudah selesai dibuat. Sekarang saya ingin membeli sebanyak 73 ekor ikan hias. Tapi tolong jangan sampai salah hitung lagi ya."

Pak Wayan         : "Siap Pangeran. Saya yakin hari ini saya tidak akan salah hitung lagi."

Pak Wayan mengambil tujuh kantung kecil berisi masing-masing 10 ikan. Lalu ia mengambil tiga ikan lagi, dan membungkusnya.

Pak Wayan         : "Ini Pangeran ikan-ikannya. Tujuh bungkus berisi sepuluh ikan. Sepuluh, dua puluh, tiga puluh,...tujuh puluh. Dan ini satu kantung lagi berisi tiga ikan. Semuanya jadi 73 ikan." Jawab Pak Wayan dengan pnuh percaya diri.

Pangeran            : "Wah, cepat sekali. Pak Wayan memang hebat. Dengan cara seperti ini, saya tidak perlu menghitungnya lagi di istana."

Pak Wayan         : "Iya Pangeran, karena kesalahan yang lalu, saya belajar. Saya tidak mau membuat kesalahan lagi. Syukurnya, saya mendapat ide untuk menghitung dengan cara ini, jadi lebih mudah buat saya untuk menghitungnya."

Pangeran tentu saja senang, karena tidak perlu menunggu lama Pak Wayan mempersiapkan ikan hias yang dibelinya. Ia juga tidak khawatir jumlahnya kurang seperti waktu lalu. Begitupun sebaliknya. Pak Wayan merasa senang, karena bisa melayani dengan baik, dan setelah itu istana sering membeli ikan hias ke Pak Wayan.

Kegiatan Pembejaran

Tujuan Pembelajaran:

  • Siswa memahami arti nilai tempat satuan dan puluhan           
  • Siswa mampu menentukan nilai tempat dari satu bilangan

Media/ Alat bantu ajar dan Sumber Belajar

  • Cerita "Pak Wayan si Penjual Ikan"
  • Karet gelang
  • Stik es krim atau  tusuk sate yang sudah ditumpulkan
  • Kertas buffalo atau kertas lainnya, tebal, tiga warna (merah, kuning, hijau) yang dipotong
  • seukuran kartu nama
  • kartu base ten blocks yang sudah dilaminasi
  • permainan balok susun nilai tempat

              

Langkah-langkah pembelajaran

Pembuka

  • Guru memberi salam
  • Guru mendongeng "Pak Wayan si Penjual Ikan Hias"

Kegiatan inti

Konkrit

  • Guru mengajak siswa membentuk kelompok
  • Guru memberi tugas kepada siswa untuk mengambil daun-daun kering atau batu di lingkungan sekitar kelas sebanyak-banyaknya. Diharapkan siswa dapat mengumpulkan lebih dari 35 daun/batu.
  • Guru meminta siswa menjejerka daun/batu yang dikumpulkan dan menghitungnya (siswa
  • Guru meminta siswa menghitung semua batu atau daun.
  • Guru meminta siswa kembali ke kelas, dan siswa duduk sesuai dengan kelompoknya
  • Guru mengajak siswa menceritakan pengalaman mereka saat menghitung benda yang jumlahnya sangat banyak
  • Guru meminta siswa mengingat bagaimana caranya Pak Wayan mengatasi masalahnya saat diminta Pangeran menyiapkan ikan hias yang jumlahnya sangat banyak.
  • Guru membagikan stik es krim/lidi/kartu kertas dalam jumlah yang cukup banyak (lebih dari 50 buah) dan beberapa karet gelang kepada masing-masing kelompok. Guru meminta siswa menghitung seluruh benda yang diberikan dengan cara seperti Pak Wayan menghitung ikan hiasnya
  • Guru menyebutkan sebuah bilangan, dan masing-masing kelompok menunjukkan dengan benda yang sudah diikat dan satuannya (misalnya guru menyebutkan 37, setiap kelompok menunjukkan tiga ikatan dan tujuh stik eskrim/lidi/kartu kertas yang belum diikat)

Representasi

  • Guru menunjukkan meminta perwakilan kelompok untuk menukar benda dengan base ten yang sudah disiapkan
  • Guru mengenalkan istilah satuan (satuan karena hanya satu) dan puluhan (karena berasal dari satuan yang digabungkan setiap sepuluh satuan) dengan menggunakan gambar base ten
  • Guru menyebutkan beberapa bilangan, dan masing-masing kelompok menunjukkan jumlah bendanya dengan meletakkan base ten pada lembar tabel nilai tempat yang sudah disediakan. Siswa menunjukkan angka dan nilai tempatnya, dan menuliskan bilangannya, dan menuliskan bacaannya.
  • Misalnya guru menyebutkan bilangan 56, siswa melengkapi tabel nilai tempat di bawah ini
    • Gambar (base ten)
    • Bilangan (ditulis)
    • Dibaca

     [gambar base ten]

    • 56
    • Enam Belas

Abstraksi

  • Guru menyampaikan kepada siswa bahwa sebuah bilangan yang lebih dari sepuluh merupakan gabungan antara satuan, puluhan, ratusan, dst.
  • Guru bertanya kepada siswa sambil menulis di papan tulis,"Apa bedanya angka 2 pada bilangan 21 dan 12
  • Guru menjelaskan penjumlahan dari puluhan dan satuan untuk membentuk sebuah bilangan. Contoh: 20 + 1 = 21 dan 10 + 2 = 12
  • Guru meminta siswa membedakan, angka 2 yang nilainya puluhan dan satuan dari bilangan 12 dan 21.
  • Siswa mencoba mengerjakan bilangan dua angka (dua digit) dengan penjumlahan. Misal :20 + 5 = 25 70 + 8 = 78
  • Dan seterusnya.
  • Guru mengajak siswa bermain balok susun nilai tempat (seperti permainan uno stacko

Semoga apa yang penulis sampaikan dapat membantu Bapak/Ibu guru untuk menciptakan pembelajaran matematika yang menyenangkan dan efektif untuk pembelajaran di kelas.

Daftar Pustaka

Alterio, Maxine. "Using storytelling to enhance student learning." The higher education academy. 2013.

Briggs, Saga. "How Storytelling Can Enhance Any Learning Experience." Https://www.opencolleges.edu.au/, 5 Dec. 2015, www.opencolleges.edu.au/informed/features/how-storytelling-can-enhance-any-learning-experience/.

Putri, Aditya Widya. "Alasan Mengapa Kualitas PISA Siswa Indonesia Buruk." Tirto.id, 12 Dec. 2019, tirto.id/alasan-mengapa-kualitas-pisa-siswa-indonesia-buruk-enfy.

Phillips, Louise. "Storytelling as pedagogy." Literacy Learning: The Middle Years, vol. 21, no. 2, 2013, p. ii+. Gale Academic OneFile, Accessed 22 Aug. 2020.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun